Bapak Agung – by email
Ayam di farm saya umur 30 minggu produksi telurnya belum seragam. Untuk bobot per butirnya kisaran 60-65 g. Berat telur standar di umur 30 minggu adalah 65 g (1 kg isi 18-19) dengan pakan per hari per ekor sebanyak 115 g. Bagaimana agar produksi telur bisa seragam?
Jawab:
Kunci sukses yang mempengaruhi keseragaman produksi adalah kualitas pullet-nya. Hal yang paling mempengaruhi adalah keseragaman berat badan, kerangka, dan dewasa kelamin pullet. Keseragaman yang baik minimal 85%. Pullet yang baik memiliki keseragaman dan pencapaian berat badan sesuai dengan standar umurnya. Keseragaman pullet dapat dipengaruhi oleh kualitas DOC, kepadatan kandang, jumlah tempat pakan dan minum, manajemen pemberian pakan, kenyamanan kandang, potong paruh, pencahayaan yang seragam dan program pemeliharaan yang tepat.
Ukuran dan berat telur secara garis besar dipengaruhi oleh faktor genetik. Meskipun demikian, faktor manajemen pun turut terlibat dalam menentukan besar kecilnya telur yang dihasilkan ayam. Jika ditemukan kasus berat telur tidak normal (terlalu besar atau terlalu kecil dari standar), maka perhatikan beberapa hal berikut:
- Bobot badan ayam
Bobot badan ayam berkorelasi positif dengan ukuran dan berat telur. Ketika masuk masa produksi (umur 18 minggu), bobot badan ayam hendaknya sudah mencapai 1,35-1,65 kg (dari standar 1,5 kg). Jika bobot badan masih di bawah standar, maka ayam tersebut akan menghasilkan telur dengan ukuran dan berat lebih kecil. Keadaan ini cenderung berlangsung terus-menerus selama ayam berproduksi. ISA Brown (2022) menyatakan bahwa perbedaan 80 gram berat badan saat awal produksi akan meningkatkan berat telur sebesar 1 gram.
- Tingkat kematangan seksual
Faktor ini secara tidak langsung berhubungan dengan bobot badan. Pullet yang mengalami kematangan seksual (dewasa kelamin) terlalu dini, biasanya bobot badannya masih rendah (di bawah 1,5 kg) namun sudah bertelur. Dengan demikian dewasa kelamin dini juga bisa menyebabkan ayam memproduksi telur dengan ukuran dan berat lebih kecil. Sebaliknya, ketika kematangan seksual terlambat, maka ayam akan memproduksi telur dengan ukuran lebih besar dari standar (abnormal).
- Feed intake dan nutrisi
Berat telur sangat besar dipengaruhi oleh konsumsi dan kandungan nutrisi pakan, seperti protein, asam amino (methionine dan lysine), energi, dan lemak. Jika nafsu makan ayam turun atau kualitas pakan sedang kurang baik, maka kebutuhan nutrisi ayam akan tidak terpenuhi. Dampaknya berat telur akan berkurang dan ukurannya menjadi lebih kecil.
- Pencahayaan
Ayam sangat sensitif terhadap cahaya. Perubahan lama maupun intensitas pencahayaan dapat mempengaruhi ukuran dan berat telur yang dihasilkan. Oleh karena itu, program pencahayaan harus diterapkan sesuai umur ayam. Tambahkan pencahayaan bertahap segera setelah ada ayam yang mulai bertelur, supaya awal produksi dapat dicapai di waktu yang tepat. Namun demikian, penambahan pencahayaan bertahap tersebut sebaiknya dilakukan setelah ayam mencapai target bobot badan standar (antara 1,3-1,4 kg) atau produksi telur sudah mencapai 5%. Penambahan cahaya terlalu dini pada ayam berbobot badan rendah akan mempercepat dewasa kelamin, sehingga telur yang dihasilkan lebih kecil begitu juga sebaliknya.
- Faktor infeksius (penyakit)
Faktor penyakit juga menjadi salah satu penyebab telur berukuran kecil, contohnya penyakit Newcastle Disease (ND). Kasus ND dapat menyebabkan penurunan produksi telur, warna kerabang menjadi pucat dan terkadang telur berukuran kecil. Hal ini karena adanya disfungsi (gangguan fungsi) pada organ reproduksi.
- Konsumsi air
Konsumsi air dapat berpengaruh pada rendahnya produksi. Suhu ideal air minum di kisaran 18°C-24°C. Pada kisaran suhu 21°C, ayam akan minum 1,8-2 kali lebih banyak dibanding makan. Konsumsi air minum yang rendah berpengaruh pada rendahnya konsumsi ransum hingga dampaknya produksi telur menurun.
Selanjutnya untuk mengembalikan berat telur ke ukuran standar, kita harus menganalisis terlebih dahulu apa penyebabnya. Tindakan sementara yang dapat dilakukan antara lain :
- Lakukan pengamatan untuk mengetahui ayam mana saja yang berat telurnya tidak normal, kemudian pisahkan dan timbang bobot badan ayamnya. Kelompokkan ayam sesuai dengan bobot badannya (grading) agar menghindari persaingan dan memudahkan untuk memberikan perlakuan ke masing-masing kelompok. Jika bobot badan kurang dari standar, maka bisa diberi perlakukan khusus, yaitu diberi pakan dengan jumlah lebih banyak atau frekuensi makannya ditambah untuk mengejar ketertinggalan bobot badan. Jika bobot badan lebih dari standar, maka ayam tersebut pada minggu berikutnya tidak ada penambahan jatah pakan (masih berpatokan pada jatah pakan minggu sebelumnya) supaya bobot badan tidak naik.
- Jika memungkinkan, lakukan uji kualitas pakan di laboratorium (MediLab) untuk memastikan nutrisi pakan sudah memenuhi kebutuhan ayam atau belum
- Ukur konsumsi pakan harian. Jika berat telur turun akibat nafsu makan ayam menurun, maka evaluasi apa saja penyebabnya. Bisa karena ayam terserang penyakit atau mengalami stres.
- Berikan suplementasi multivitamin dan premiks yang akan membantu memperbaiki produksi dan kualitas telur seperti Top Mix, Mix Plus, Egg Stimulant atau Strong Egg.