Berbagai macam tantangan dunia perunggasan tidak terlepas dari yang namanya penyakit. Baik penyakit infeksius maupun non infeksius dapat berkunjung kapan saja dan di mana saja. Apalagi jika didukung dengan beberapa faktor predisposisi seperti kondisi stres karena perubahan lingkungan.
Prediksi El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan adanya potensi fenomena La Nina pada akhir 2024. Secara umum, La Nina cenderung menyebabkan kondisi yang lebih basah di Indonesia. Menurut BMKG, puncak musim hujan akan terjadi pada bulan November 2024 hingga Februari 2025. Dimana saat musim hujan tersebut risiko kejadian penyakit cenderung lebih tinggi. Kondisi kandang yang lembap, kualitas air menurun dan genangan air di sekitar kandang dapat menjadi media perkembangan vektor dan bibit penyakit. Salah satu penyakit yang selalu muncul hingga kini adalah Avian Influenza (AI).
Fakta Lapangan
Penyakit AI dapat menyerang semua jenis unggas di semua umur. Berdasarkan data dari Medion Disease Incidence tahun 2023-2024, kejadian penyakit AI paling sering menyerang ayam layer masa produksi. Seperti yang ditunjukkan pada Grafik 1 sebanyak 62% kasus AI di tahun 2023 dan 59% kasus AI di tahun 2024 terjadi pada masa puncak produksi. Hal ini terjadi akibat stres internal yang tinggi pada tubuh ayam dalam menghasilkan telur yang maksimal. Apalagi jika didukung dengan stres eksternal seperti praktik biosekuriti dan manajemen kurang baik yang dapat memudahkan penyakit AI bisa menginfeksi. Kondisi stres tersebut bersifat imunosupresan, sehingga berpengaruh terhadap level titer antibodi. Pada ayam boiler, kasus AI didominasi umur 4 minggu (Grafik 2) namun ditemukan juga pada umur 3 dan di atas 4 minggu.
Berdasarkan Grafik 3, penyakit AI pada ayam layer masa produksi menempati ranking kedua untuk kategori penyakit viral (disebabkan oleh virus) sejak tahun 2023-2024 secara nasional. Dari hasil uji biologi molekuler dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) selama 2023-2024, kasus positif AI H5N1 lebih tinggi dari kasus H9N2 seperti yang ditunjukkan pada Grafik 4.
Penyakit AI dikenal sebagai salah satu penyakit yang bersifat immunosupressant (menekan sistem kekebalan tubuh), sehingga memudahkan agen penyakit lain menginfeksi ayam. Berikut ini data kejadian penyakit AI tunggal ataupun kombinasi dengan penyakit lain.
Berdasarkan kumpulan data kasus AI di farm layer dan broiler di Indonesia selama tahun 2024 (Grafik 5 dan 6), kasus AI tunggal sebanyak 36% dan 25%. Sisanya merupakan kasus AI yang berkombinasi (koinfeksi) dengan agen penyakit lain. Kasus koinfeksi AI paling tinggi bersamaan dengan penyakit bakterial dan viral baik pada ayam layer maupun broiler. Penyakit bakterial tersebut antara lain CRD, CRD kompleks, Colibacillosis, Coryza, NE. Pada koinfeksi penyakit viral antara lain ND, IB maupun EDS. Sisanya kasus AI koinfeksi dengan penyakit parasit (Cacingan, Koksidiosis), penyakit jamur (Candidiasis, Aspergillosis) dan penyakit non infeksius seperti Mikotoksikosis, heat stress dan sebagainya.
Sejarah Penyakit Avian Influenza
Indonesia dilalui oleh rute jalur migrasi burung liar dari wilayah Asia Timur ke Australia (East Asian Australian Fly Way) ataupun sebaliknya. Hal ini berpotensi membawa dan menyebarkan virus AI di negara yang dilaluinya termasuk Indonesia. Karena burung liar merupakan reservoir alami dari virus AI.
Sejak awal ditemukannya di Indonesia pada akhir tahun 2003, hingga kini kejadian kasus AI masih sering dijumpai pada peternakan unggas seperti ayam broiler, layer, breeder, pejantan, joper, itik, puyuh dan unggas lainnya. Dulu tahun 2003 ditemukan AI H5N1 clade 2.1 kemudian di tahun 2012 ditemukan AI H5N1 clade 2.3.2.1c. Lalu di tahun 2016 ditemukan AI H9N2 dan terakhir kali ditemukan AI H5N1 clade 2.1.
Pada tahun 2019 dan 2021, virus AI H5N1 clade 2.3.2.1c mengalami mutasi (perubahan karakteristik protein penting pada AI yaitu Hemagglutinin dan Neuraminidase) dari waktu ke waktu. Selanjutnya pada tahun 2022 atau 2 tahun yang lalu telah ditemukan virus AI H5N1 clade 2.3.4.4b pertama kali di Indonesia. Karakter genetik asam amino HA dan NA dari clade tersebut yang ditemukan pada waktu itu sangat berbeda dari clade-clade sebelumnya. AI H5N1 clade 2.3.4.4b pertama kali ditemukan pada peternakan itik komersial di Kalimantan Selatan yang belum dilakukan vaksinasi AI. Begitu pula penerapan manajemen dan biosekuriti yang masih rendah.
Karakteristik virus AI yang mudah mengalami mutasi harus selalu diwaspadai oleh para peternak. Karena perubahan atau mutasi pada virus AI, baik mutasi pada protein HA ataupun NA dapat berdampak pada risiko kegagalan vaksinasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Medion terus aktif melakukan monitoring dan surveilans terhadap kasus yang mengarah ke penyakit AI dari berbagai wilayah di Indonesia.
Avian Influenza Terkini
Hingga kini virus AI yang beredar di Indonesia adalah subtipe H5N1 dan H9N2. Berdasarkan keganasannya, AI H5N1 disebut High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) karena memilki keganasan tinggi. Sedangkan AI H9N2 disebut Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) karena memiliki keganasan rendah. AI H5N1 yang beredar di Indonesia saat ini terdiri dari 2 clade yang berbeda yaitu 2.3.2.1c dan 2.3.4.4b yang baru muncul sejak tahun 2022. Menurut data Surveilans Medion, AI H5N1 clade 2.3.2.1c saat ini paling dominan ditemukan. Sedangkan AI H9N2 yang beredar di Indonesia hanya ditemukan satu clade yaitu h9.4.2.5. AI H9N2 tersebut secara genetik masih sama sejak ditemukan pertama kalinya di Indonesia.
Hasil analisa homologi asam amino antar clade AI H5N1 yang ditemukan di Indonesia menunjukkan jarak genetik yang cukup jauh. Berdasarkan analisa genetik dan homologi asam amino HA dan NA (clade 2.3.2.1c dan 2.3.4.4b), persen homologi menunjukkan nilai yang rendah atau di bawah standar. Harusnya standar homologi yang baik yaitu ≥95% antar clade tersebut. Namun persen homologi HA menunjukkan nilai 88.5-88.77%, sedangkan homologi NA 86.05-87.21%.
Selain itu pohon kekerabatan (phylogenetic tree) antar clade AI H5N1 baik pada asam amino HA ataupun NA juga menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa antar clade AI H5N1 tersebut tidak bisa saling memberikan perlindungan yang optimal. Termasuk antar kedua clade AI H5N1 yang ditemukan saat ini yaitu clade 2.3.2.1c dan 2.3.4.4b.
Walaupun secara genetik dan homologi asam amino (HA dan NA) antar clade AI H5N1 berbeda signifikan. Namun perubahan gejala klinis dan patologi anatomi yang ditemukan pada ayam yang terserang AI H5N1 clade 2.3.2.1c dan 2.3.4.4b sangat mirip. Sulit membedakan antar kedua clade tersebut jika hanya berdasarkan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi saja. Untuk membedakan antar clade tersebut memerlukan diagnosa penunjang yaitu uji laboratorium. Hemagglutinin Inhibition (HI) Test bisa menjadi alternatif. Namun akan lebih akurat lagi jika pengujian dilanjutkan hingga tahapan biologi molekuler dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan sequencing.
Strategi Pencegahan Serangan AI
Strategi pencegahan AI yang perlu dilakukan di peternakan yaitu melakukan program vaksinasi secara tepat dan optimal dikombinasikan dengan sanitasi dan biosekuriti yang ketat. Berikut penjelasannya :
1. Program vaksinasi secara tepat
a. Kondisi ayam sehat sebelum divaksin
Pastikan ayam dalam kondisi sehat saat akan divaksinasi AI sehingga titer antibodi yang terbentuk lebih optimal.
b. Tepat vaksin yang digunakan
Untuk membentuk kekebalan yang optimal, gunakan vaksin yang homolog dengan virus lapangan. Medivac AI H5N1 2.3 serta Medivac AI H5N1 & H9N2 merupakan beberapa pilihan vaksin sebagai solusi tepat dalam pengendalian AI di lapangan. Selain dari sisi kandungannya, vaksin yang tepat juga dinilai dari kualitas fisiknya. Kualitas fisik vaksin harus dalam kondisi baik, artinya segelnya masih utuh, bentuk sediaan tidak berubah, vaksin belum kadaluarsa, serta etiketnya masih terpasang dengan baik.
c. Tepat waktu vaksinasi
Lakukan vaksinasi sesuai riwayat kasus di farm dan umur ayam yang rentan terserang AI. Kejadian AI di ayam broiler tidak lepas dari turunnya antibodi maternal AI. Pada umur 3 minggu, titer antibodi maternal sudah tidak protektif lagi sehingga umur tersebut adalah saat paling rawan bagi ayam terserang AI. Selain itu, karena dari data lapangan, AI biasa menginfeksi ayam broiler umur > 3 minggu, maka vaksinasi AI pertama pada ayam broiler sebaiknya dilakukan umur 4 atau 10 hari. Pada ayam layer vaksinasi dianjurkan 3 kali sebelum masuk masa produksi telur dan minimal 2 kali setelah lewat puncak produksi. Agar penentuan waktu vaksinasi lebih tepat, bisa dibantu dengan melakukan monitoring antibodi secara rutin. Vaksinasi tidak hanya dapat menekan potensi terjangkitnya penyakit, jika ada serangan AI, ayam relatif lebih tahan dibanding jika tanpa vaksinasi. Vaksinasi juga dapat menekan shedding virus sehingga cemaran virus AI di lapangan bisa ditekan.
d. Tepat metode aplikasi vaksinasi
Selain harus tepat vaksin, aplikasi vaksinasi AI juga harus dilakukan dengan tepat. Hal ini meliputi persiapan peralatan (alat suntik), thawing (proses peningkatan suhu) vaksin, handling (memegang dan mengontrol) ayam, cara menyuntik, dosis pemberian vaksin, dan penanganan botol bekas vaksin.
2. Monitoring titer
Monitoring titer antibodi dilakukan secara rutin agar membantu peternak dalam memantau status kesehatan unggasnya. Secara umum, pelaksanaan uji serologi bertujuan untuk menentukan umur vaksinasi pertama, memantau hasil vaksinasi, membantu mendiagnosa serangan penyakit, dan membuat baseline titer (titer dasar).
3. Sanitasi dan biosekuriti
a. Maksimalkan penerapan 3 zona biosekuriti, yaitu zona merah, zona kuning, dan zona hijau. Batasi lalu lintas orang/ kendaraan yang keluar masuk kandang. Jika akan masuk kandang, lakukan desinfeksi baik kendaraan maupun personil, terutama jika datang dari kandang peternakan yang terinfeksi. Tidak menutup kemungkinan feses yang tercemar virus AI terbawa melalui roda kendaraan/alas kaki.
b. Hindari kunjungan ke pasar burung sebelum masuk ke area peternakan. Live bird market (LBM) atau pasar unggas hidup menjadi salah satu potensi sumber penularan penyakit terutama virus AI.
c. Batasi kontak antara unggas komersial dengan ayam kampung, unggas air atau hewan liar di sekitar lingkungan kandang
d. Lakukan kunjungan kandang yang diawali dari kandang ayam berumur muda baru menuju kandang ayam umur tua
e. Alas kaki sebaiknya rutin disikat karena penyelupan/penyemprotan desinfektan saja tidak mampu menembus virus yang terdapat pada sela-sela alas sepatu
f. Melakukan sanitasi kandang dan peralatan (kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot) dengan Neo Antisep atau Medisep. Apabila sedang terjadi outbreak maka penyemprotan dilakukan setiap hari.
g. Tempat minum dicuci setiap 2 kali sehari. Rendam tempat minum yang telah dicuci dalam Medisep selama paling tidak 30 menit, setiap 4 hari sekali. Percepat atau mundurkan jadwal desinfeksi jika harinya bertepatan dengan jadwal vaksinasi.
h. Semprotkan larutan kapur aktif pada seluruh bagian dalam kandang seperti lantai dan tiang-tiang serta bagian luar kandang. Biarkan sampai kering.
i. Jika menggunakan litter/sekam, lakukan pergantian, penambahan dan bolak-balik secara berkala supaya kondisi litter tetap kering. Berikan Ammotrol via air minum untuk menjaga supaya feses ayam tetap kering dan mengontrol level amonia di dalam kandang.
j. Pada saat kosong kandang, pembersihan harus dilakukan menyeluruh ke setiap bagian kandang. Sela-sela kandang, dan bagian bawah dari kandang panggung juga tidak boleh lepas dari pembersihan. Setelah semua peralatan dikeluarkan, kandang dibersihkan dengan detergen dan disikat, kemudian disemprot air bertekanan tinggi.
k. Ciptakan suasana nyaman bagi ayam, diantaranya seperti jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan jika memungkinkan bisa dilakukan sistem “all in all out” dan penerapan istirahat kandang minimal 2 minggu sejak keadaan kandang bersih.
l. Sanitasi air minum dengan menggunakan Desinsep untuk menekan penularan penyakit melalui air minum. Lakukan pula flushing untuk membersihkan lumut atau biofilm (dengan Bioflush) yang menempel pada pipa saluran air. Cek kualitas air minum peternakan secara berkala, minimal saat perubahan musim.
m. Kualitas pakan harus tetap terjaga hingga dikonsumsi oleh ayam. Pastikan kadar air dalam pakan tidak lebih dari 14%. Tambahkan Fungitox untuk menghambat pertumbuhan jamur dan mengatasi mikotoksin.
n. Lakukan pengontrolan secara rutin (2 minggu atau 1 bulan sekali) untuk melakukan audit biosekuriti dengan mengisi form checklist.
4. Suplementasi
Selain itu, perlunya menekan kondisi stres dan efek imunosupresan lainnya dengan memberikan suplementasi. Berikan multivitamin (Vita Stress atau Kumavit) untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam. Selain vitamin, penambahan premiks Mix Plus juga penting untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ransum, sehingga proses metabolisme pertahanan tubuh unggas bisa berjalan maksimal. Berikan imunostimulan herbal seperti Imustim untuk membantu meningkatkan sistem kerja kekebalan tubuh. Pemberian Imustim sebelum dan sesudah vaksinasi bekerja dengan mempercepat peningkatan titer antibodi hasil vaksinasi.
Penanganan Tepat Penyakit AI
Jika suatu peternakan terdeteksi penyakit AI, hal-hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan outbreak:
• Untuk penanganan kandang yang belum terserang AI
a. Lakukan revaksinasi pada ayam yang kondisinya masih sehat menggunakan Medivac AI. Keputusan revaksinasi pada kandang yang belum terserang AI tergantung pada tingkat keganasan virus, angka kesakitan dan angka kematian yang terjadi di lokasi peternakan tersebut.
b. Lakukan semprot kandang untuk mengurangi jumlah virus yang ada di lapangan
c. Desinfeksi air minum untuk mencegah penularan penyakit melalui air minum
d. Tebar kapur pada area jalan di sekitar kandang
e. Batasi lalu lintas pegawai dari kandang ayam sakit tidak diperbolehkan masuk atau melewati kandang ayam sehat.
• Untuk ayam pada kandang yang telah terserang AI
a. Berikan imunostimulan pada ayam masih sehat atau terserang LPAI dengan Imustim untuk meningkatkan stamina tubuh ayam. Imustim akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh secara optimal sehingga proses kesembuhan akan lebih cepat.
b. Jika ada infeksi sekunder penyakit bakterial atau penyakit parasit, lakukan pengobatan sesuai dengan infeksi sekunder tersebut.
• Penanganan lingkungan peternakan
a. Segera singkirkan bangkai unggas yang mati di kandang. Musnahkan dengan metode penguburan yang harus berlokasi di lingkungan peternakan dan berjarak minimal 20 meter dari kandang. Taburi permukaan atas galian ayam menggunakan kapur aktif. Pekerja memakai masker, sarung tangan dan sepatu boots. Masukkan bangkai ayam ke dalam lubang kemudian semprot desinfektan dengan menggunakan Antisep atau Neo Antisep.
b. Semprot kandang yang masih berisi ayam dengan desinfektan seperti Antisep atau Neo Antisep, dan pada kandang kosong dapat menggunakan Sporades atau Formades
c. Lakukan istirahat kandang yang cukup kemudian lakukan desinfeksi kandang kembali sebelum memulai chick in lagi. Tujuan dari istirahat kandang adalah untuk mengontrol/memutus siklus hidup bibit penyakit pada kandang setelah dicuci dan dilakukan proses desinfeksi. Untuk bibit penyakit yang memiliki daya tahan cukup lama di lingkungan seperti virus AI membutuhkan masa istirahat kandang lebih lama yaitu selama 4 minggu atau bahkan lebih.
d. Menjaga kualitas air minum yang diberikan pada ternak. Air minum yang diberikan bersumber dari air yang bersih dan aman serta perlu dilakukan pengontrolan dan pemeriksaan sumber air minum di Laboratorium Medion secara rutin. Lakukan sanitasi pada air minum unggas (Desinsep).
Tindakan pengendalian penyakit ini masih bisa kita upayakan mulai dari segi manajemen pemeliharaan, biosekuriti, hingga menyangkut kesehatan ayam. Diharapkan kasus penyakit AI bisa terhindarkan dan produktivitas bisa tercapai maksimal. Semoga bermanfaat.