Permasalahan yang umum ditemui di peternakan ayam adalah adanya bau menyengat yang mengganggu masyarakat sekitar lokasi peternakan. Selain itu, bau menyengat tersebut dapat menjadi masalah serius terhadap kesehatan dan produktivitas ternak hingga menganggu kenyamanan pekerja kandang.
Amonia di Peternakan Unggas
Lingkungan kandang dengan kondisi bau menyengat biasanya disebabkan oleh kandungan gas amonia yang terlalu tinggi. Amonia (NH₃) merupakan bentuk gas yang dihasilkan dari proses perombakan sisa-sisa nitrogen yang berasal dari feses ayam oleh bakteri pengurai (bakteri ureolitik). Protein yang berasal dari ransum akan dicerna dan dimetabolisme hingga menghasilkan zat sisa berupa urea dan asam urat yang dibuang bersama dengan feses. Urea dan asam urat mengandung unsur nitrogen (N) yang akan diubah menjadi amonia (NH₃ berbentuk gas) atau amonium (NH₄₊ yang terlarut dalam feses) oleh bakteri pengurai di lingkungan.
Terdapat kondisi tertentu yang bisa meningkatkan kandungan amonia di lingkungan kandang. Beberapa hal yang menjadi penyebab tingginya bau amonia diantaranya :
- Kandungan garam dan protein tinggi
Ransum dengan kandungan garam atau protein yang tinggi akan menyebabkan feses ayam menjadi lebih basah. Kadar garam yang terlalu tinggi di dalam ransum akan mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh dan memicu ayam lebih banyak minum sehingga feses ayam menjadi lebih basah. Demikian halnya dengan kadar protein yang terlalu tinggi. Hal ini terjadi karena sisa protein yang tidak tercerna diubah menjadi asam urat yang konsentrasinya tinggi di dalam ginjal sehingga akan memicu ayam minum lebih banyak. Akibatnya kotoran ayam pun menjadi basah dan encer. Feses yang basah akan cenderung menimbulkan bau amonia lebih tinggi.
- Kontruksi kandang dan ventilasi yang buruk
Jarak antar kandang yang ideal adalah minimal 7 meter atau satu kali lebar kandang. Sirkulasi udara yang terganggu karena jarak kandang yang terlalu dekat, lokasi dekat dengan tebing atau terlalu banyak pepohonan, akan mengakibatkan pembuangan gas berbahaya menjadi terhambat. Selain itu, bisa menghambat pengeringan feses, akibatnya kadar gas amonia akan lebih cepat meningkat.
Tipe kandang baterai dapat mengurangi bau amonia 50% daripada kandang postal karena kotoran di kandang baterai akan langsung jatuh ke bawah sehingga dapat mengurangi bau amonia secara langsung. Namun yang perlu diperhatikan dari kandang baterai adalah ketinggian kolong kandang. Sebaiknya tinggi kolong kandang adalah 1,25 – 1,5 meter. Untuk pemeliharaan ayam petelur di kandang baterai atau panggung, sebaiknya peternak membersihkan kotoran secara periodik supaya kotoran ayam tidak terlalu menumpuk.
- Kandang terlalu padat
Kepadatan kandang yang terlalu padat akan menyebabkan ayam merasa kepanasan (heat stress), sehingga ayam akan lebih banyak minum daripada makan. Hal ini akan menyebabkan feses yang dihasilkan menjadi lebih basah. Tingginya kepadatan ayam juga dapat menyebabkan tekanan kandang lebih tinggi dan sirkulasi udara tidak berjalan baik.
- Kualitas litter buruk
Salah satu fungsi litter adalah membantu penyerapan air yang ada pada feses sehingga lebih cepat kering. Jika kualitas dan kuantitas litter kurang baik maka akan lebih cepat lembap dan basah. Kondisi ini tentu saja akan mendukung terbentuknya amonia. Manajemen litter yang kurang baik, seperti tidak ada pembolakbalikan litter dan adanya tumpahan air minum juga akan meningkatkan pembentukan amonia.
Dampak Amonia
Kadar amonia yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan ternak. Kadar amonia di kandang dapat dideteksi menggunakan alat amonia meter. Amonia meter perlu diletakkan di ketinggian yang tepat, yaitu sekitar 10 cm dari alas kandang atau setinggi kepala ayam. Selain itu, cara termudah untuk mengetahui bau amonia adalah saat kita masuk ke kandang dan bau feses sudah mulai menyengat, maka kadar amonia sudah dikatakan berlebihan. Berikut beberapa respon yang dirasakan petugas kandang serta dampak terhadap kesehatan ayam terhadap level amonia (Tabel 1 dan 2).
- Gangguan iritasi mata
Amonia akan larut dalam cairan mata dan menghasilkan amonium hidroksida (NH₄OH), yaitu komponen senyawa alkaline yang mampu mengiritasi dan menyebabkan konjungtivitis (radang pada konjungtiva mata).
- Gangguan saluran pernapasan
Level amonia dengan kadar >20 ppm, dapat mengakibatkan siliostasis (terhentinya gerakan silia) dan desiliosis (kerusakan silia) pada membran mukosa saluran pernapasan. Akibatnya saluran pernapasan akan kehilangan alat pertahanannya terhadap benda asing sehingga rentan terserang kasus infeksi penyakit saluran pernapasan seperti CRD, Coryza, ND, AI, IB dan ILT.
- Gangguan sistem kekebalan
Bukan saja merusak silia, amonia juga dapat merusak sel-sel epitel saluran pernapasan atas sehingga produksi kekebalan mukosa (IgA) akan menurun. Amonia yang levelnya sangat tinggi juga dapat masuk ke dalam aliran darah (akibat terhisap dalam jumlah besar) dan menyebabkan stres pada sel-sel limfosit sehingga produksi antibodi (IgG dan IgM) mengalami gangguan. Hal tersebut berpengaruh terhadap daya tahan tubuh dan rentan terinfeksi penyakit.
- Gangguan sistem reproduksi
Gas amonia dengan kadar >30 ppm dapat mengakibatkan kondisi alkalosis (pH cairan tubuh, termasuk cairan plasma darah bersifat basa) pada ayam. Jika plasma darah bersifat basa, maka sebagian besar protein plasma akan mengikat ion kalsium dalam peredaran darah. Akibatnya, pembentukan tulang/kerangka tubuh ayam pun terganggu dan kerabang telur yang dihasilkan menjadi lebih tipis.
Strategi Mengendalikan Amonia
Peternak dapat menekan kadar amonia pada level serendah mungkin agar produktivitas ayam tidak terganggu. Kadar amonia yang aman dan belum menimbulkan gangguan pada ayam ialah <20 ppm. Beberapa tindakan sebagai strategi mengendalikan amonia adalah :
- Kontrol kadar garam dan protein
Berikan ransum dengan kandungan zat nutrisi yang sesuai, terutama kandungan protein kasar dan garam. Tindakan yang perlu dilakukan ialah tidak memberikan ransum dengan kandungan garam dan protein berlebih pada ayam. Selain itu, pastikan asupan ransumnya juga sesuai dengan standar kualitas ransum.
- Manajemen litter
Litter yang digunakan sebagai alas kandang harus berkualitas baik (kering, tidak berdebu dan mampu menyerap air secara optimal). Ketebalan litter juga perlu diperhatikan yaitu 8 – 12 cm (kandang postal) dan 5 – 8 cm (kandang panggung). Pada masa brooding, perlu dilakukan pembolak-balikan litter secara teratur (3–4 hari sekali) untuk menghindari litter menggumpal. Apabila banyak litter yang menggumpal dan sangat lembap, maka perlu dilakukan penambahan litter baru yang telah ditaburi kapur terlebih dahulu agar cepat kering. Setelah itu baru ditumpuk dengan litter yang baru.
- Pengaturan kepadatan kandang
Kepadatan kandang perlu diatur supaya tidak terlalu penuh. Idealnya kepadatan kandang untuk ayam pedaging adalah 15 kg/m² atau setara 6 – 8 ekor dan 12 -14 ekor/m² untuk ayam petelur grower.
- Kontrol suhu dan kelembapan kandang
Suhu udara di dalam kandang yang terlalu panas dapat diturunkan dengan bantuan blower atau kipas angin. Pemasangan blower harus memperhatikan beberapa hal seperti arah aliran angin, kecepatan angin, volume ruangan kandang dan populasi ayam. Sirkulasi udara dalam kandang juga perlu diperhatikan dengan melakukan manajemen buka tutup tirai, mengatur jarak antar kandang, serta menambah penggunaan blower atau fan (kipas). Selain itu kandang closed house dapat menjadi solusi karena dapat mengatur suhu dan kelembapan dalam kandang serta mengeluarkan gas beracun dari kandang.Kontrol suhu dan kelembapan kandang.
- Manajemen pengandalian feses
Supaya feses menjadi lebih kering dapat ditambahkan bahan-bahan yang dapat mengikat air dalam feses seperti penambahan zeolit atau kapur 1-3%. Selain itu, untuk menurunkan kadar amonia bisa ditambahkan bahan tertentu yang dapat mengikat amonia. Salah satu produk yang dapat mengikat amonia adalah Ammotrol. Produk Ammotrol merupakan produk herbal yang aman digunakan setiap hari dalam jangka waktu lama untuk mengikat amonia tanpa menimbulkan efek samping dan residu. Pemberian Ammotrol juga relatif mudah, cukup disemprotkan ke kotoran atau dilarutkan dalam air minum, serta bisa diberikan bersamaan/dicampur dengan vitamin atau antibiotik.
Tingginya kadar amonia akan berdampak buruk bagi kesehatan dan produktivitas ternak. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan untuk mengendalikan kadar amonia.