Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan sumber karbohidrat yang sangat penting di dunia selain gandum dan padi. Jagung dikonsumsi manusia dengan berbagai macam bentuk olahan, baik dalam bentuk jagung manis, pipil. Jagung juga bermanfaat sebagai pakan ternak, bahan baku industri, pupuk kompos dan lainnya. Seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan, sehingga jagung memiliki banyak kegunaan untuk berbagai macam sektor. Jagung juga menempati posisi penting dalam perekonomian nasional.
Jagung adalah tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, sehingga dapat ditanam hampir seluruh dunia dengan lingkungan yang berbeda-beda. Di Indonesia jagung dapat dibudidayakan di dataran rendah dan tinggi. Namun, untuk pertumbuhan yang optimal jagung lebih banyak ditanam di dataran rendah. Jagung yang ditanam di dataran tinggi memiliki umur yang lebih panjang dan produksi relatif lebih sedikit.
Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2020 adalah 25,19 juta ton dengan luas panen 5,19 juta ha. Produksi tersebut selalu mengalami peningkatan sejak tahun 2018 (Grafik 1). Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung adalah provinsi yang paling banyak menghasilkan jagung (Dirjen Tanaman Pangan, Kementan).
Produksi jagung terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun pada tahun 2020 Indonesia masih melakukan impor jagung sebesar 1.242.519 ton. Hal tersebut disebabkan masih belum tercukupinya kebutuhan masyarakat Indonesia yang setiap tahunnya semakin meningkat.
Produktivitas jagung nasional tahun 2020 sebesar 5,57 ton/ha dan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas jagung nasional. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan mengoptimalkan teknologi budidaya antara lain, menggunakan varietas benih unggul, teknik penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman), serta penanganan panen dan pascapanen.
OPT Tanaman Jagung
Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi jagung. OPT yang terdapat pada tanaman jagung anatara lain dari jenis hama, penyakit dan gulma. Hama dan penyakit yang menyerang jagung disajikan dalam tabel 1. OPT yang menyerang tanaman jagung dapat menyebabkan kerugian apabila tidak dikendalikan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk memberikan perlindungan pada tanaman agar tidak terjadi kehilangan hasil panen akibat serangan OPT.
Hama FAW
Hama akan menjadi OPT yang paling dominan pada musim kemarau. Salah satu hama yang menjadi tantangan dan harus dihadapai adalah FAW (Fall armyworm) atau ulat tentara (Spodoptera frugiperdaJ.E. Smith). FAW merupakan hama yang berasal dari Benua Amerika dan menyerang lebih dari 80 spesies tanaman, termasuk jagung, sorgum, tebu, sayuran, dan kapas. FAW mulai menyebar di Afrika pada 2016 dan terus menyebar ke Asia hingga di Indonesia ditemukan pada tahun 2019.
FAW menjadi hama berbahaya untuk tanaman jagung. Kemampuan berkembang biak dan penyebaran yang cepat membuat FAW telah tersebar di wilayah Indonesia. FAW menjadi hama dengan persentase serangan tertinggi yaitu 53,6% (Grafik 2). Serangan hama FAW dapat menyebabkan kerusakan pada hampir seluruh bagian tanaman jagung sehingga dapat menurunkan produksi.
Siklus Hidup FAW
Siklus hidup FAW (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) bermetamorfosis sempurna, yaitu terdiri dari telur, 6 instar larva/ulat dan ngengat.
- Telur
Telur diletakkan berkelompok dengan jumlah 100 – 200 telur. Satu ekor ngengat dapat menghasilkan 1.500 – 2.000 telur. Biasanya telur diletakan pada bagian bawah daun. Telur akan menetas setelah 1 -3 hari.
- Ulat / Larva
Fase ulat / larva selama 12-20 hari. Ulat FAW ditandai dengan bentuk “Y” terbalik berwarna terang pada bagian kepala dan terdapat empat titik hitam berbentuk persegi di segmen kedua terakhir.
- Pupa / Kepompong
Pupa berwarna coklat kemerahan dan berbentuk lonjong dengan panjang 20 hingga 30 mm. Pupa biasanya di dalam tanah dengan kedalaman 2 – 8 cm. Fase pupa berlangsung selama 7 – 21 hari.
- Ngengat / Imago
Ngengat memiliki lebar sayap 3 – 4 cm. Sayap bagian depan berwarna cokelat gelap sedangkan sayap belakang berwarna putih keabuan. Ngengat mulai meletakkan telurnya pada umur 3 – 4 hari dan terus bertelur hingga mati. Ngengat hidup selama 2-3 minggu.
Gejala Kerusakan akibat FAW
FAW dapat menyerang semua fase pertumbuhan tanaman, dari vegetatif hinggga generatif. Larva muda (instar 1 – 3) berada di bagian bawah daun dan memakan daun. Larva muda hanya memakan bagian epidermis daun, sehingga daun berwarna transparan. Saat larva sudah semakin dewasa (instar 4 – 6) daun yang dimakan akan berlubang tidak beraturan. Selain itu larva akan memakan titik tumbuh daun sehingga menghambat pertumbuhan daun baru, memakan batang dan tongkol jagung. Hampir semua bagian tanaman jagung dimakan oleh FAW. Larva FAW ketika sudah besar bersifat kanibal, sehingga dalam satu tanaman hanya akan ditemukan 1 – 2 larva.
Cara Pengendalian
FAW sulit dihilangkan secara menyeluruh dari lapangan. Pengendalian hama FAW harus dilakukan untuk menekan perkembangan hama dan mengurangi dampak dari FAW pada tanaman. Ada berbagai macam cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama, antara lain pengendalian secara kultur teknis, mekanis, hayati dan kimiawi (pestisida).
1. Kultur Teknis
Melakukan budidaya tanaman dengan teknik tertentu sehingga membuat kondisi areal tanam kurang sesuai bagi tempat berkembangnya hama.
- Bersihkan lahan dan sekitarnya dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Hama dapat hidup di tanaman inang lainnya.
- Tanam serempak untuk membatasi sumber makanan hama.
- Pengolahan tanah dengan membalik tanah dapat mematikan larva maupun pupa yang berada di dalam tanah.
- Rotasi tanam
2. Mekanis/Fisik
- Mengumpulkan kelompok telur dan ulat pada tanaman kemudian dimusnahkan.
- Menggunakan perangkap lampu untuk menangkap ngengat yang akan bertelur.
3. Hayati
Virus SF-NPV (Spodoptera frugiperda – Nuclear polyhedrosis virus) adalah salah satu patogen yang dapat mengendalikan FAW. Virus SF-NPV dapat didapatkan dari ulat yang telah terinfeksi, lalu virus dikembangkan dan disemprotkan kembali ke lahan.
4. Kimiawi (Menggunakan Pestisida)
Pengendalian secara kimiawi dengan pestisida adalah cara yang paling banyak digunakan. Penggunaan pestisida memiliki kelebihan, antara lain paling efektif, efisien, praktis, dan hasil pengendalian cepat terlihat. Pemilihan produk yang digunakan harus tepat agar target hama dapat dikendalikan secara efektif.
Emaplus 50 EC merupakan insektisida dengan bahan aktif Emamectin benzoat yang efektif mengendalikan hama FAW. Emaplus memiliki cara kerja kontak dan lambung, sehingga ulat yang terkena semprotan maupun yang memakan daun yang sudah disemprot akan mati. Ada juga insektisida lainya yang dapat mengendalikan FAW, antara lain Hoowla 5,7 SG dan Knocker 360 EC.