Kucing merupakan hewan yang hidup berdampingan dengan manusia. Kesehatan kucing perlu diperhatikan karena beberapa penyakit bersifat zoonosis atau dapat menular ke manusia. Penyakit parasit merupakan penyakit yang umum ditemui pada hewan kesayangan kucing dan anjing dan beberapa bersifat zoonosis.
Penyebab Penyakit Parasit
Parasit dibedakan menjadi dua yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit merupakan parasit yang hidup di dalam tubuh hewan seperti cacing dan protozoa. Endoparasit yang paling umum ditemukan pada kucing adalah cacing. Rata-rata prevalensi cacingan pada kucing di Indonesia adalah 48.97%. Jenis cacing yang sering dijumpai yaitu cacing gelang (Toxocara cati, T. Leonina), cacing pita (Dipylidium caninum, Taenia taeniaeformis) dan cacing tambang (Ancylostoma tubaeforme, A. braziliense, dan Uncinaria stenocephala). Sedangkan jenis protozoa yang paling banyak ditemukan pada kucing adalah Toxoplasma sp. dan Isospora sp. (Fadhlullah Mursalim et al., 2018).
Penularan infeksi cacing dapat melalui kotoran kucing yang mengandung telur cacing, melalui induk (intramamari/ intraplacenta), makanan terkontaminasi, serta melalui lingkungan/tanah. Pada kasus cacing pita, peranan pinjal penting untuk membawa larva cacing dapat masuk ke dalam tubuh kucing. Pinjal yang sudah terinfeksi larva cacing bisa tertelan oleh kucing selanjutnya larva berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh kucing. Selain itu, kucing juga dapat tertular cacing dari hewan buruannya yang sudah terinfeksi cacingan misalnya dari burung, tikus, dll.
Sedangkan ektoparasit merupakan parasit yang hidup di permukaan tubuh kucing, seperti rambut, kulit, telinga. Ektoparasit pada kucing dapat berupa tungau, kutu, pinjal, dan caplak. Jenis ektoparasit yang banyak ditemukan pada kucing adalah tungau Sarcoptes scabiei, Otodectes cynotis, Notoedres, pinjal Ctenocephalides felis, kutu Lynxacarus, Felicola dan caplak Rhipicephalus spp. Penularan ektoparasit dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kucing yang sudah ada infestasi ektoparasit atau tidak langsung melalui berbagai media atau lingkungan yang terkontaminasi parasit.
Dampak Kucing Terinfeksi Parasit
Dampak endoparasit dan ektoparasit pada kucing dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti:
• Cacingan dapat merusak usus kucing sehingga menyebabkan diare, penurunan berat badan dan bahkan risiko kematian
• Cacingan jika tidak segera ditangani menyebabkan penyakit serius seperti peradangan dan pendarahan usus serta pneumonia
• Migrasi larva cacing dapat menyebabkan infeksi kulit, kejang, kebutaan dan pneumonia
• Infeksi cacing pada kucing juga ada yang bersifat zoonosis (dapat menular ke manusia). Misalnya Toxocara spp., Taenia spp., Dipylidium caninum, dan Dirofilaria spp. (McNamara et al. 2018).
• Ektoparasit menyebabkan kebotakan dan iritasi kulit sehingga merusak keindahan kulit dan rambut kucing
• Ektoparasit menyebabkan rasa tidak nyaman dan kegelisahan yang dapat menjadi stressor sehingga daya tahan tubuh menurun dan memperbesar kemungkinan muncul penyakit sekunder, serta menurunnya nafsu makan yang berlanjut dengan penurunan berat badan
• Ektoparasit juga beresiko zoonosis seperti scabies yang disebabkan tungau Sarcoptes scabiei.
Gejala Penyakit Parasit pada Kucing
Gejala penyakit parasit pada kucing berbeda-beda tergantung pada jenis parasit dan tingkat keparahannya. Parasit dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari ketidaknyamanan ringan dan diare hingga masalah yang lebih serius seperti penyakit kulit, infeksi sekunder dan malnutrisi.
Gejala kucing yang terinfeksi cacingan terkadang tidak terlihat, sehingga baru disadari ketika infeksi cacingan sudah cukup parah. Ciri umum yang dapat diamati pada infeksi cacingan antara lain:
• Rambut kucing tampak kusam
• Nafsu makan berkurang
• Terlihat lesu
• Muntah
• Keluar cairan dari hidung hingga kesulitan bernapas
• Diare/ kotoran terlihat lembek hingga encer dan anus kotor
• Mukosa mulut pucat
• Penurunan berat badan
• Perut tampak buncit
Gejala infeksi ektoparasit pada kucing bervariasi tergantung pada spesies ektoparasit yang menginfeksi. Pada umumnya kucing yang terinfeksi ektoparasit akan menunjukkan gejala-gejala berikut:
• Gatal, sering menggaruk
• Bulu rontok
• Kulit iritasi, muncul ruam, kemerahan
• Kulit mengelupas, terdapat luka terbuka, borok, atau koreng/ keropeng pada kulit
• Bintik kecil berwarna hitam kecokelatan yang bergerak di sela-sela bulu kucing
• Muncul kotoran kutu yang mirip pasir pada kucing, terutama pada bagian punggung dan ekor
• Kucing tampak lesu dengan bagian bawah mata dan gusi pucat
• Jika ektoparasit tidak ditangani, kucing bisa mengalami anemia yang ditandai dengan kelemahan, kelesuan, napas cepat, atau bahkan kematian.
Mencegah Penyakit Parasit pada Kucing
Perawatan dan pemeliharaan yang baik harus dilakukan agar kucing terhindar dari endoparasit cacing maupun ektoparasit. Hal tersebut dilakukan dengan cara :
• Menjaga kualitas pakan dengan memberikan pakan bernutrisi (Kadofu, Delicats)
• Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan kandang dan lingkungan secara rutin. Rutin bersihkan lingkungan, feses dan litter box. Bersihkan juga lingkungan tempat tinggal kucing (karpet, alas tidur kursi). Melakukan pengendalian terhadap hewan pengerat seperti tikus yang berperan sebagai vektor.
• Menjaga kebersihan kucing dengan memandikan/grooming secara rutin 4-6 minggu sekali. Dengan grooming secara rutin kucing akan terhindar dari ektoparasit yang dapat menginfeksi kucing.
• Berikan obat cacing dan antiektoparasit sesuai program kesehatan dengan Golden Pet Deworming untuk mencegah cacingan dan Golden Pet Anti Flea & Tick For Cats untuk membasmi ektoparasit. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 1.
Golden Pet Deworming dapat mencegah dan mengobati infeksi cacing pita, cacing gelang, serta cacing tambang pada kucing. Golden Pet Anti Flea & Tick For Cats dapat membasmi semua tahap pinjal (telur, larva, dan pinjal dewasa), kutu dan caplak pada kucing.
• Jaga kesehatan kucing dan tingkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian vitamin serta periksakan kesehatan kucing secara berkala ke dokter hewan.