Pengobatan merupakan suatu upaya untuk meminimalkan kerugian akibat penyakit yang sedang menginfeksi, baik dari segi performa ayam maupun biaya yang dikeluarkan. Praktik pengobatan yang kurang tepat akan berdampak pada penyakit yang tidak kunjung sembuh, biaya pengobatan lebih tinggi, serta risiko meningkatkan terjadinya resistensi antimikroba.
Resistensi antimikroba menjadi momok yang menakutkan. Menurut WHO, resistensi antibiotik telah mengakibatkan kematian (sampai dengan tahun 2014) sekitar 700.000 orang tiap tahunnya. Pada tahun 2050, angka kematian karena resistensi antimikroba diperkirakan akan terus meningkat lebih tinggi dibanding kematian akibat kanker. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencegah perkembangan dan penyebaran infeksi akibat mikroorganisme resisten. Upaya yang dapat dilakukan pada industri peternakan yaitu dengan melakukan pengobatan yang bijak dan tepat sasaran, salah satunya dengan menaati aturan pakai dari setiap obat yang digunakan.
Penentuan Diagnosa dan Pengobatan yang Tepat
Konsultasikan kesehatan ternak kepada tenaga medis yang berwenang (dokter hewan) untuk melakukan diagnosa dan pengobatan. Tahapan diagnosa dimulai dari anamnesa kemudian dilanjutkan pengamatan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi. Pada beberapa kasus perlu dukungan uji laboratorium. Setelah penentuan diagnosa, peternak akan mendapatkan saran pengobatan dan saran lain yang mendukung untuk penanganan kasus tersebut.
Secara umum, prinsip pengobatan diantaranya yaitu :
- Obat yang diberikan sesuai dengan penyakit yang menginfeksi
Obat sangatlah beragam jenisnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan diagnosa terlebih dahulu untuk menentukan arahan penyakit. Apabila penyakit mengarah ke bakterial dapat diobati dengan antibiotik. Apabila penyakit mengarah ke parasit seperti koksidiosis dapat diberikan antiprotozoa. Diagnosa yang tepat akan menentukan kesesuaian obat yang akan diberikan.
- Obat dapat mencapai lokasi kerja atau target sakit
Pemilihan rute pengobatan menjadi hal yang penting dilakukan untuk menentukan jenis obat yang dipilih karena menentukan jangkauan kerja obat. Contohnya, apabila organ target berada di kulit maka pemberian obat topikal akan lebih efektif dibandingkan pemberian obat melalui air minum. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan tingkat keparahan. Bila penyakit sudah parah dan konsumsi air minum juga menurun sebaiknya dilakukan pengobatan dengan rute injeksi agar obat lebih cepat mencapai organ target.
- Obat tersedia dalam kadar yang cukup
Obat akan memberikan efek pengobatan bila sudah melampaui kadar Minimum Effective Concentration (MEC), tetapi tidak boleh melebihi kadar Minimum Toxic Concentration (MTC). Oleh karena itu sangat penting memperhatikan dosis yang sesuai dengan aturan pakai agar obat dapat bekerja secara optimal tanpa menimbulkan toksisitas. Pada obat injeksi akan memberikan efek pengobatan yang lebih cepat dibandingkan obat peroral karena mampu mencapai MEC yang lebih cepat.
- Obat tersedia dalam waktu yang cukup
Obat membutuhkan waktu untuk bekerja memberikan efek terapi. Oleh karena itu, perlu memperhatikan durasi waktu pemberian obat. Contohnya untuk antibiotik long acting seperti Lincomed LA, dengan satu kali pemberian secara injeksi dapat bekerja selama tiga hari. Sehingga apabila dibutuhkan pengulangan dapat dilakukan tiga hari sekali. Berbeda dengan antibiotik short acting seperti Tinolin Injeksi yang membutuhkan pengulangan setiap hari selama 3 hari. Untuk obat yang diberikan melalui air minum seperti Tinolin perlu pemberian setiap hari juga selama 3-5 hari. Sebaiknya untuk obat yang diberikan melalui air minum diberikan dalam dosis terbagi untuk menjaga stabilitas kadar obat di dalam darah tetap sama. Berikut contoh pemberian Tinolin dengan dosis terbagi 2x/hari (durasi maksimal 6 jam sekali pemberian) untuk 1000 ekor ayam dengan rata-rata berat badan 1,85 kg :
Kebutuhan dosis dalam satu hari
= Populasi x Berat Badan x Dosis Obat
=1000 ekor x 1,85 kg x 0.4 ml/kg
= 740 ml
Pemberian untuk dosis terbagi 2x/hari
= Kebutuhan dosis dalam satu hari : 2
= 740 ml : 2
= 370 ml (untuk sekali pemberian)
Oleh karena nya Tinolin dapat diberikan dalam satu hari sebanyak 2x yaitu 370 ml pada pukul 07.00-13.00 dan 370 ml pada pada pukul 13.00-19.00.
Aplikasi Pengobatan yang Bijak di Lapangan
Sebelum menggunakan obat, perhatikan keterangan yang tertera pada label/kemasan obat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari label/kemasan obat yaitu :
- Perhatikan komposisi obat. Apabila melakukan pergantian antibiotik (rolling antibiotik), sebaiknya menggunakan obat dengan komposisi dan golongan antibiotik yang berbeda dengan produk yang digunakan sebelumnya untuk menghindari terjadinya resistensi antibiotik golongan tertentu. Oleh karena itu sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis yang berwenang sebelum melakukan rolling antibiotik.
- Lihat indikasi obat, apakah sesuai dengan hewan/tujuan yang ditargetkan.
- Taati aturan pakai. Gunakan dosis dan lama waktu pemberian obat sesuai dengan aturan yang tertera pada kemasan. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa persetujuan tenaga medis berwenang, karena dapat mengurangi efektivitas obat atau menyebabkan toksisitas.
- Perhatikan peringatan penggunaan dan penyimpanan obat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Penyimpanan yang sesuai akan mempengaruhi kualitas fisik obat.
- Perhatikan tanggal kadaluarsa obat (expired date) untuk memastikan bahwa obat masih layak untuk digunakan. Jangan gunakan obat yang sudah tidak layak seperti segel rusak atau perubahan fisik seperti warna, bau, dan bentuk obat.
Saat menggunakan obat melalui aplikasi air minum juga perlu memperhatikan hal-hal berikut :
- Air yang digunakan untuk melarutkan obat tidak bercampur desinfektan, karena dapat menurunkan efektivitas atau bahkan merusak obat. Contohnya, desinfektan golongan iodin (Antisep, Neo Antisep) yang merupakan oksidator kuat, sehingga akan merusak obat/vitamin saat dicampurkan. Apabila menggunakan desinfektan air minum dari golongan Cloramine T (Desinsep), harus diendapkan dulu minimal 6-8 jam sebelum digunakan untuk melarutkan obat. Sedangkan desinfektan yang dapat digunakan (tanpa pengendapan) untuk melarutkan obat kecuali antibiotik golongan Sulfonamida yaitu dari golongan QUATS (Medisep, Zaldes).
- Cek kualitas air minum yang digunakan untuk melarutkan obat karena dapat berpengaruh pada kelarutan serta stabilitas obat. Contohnya, pH air yang terlalu asam akan mengendapkan antibiotik golongan Sulfonamida dan β-laktam. Sedangkan jika pH terlalu basa dapat mengendapkan antibiotik golongan Tetrasiklin dan Trimetropin.
- Volume air yang digunakan untuk melarutkan obat, persebaran tempat minum ayam bila menggunakan tempat minum manual seperti Tempat Minum Ayam (TMA), dan setting skala Dosatron bila menggunakan nipple drinker. Hal ini akan mempengaruhi jumlah obat dan keseragaman dosis yang diterima oleh ayam.
- Jangan meningkatkan dosis obat tanpa persetujuan tenaga medis berwenang. Penggunaan dosis obat yang tidak sesuai aturan pakai berpotensi untuk meningkatkan kejadian resistensi antibiotik
Apabila sudah dilakukan pengobatan tetapi kondisi ayam tidak kunjung membaik, evaluasi metode pengobatan melalui:
- Memastikan penggunaan obat sudah tepat baik dari segi pemilihan kesesuaian obat dengan penyakit maupun dosis dan aturan pakan sudah dijalankan dengan baik.
- Memastikan diagnosa sudah tepat. Bila tidak kunjung sembuh sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga medis agar bisa dilakukan diagnosa ulang penyebab penyakit. Apabila penyebab utamanya adalah penyakit viral, maka tidak dapat diatasi antibiotik.
- Memastikan antibiotik yang pernah digunakan sudah mengalami resistensi dengan uji sensitivitas antibiotik. Jika terdeteksi resistensi, gunakan antibiotik dari golongan lain yang masih sensitif sesuai hasil rekomendasi tenaga medis.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik yaitu :
- Praktik pengobatan yang kurang baik, seperti penggunaan dosis yang tidak sesuai dengan aturan pakai, ketidaksesuaian antibiotik yang digunakan dengan penyakit yang diobati, dan pengobatan yang tidak tuntas.
- Faktor internal dari bakteri, seperti adanya mutasi, perubahan enzim, dan reseptor.
Dengan mentaati aturan pakai obat serta melakukan pengobatan yang bijak dan tepat akan mempercepat kesembuhan suatu penyakit dan menekan peningkatan kasus resistensi antimikroba. Semoga bermanfaat.