Pandemi COVID-19 memang sangat berdampak pada semua sektor, bahkan industri pangan seperti perunggasan pun ikut terdampak. Dengan melihat kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat tim Info Medion untuk terus senantiasa mengedukasi dan menyebarkan informasi-informasi ter-update seputar teknis manajemen dan kesehatan ternak.

Menjelang berakhirnya tahun 2020, kita perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja dan perkembangan usaha peternakan untuk menentukan target untuk tahun yang akan datang. Hasil produktivitas yang diperoleh selama 1 tahun ini dapat dijadikan catatan dan bekal dalam menghadapi tantangan tahun depan. Salah satu poin yang penting untuk dievaluasi ialah catatan mengenai penyakit-penyakit pada tahun 2020 yang menggagalkan pencapaian target produktivitas ayam.

Gambaran Penyakit Ayam Tahun 2020

Berdasarkan data yang telah dirangkum oleh tim Technical Education and Consultation Medion, kondisi umum penyakit yang menyerang ayam pedaging dan petelur dapat dilihat pada Grafik 1 hingga 4. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa serangan penyakit di peternakan masih didominasi oleh penyakit lama. Penyakit bakterial masih didominasi oleh CRD, Coryza, Colibacillosis, kolera dan CRD kompleks. Sedangkan Gumboro, IBH, ND, dan AI masih menjadi primadona penyakit viral.

Dilihat dari Grafik 1 mengenai penyakit viral pada ayam pedaging, terjadi peningkatan kasus yang tinggi pada penyakit Gumboro dibanding tahun sebelumnya. Diikuti kasus IBH dan ND yang masih mendominasi dalam peringkat tiga besar. Pada Grafik 2, kasus CRD kompleks, dan koksidiosis pada ayam pedaging sampai bulan Agustus 2020 mengalami peningkatan kasus. Sedangkan pada ayam petelur, kasus penyakit viral yang mengalami tren naik adalah penyakit AI dan cacar. Pada penyakit non viral terlihat peningkatan kasus CRD, CRD kompleks, kolera, koksidiosis, dan mikotoksikosis (Grafik 3 dan 4). Sampai akhir tahun 2020 diprediksi pula bahwa kasus koksidiosis dan mikotoksikosis akan jauh lebih tinggi jumlahnya dibandingkan tahun 2019.

Tren kasus serangan penyakit pada ayam pedaging dan petelur ini banyak terjadi di musim hujan dan saat pancaroba/pergantian cuaca. Kasus penyakit kemudian menurun jumlahnya di bulan Maret, dan berangsur-angsur meningkat di bulan Juni.

Beberapa faktor pendukung terjadinya penyakit ayam saat ini biasanya manajemen yang belum optimal, adanya faktor imunosupresif, keseimbangan mikroflora usus di saluran pencernaan, dan kondisi pakan. Kualitas pakan memegang peranan penting sekitar 70-80% untuk produktivitas unggas, jadi lebih baik tidak mengambil risiko dengan kualitas pakan karena dapat menimbulkan efek yang besar terhadap kesehatan dan performa ayam.

Eksistensi Avian Influenza

Penyakit High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) pada unggas yang disebabkan oleh virus AI subtipe H5N1 clade 2.1.3 telah berlangsung di Indonesia selama lebih dari 10 tahun. Namun clade 2.1.3 tersebut terakhir ditemukan tahun 2016. Sejak 2016 hingga 2020 virus AI H5N1 hanya ditemukan clade 2.3.2. dan terdapat perubahan karakter pada clade tersebut (berbeda pada susunan asam amino) di akhir tahun 2019 yang berdampak secara signifikan pada efektivitas vaksin AI.

Sedangkan Low Pathogenic Avian Influenza (HPAI) masih ditemukan dan menyebabkan penurunan produksi telur yang cukup besar dengan mortalitas yang rendah, tetapi morbiditas masih relatif tinggi. LPAI dapat menyebabkan mortalitas tinggi jika ada infeksi gabungan dengan virus lain seperti IB, ND atau bakteri E. coli, Avibacterium paragallinarum, S. Auerus. Virus AI H9N2 yang ditemukan di Indonesia selama periode tahun 2019–2020 belum mengalami perubahan mutasi yang signifikan.

Serangan IBH masih Mengancam

Penyakit IBH merupakan penyakit viral yang disebabkan oleh Avian Adenovirus Grup I Spesies Fowl Adenovirus D dan E sehingga bisa disebut juga sebagai penyakit infeksi Fowl Adenovirus (FAdV). Virus IBH mempunyai karakteristik tidak beramplop sehingga lebih stabil dan tahan lama hidup di lingkungan. Penyakit IBH merupakan penyakit menular pada ayam. Mortalitas yang disebabkan oleh infeksi FAdV ini dari persentase kecil hingga tidak lama kemudian meningkat, menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup signifikan akibat standar berat badan yang tidak tercapai hingga membengkaknya FCR pada ayam pedaging. Pada ayam petelur juga bisa menghambat pertumbuhan dan produksi telur.

Tim Medion menemukan beberapa kasus yang diduga infeksi penyakit Inclusion Body Hepatitis (IBH) setelah ada banyaknya laporan dari peternak. Dengan kelengkapan fasilitas laboratorium Medion, uji PCR (polymerase chain reaction) terhadap IBH dapat dilakukan di MediLab dengan mengirimkan sampel organ dari ayam yang diduga terinfeksi IBH. Di Indonesia, penyakit ini dapat ditemukan pada berbagai daerah yang padat dengan peternakan ayam terutama ayam pedaging. Kemungkinan merebaknya kasus IBH saat ini dikarenakan Adenovirus kerapkali menyerang ayam yang mengalami kondisi imunosupresi dan rentan terhadap penyakit ditambah dengan perubahan cuaca ekstrem serta kondisi kandang yang kurang nyaman. Terutama kandang dengan kepadatan yang tinggi dan manajemen litter yang buruk.

Waspada Merebaknya Mikotoksikosis

Selain mampu menurunkan hasil produktivitas ayam, mikotoksin juga diketahui memiliki pengaruh besar terhadap turunnya sistem imun (pertahanan tubuh) ayam atau bersifat imunosupresif. Imunosupresif yang disebabkan oleh mikotoksin bersifat kronis, namun jika konsentrasinya tinggi akan bersifat akut. Dampak lanjut dari efek imunosupresif ini ialah meningkatnya kematian ayam, mudahnya ayam terserang penyakit lain, serta meningkatkan kolonisasi bakteri patogen di saluran pencernaan ayam. Mikotoksikosis dapat memicu terjadinya berbagai penyakit, seperti Gumboro (IBD), malabsorption syndrome dan fatty liver syndrome.

Berdasarkan data kasus mikotoksikosis yang dihimpun oleh tim Technical Education and Consultation Medion bahwa terjadi peningkatan kasus kembali memasuki tahun 2020 karena diperparah dengan kondisi cuaca ekstrem yang tidak dapat diprediksi.

Coryza yang Hobi Kunjungi Kandang

Infeksi Coryza memang unik jika dibandingkan dengan penyakit pernapasan lainnya. Kejadiannya bisa berulang dan selalu muncul sepanjang tahun. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah ayam yang sembuh dari infeksi Coryza akan menjadi carrier (pembawa). Jika status kesehatan ayam-ayam ini menurun, penyakit Coryza dapat kembali menginfeksi.

Suhu dan kelembapan yang tidak sesuai juga merupakan salah satu faktor yang berdampak pada gangguan pernapasan. Suhu yang nyaman bagi ayam umur dewasa adalah 25-28°C dengan kelembapan 60-70%. Pada kondisi suhu rendah di musim penghujan, kelembapan lingkungan meningkat sehingga bakteri Coryza berkembang cukup pesat.

Kadar amonia yang tinggi dalam kandang juga berdampak negatif karena dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan ayam sehingga menyebabkan penyakit lain mudah menginfeksi. Faktor lain adalah adanya kontaminasi air, pakan, kandang, dan peralatan oleh leleran cairan hidung ayam penderita Coryza yang sangat potensial menjadi sumber penularan. Jadi, bukan hanya bakteri E. coli yang umum ditularkan lewat air, melainkan juga bakteri penyebab Coryza.

Koksidiosis

Dari data peringkat penyakit yang disusun oleh tim Technical Education and Consultation Medion, di tahun 2019 koksidiosis atau yang sering disebut berak darah berada di urutan ke-4 dan ke-7 yang menyerang ayam pedaging dan petelur. Kasus koksidiosis banyak terjadi pada ayam yang dipelihara di kandang postal menggunakan litter. Sedangkan ayam yang dipelihara di kandang baterai kemungkinannya lebih kecil untuk terinfeksi koksidiosis. Namun tetap saja, koksidiosis tidak boleh dianggap enteng karena penyakit ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi.

Tingkat kelembapan litter yang tinggi karena tumpukan litter yang terlalu banyak dan ditambah dengan tumpahan ransum, air minum maupun air hujan akan sangat mendukung perkembangbiakan Eimeria sp. Dampak yang terjadi pada ayam apabila terserang koksidiosis antara lain pertumbuhan menjadi terhambat, penurunan efisiensi penggunaan ransum, dan kematian yang dapat mencapai 80-90%. Serangan koksidiosis juga akan menimbulkan efek imunosupresif (turunnya kekebalan tubuh) yang menjadikan ayam rentan terhadap infeksi penyakit lainnya.

Mekanisme imunosupresif akibat koksidiosis ialah:

  • Kerusakan jaringan mukosa usus menyebabkan proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi tidak optimal. Akibatnya terjadi defisiensi nutrisi sehingga pembentukan antibodi terganggu.
  • Peyer’s patches dan caeca tonsil di mukosa usus merupakan organ kekebalan lokal di saluran pencernaan sehingga kerusakan kedua organ ini mengakibatkan ayam lebih rentan terinfeksi penyakit lainnya.
  • Di sepanjang jaringan mukosa usus terdapat jaringan limfoid penghasil antibodi (IgA), dimana IgA tersebut akan terakumulasi di dalam darah. Kerusakan mukosa usus akan mengakibatkan keluarnya plasma dan sel darah merah sehingga kadar IgA sebagai benteng pertahanan di lapisan permukaan usus pun menurun.

Kesimpulan Evaluasi Penyakit 2020

Secara umum, jenis penyakit yang akan muncul di tahun 2020 relatif sama dengan penyakit pada tahun-tahun sebelumnya. Penyakit pernapasan, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus pada ayam petelur dan pedaging akan terus mengalami peningkatan. Hal ini terkait dengan kondisi cuaca dan lingkungan peternakan yang kualitas udaranya semakin menurun. Terlebih lagi kondisi saluran dan sistem pernapasan ayam yang memiliki beberapa titik-titik kelemahan yang bisa memudahkan terinfeksi penyakit, terutama saat kondisi cuaca tidak menentu.

Dalam menghadapi cuaca yang tidak menentu, setidaknya ada beberapa poin yang penting untuk diketahui seperti :

  • Penyakit pernapasan dan pencernaan, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur pada ayam petelur dan pedaging akan terus mengalami peningkatan, terutama di musim hujan dan pancaroba.
  • Waspadai turunnya kualitas ransum di musim hujan dan kemarau basah agar mencegah dari kasus serangan jamur dan mikotoksin.
  • Pada ayam pedaging maupun petelur akan didominasi oleh beberapa penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bakteri seperti CRD kompleks, CRD, colibacillosis dan korisa. Keempat penyakit tersebut diprediksi akan mengalami peningkatan karena berkaitan dengan kondisi cuaca dan lingkungan peternakan yang kualitas udaranya semakin menurun. Ditambah lagi dengan kondisi saluran pernapasan ayam yang memiliki beberapa titik kelemahan yang bisa memudahkan terinfeksi penyakit, terutama jika kondisi cuaca yang tidak menentu dan efek amonia yang tinggi dalam kandang.
  • Peternak saat ini dihadapkan pada kondisi yang serba tidak mudah, biaya pemeliharaan yang semakin meningkat namun tidak selalu diimbangi dengan meningkatnya harga jual akan menjadi rintangan berat.
  • Perkembangan virus perlu selalu dipantau secara terus-menerus terutama ND, AI dan Gumboro yang mudah mengalami perubahan. Serta pemantauan terhadap bakteri H. Paragalinarum penyebab penyakit Coryza dimana kasus penyakit tersebut meningkat di tahun 2019 terutama pada ayam petelur.
  • Penyakit yang sering menimbulkan dampak kerugian ekonomi akan menyebabkan penurunan produksi cukup tinggi, seperti penyakit AI, ND dan IB. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ketiga penyakit tersebut relatif sulit dibedakan, terutama jika perubahan yang terjadi pada ayam hanya sedikit. Adanya infeksi salah satu atau komplikasi dari ke-3 penyakit tersebut berpengaruh besar pada ayam petelur & pembibit (breeder) yakni penurunan produksi telur.

Tindakan Perbaikan Sebelum Terlambat

Langkah strategis yang harus dilakukan di lingkungan peternakan untuk mencegah penyakit sebagai berikut :

  • Mengevaluasi kembali manajemen perkandangan dan pemeliharaan

Kita perlu mengevaluasi kembali mengenai manajemen perkandangan dan tata laksana pemeliharaan yang kita aplikasikan. Untuk mengantisipasi kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi, perhatikan sirkulasi udara di sekitar ayam dengan mengatur sistem buka tutup tirai kandang. Selain itu, upayakan manajemen litter yang optimal. Kondisi cuaca yang tidak menentu yang terkadang berubah ekstrem, ditambah dengan kualitas udara yang semakin menurun menuntut upaya penerapan manajemen yang lebih baik. Terlebih lagi, ayam komersial saat ini memiliki karakteristik mudah terserang penyakit. Masa istirahat kandang harusnya lebih dioptimalkan, dimana kandang benar-benar kosong dan distribusi personil dibatasi, tidak boleh kurang dari 14 hari. Lakukan seleksi DOC untuk mendapatkan keseragaman berat badan yang sesuai standar, sehat lincah, tidak cacat dan bebas omphalitis.

  • Melakukan vaksinasi yang tepat

Ketepatan penentuan jadwal vaksinasi, kualitas vaksin, tatalaksana vaksinasi yang sesuai dan kondisi ayam saat divaksin untuk memberikan kekebalan yang optimal terhadap tantangan penyakit. Pemilihan vaksin yang tepat, program dan aplikasi yang sesuai kondisi di masing-masing peternakan (sejarah dan tingkat kerawanan penyakit) menjadi titik kunci keberhasilan perlindungan dari serangan penyakit. Dari gambaran penyakit yang menyerang ayam pedaging dan petelur maka vaksin yang wajib diberikan yaitu ND, AI, Coryza, Gumboro, IB, EDS, Pox (cacar), dan ILT. Medion menyediakan vaksin mengandung virus/ bakteri yang homolog (sama) dengan yang ada di Indonesia, sehingga lebih sesuai digunakan untuk mencegah serangan penyakit di Indonesia. Beberapa contohnya seperti Medivac Coryza T atau Medivac Coryza T Suspension untuk penyakit Coryza, Medivac AI pada pencegahan AI, serta Medivac ND G7 Emulsion yang mengandung virus ND lokal.

  • Penerapan biosekuriti yang lebih ketat untuk mencegah penyakit ke peternakan

Lakukan penerapan biosekuriti model 3 zona (bersih, transisi, kotor) untuk mengontrol kondisi peternakan dengan membatasi lalu lintas agar tidak mudah terserang penyakit unggas. Desinfeksi ketat di lingkungan farm/kandang menggunakan Medisep, Neo Antisep atau Antisep. Kotoran/feses merupakan media ideal yang bisa membawa bibit penyakit, perlu dilakukan pembersihan feses secara rutin dan hindari feses menumpuk dan lembap. Batasi kontak antara unggas komersial dengan ayam kampung, unggas air atau hewan liar. Kurangi populasi ektoparasit sebagai vektor penyakit viral maupun bakterial dengan Kututox-S dan Kututox Oral.

  • Manajemen pakan, air minum dan pemberiannya

Perbaikan mutu pakan (pakan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah dan kandungan nutrisi) sesuai kebutuhan ternak untuk mendapatkan performa ayam yang baik. Menjaga kualitas air minum yang diberikan pada ternak. Air minum yang diberikan bersumber dari air yang bersih dan aman serta perlu dilakukan pengontrolan dan pemeriksaan sumber air minum secara rutin minimal saat pergantian musim. Lakukan sanitasi pada air minum unggas (Desinsep). Waspadai jamur dan mikotoksin pada bahan baku pakan (self mixing) dengan memberikan Freetox. Perhatikan pengontrolan kualitas pakan secara rutin, salah satunya dengan melakukan uji pakan di laboratorium Medion (MediLab) dengan menguji kadar nutrisi dan kandungan mikotoksin.

  • Monitoring titer antibodi perlu dilakukan secara rutin

Lakukan pula uji laboratorium untuk monitoring status kesehatan ayam melalui pemeriksaan titer antibodi. Khususnya untuk ayam petelur dan pembibit untuk mengetahui keberhasilan vaksinasi dan memantau titer antibodi selama masa produksi. Dari pemeriksaan rutin titer antibodi tersebut akan tergambar baseline titer (titer dasar) bagi peternakan tersebut. Sehingga suatu saat jika ditemukan adanya gambaran titer yang berbeda dari biasanya maka hal ini bisa menjadi peringatan dini (early warning system) akan kondisi ayam.

  • Meningkatkan daya tahan tubuh ayam dan mengoptimalkan performa

Berikan multivitamin/suplemen (Vita Stress/Fortevit/Imustim) secara rutin untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam agar tidak mudah terserang penyakit. Saat ini, banyak tersedia dan beredar alternatif AGP dimana tujuan utamanya untuk membantu mengoptimalkan proses pencernaan dan mempertahankan kondisi kesehatan ayam. Salah satunya yaitu fitobiotik atau herbal. Medion mengembangkan produk herbal yang mana dan sudah terstandarisasi baik kualitas bahan baku maupun produk jadinya. Contohnya Fithera sebagai antibakteri dan antiprotozoa, Imustim untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh, Kumavit untuk meningkatkan nafsu makan, Heprofit sebagai suplemen untuk melindungi hati ayam dari kerusakan (hepatoprotektor), serta produk-produk lainnya.

  • Medikasi pengobatan jika terlanjur sakit

Untuk mencegah serangan infeksi bakterial bisa diberikan bermacam-macam produk alternatif pengganti AGP. Namun jika sudah terjadi kasus infeksi, lakukan pengobatan yang tepat berdasarkan diagnosa, pemilihan obat, serta dosis dan aturan pakai. Sebagai terapi supportif (pendukung), pemberian multivitamin (Fortevit, Vita Stress) akan sangat membantu meningkatkan kondisi tubuh ayam. Jenis obat yang digunakan sebaiknya dilakukan rolling atau pergantian. Setidaknya 3-4 periode pemberian dilakukan pergantian jenis obatnya.

  • Penerapan kandang closed house patut dipertimbangkan

Pilihan sistem closed house dapat menyediakan kondisi kandang yang nyaman bagi ternak. Caranya dengan mengeluarkan panas dari kandang yang dihasilkan dari tubuh ayam, menurunkan suhu udara masuk (jika diperlukan), mengatur kelembapan yang sesuai dan mengeluarkan gas yang berdampak buruk, seperti karbondioksida (CO₂) dan amonia (NH₃). Dan semua proses ini bisa diatur secara otomatis. Sehingga meminimalkan pengaruh kondisi lingkungan yang saat ini sangat berfluktuatif dan memicu timbulnya penyakit.

Mari sejenak kita evaluasi hasil peternakan kita, kemudian atur strategi untuk menghadapi tahun yang akan datang. Pencapaian yang didapat sepatutnya menjadi motivasi bagi kita untuk selalu menjadi lebih baik. Sukses selalu peternak Indonesia.

Proyeksi Tren Penyakit Unggas 2021
Tagged on:                                         
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin