Formulasi ransum dengan kandungan asam amino yang sesuai sangat diperlukan untuk menunjang tercapainya potensi genetik ayam modern saat ini. Asam amino memegang peranan penting untuk kesehatan, produksi, kualitas produk ternak, bahkan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan. Nutritionist saat ini sudah mengarah pada ransum rendah protein (low crude protein diet) dengan menetapkan nilai asam amino esensial sesuai kebutuhan unggas sehingga ekskresi protein ke lingkungan dapat diminimalisir.
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak disintetis tubuh atau tidak diproduksi secara cepat oleh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Salah satu asam amino esensial yang diperlukan unggas adalah arginin. Arginin berperan penting untuk pertumbuhan unggas terutama saat fase starter. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa suplementasi arginin mampu meningkatkan berat badan dan mengefisienkan FCR broiler serta mengoptimalkan berat badan layer fase starter.
Mengenal Arginin
Arginin (C₆H₁₄N₄O₂) adalah asam amino esensial bergugus samping amina yang sering ditemukan pada sisi aktif protein dan enzim (PubChem, 2019). Ketersediaan biologis arginin dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu :
- Daur ulang asam amino dari proses sintesis dan degradasi protein secara berulang;
- Konsumsi ransum;
- Sintesis de novo (pembentukan molekul kompleks dari molekul sederhana) yang berasal dari komponen prekursor arginin (Albaugh dan Barbul, 2017).
Pada mamalia, arginin disintesis dari asam amino non-esensial yaitu glutamin, glutamat dan prolin. Berbeda dengan mamalia, arginin tidak dapat disintesis oleh unggas. Hal tersebut karena tidak berfungsinya siklus urea, tidak adanya enzim carbamoyl phosphate synthase I dan rendahnya aktivitas hepatic arginase di dalam tubuh unggas (Basoo et al., 2012). Oleh karena itu, unggas sangat bergantung pada arginin yang bersumber dari ransum.
Persentase Arginin dalam Ransum
Kebutuhan unggas terhadap arginin bervariasi pada kondisi yang berbeda. Besarnya kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh umur, genotipe ternak, sumber protein ransum dan temperatur lingkungan (Yu et al., 2018). Disamping itu, konsep keseimbangan antar asam amino (terutama asam amino esensial) pun perlu dipertimbangkan. Menurut Samadi (2012), formulasi asam amino esensial yang tidak tepat, baik kelebihan atau kekurangan, dapat menyebabkan ketidakseimbangan asam amino dalam tubuh yang pada akhirnya berefek antagonis (berlawanan) dan menjadi racun bagi unggas.
Dalam menentukan ransum dengan konsep protein yang ideal, asam amino lisin menjadi pembanding bagi asam amino esensial lainnya. Hal tersebut karena lisin langsung digunakan tubuh untuk maintenance (perawatan) dan tidak digunakan sebagai prekursor senyawa lain. Disamping itu, data kebutuhan lisin dalam berbagai jenis ransum, kondisi lingkungan dan komposisi tubuh ternak telah tersedia lengkap sehingga mudah untuk digunakan sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan asam amino esensial lainnya (Samadi, 2012). Berikut adalah rasio optimal arginin : lisin berdasarkanrekomendasi National Research Council (NRC) (1994) dan standar dari breeder ayam komersil (Tabel 1 dan 2).
Kenyataannya pada ransum unggas komersial saat ini, rasio arginin : lisin biasanya lebih tinggi dari rekomendasi NRC guna menunjang potensi genetik yang tinggi pada ayam modern baik broiler maupun layer. Rasio tersebut pun dapat berbeda pada kondisi lingkungan yang berbeda. Menurut Khajali kebutuhan arginin ayam akan meningkat pada suhu lingkungan tinggi, sehingga suplementasi arginin dianjurkan saat kondisi ayam heat stress.
Suplementasi arginin di dalam ransum unggas pun perlu memperhatikan interaksi antar asam amino. Arginin bersifat antagonis (berlawanan) dengan lisin. Akan tetapi, efek antagonis tersebut lebih terlihat pada kondisi lisin berlebih (rasio Arg : Lis rendah) daripada arginin berlebih (rasio Arg : Lis tinggi). Hal tersebut karena kelebihan lisin berdampak pada meningkatnya ekskresi arginin melalui urin dan meningkatnya aktivitas enzim arginase di ginjal untuk mendegradasi arginin.
Suplementasi arginin berlebih dalam ransum (hingga 4 g/10g ransum) masih dapat ditoleransi pada ayam muda walaupun efeknya terhadap pertambahan berat badan berkurang sebanyak 9% (Ball et al., 2007). Suplementasi arginin untuk respon imun yang optimal pada ayam broiler adalah 7% lebih tinggi daripada rekomendasi NRC (1994), untuk produksi yang optimal adalah antara 1,10 – 1,25 g/100g ransum dan untuk optimasi efeisiensi ransum adalah antara 0,96 – 1,28 g/100 g ransum (Khajali et al., 2010).
Efek Arginin terhadap Performa Ayam
Suplementasi arginin dalam ransum unggas berperan utama untuk mengoptimalkan performa. Suplementasi yang sesuai dapat menunjang sintesis protein, pertambahan berat badan, pertumbuhan bulu dan fungsi biologis lainnya yang optimal. Beberapa efek suplementasi arginin terhadap performa ayam antara lain :
- Berat badan dan FCR
Zampiga et al. (2018) dalam penelitiannya membuktikan bahwa suplementasi arginin ke dalam ransum broiler dengan rasio Arginin : Lisin sebesar 1,15; 1,15; 1,16 dan 1,17 masing-masing untuk fase starter (0-12 hari), grower I (13-22 hari), grower II (23-33 hari) dan finisher (34-42 hari) mampu meningkatkan berat badan dan mengefisienkan FCR (Grafik 1 dan 2).
Suplementasi arginin dalam ransum broiler memberikan efek positif terhadap pertumbuhan, terutama pada fase starter, dengan cara menjaga keseimbangan mikroba saluran pencernaan, membantu perkembangan sistem imun tubuh (Zampiga et al., 2018), sebagai komponen utama pembentukan protein tubuh, prekursor jaringan ikat tubuh dan meningkatkan pengeluaran insulin dan growth hormon ke aliran darah (Yu et al., 2018).
2. Saluran pencernaan
Pertumbuhan dan perkembangan saluran pencernaan berpengaruh langsung terhadap kemampuan mencerna dan mengabsorpsi nutrien ransum. Pada penelitian Yu et al. (2018), suplementasi arginin sebanyak 0,25% dan 0,50% pada ransum ayam layer terbukti mempengaruhi panjang (Grafik 3) dan tinggi vili duodenum, jejenum dan ileum (Grafik 4). Meningkatnya panjang usus dan tinggi vili duodenum, jejenum dan ileum disebabkan karena arginin berperan sebagai prekursor pembentukan poliamina. Poliamina tersebutlah yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mukosa usus halus ayam. Adapun tinggi vili usus yang lebih rendah pada perlakuan arginin tertinggi (0,50%) dapat disebabkan oleh menurunnya penggunaan lisin oleh tubuh sebab rasio arginin dan lisin yang tidak sesuai menyebabkan keduanya berkompetisi di usus halus.
3. Produksi telur
Fascina et al. (2017) membuktikan bahwa suplementasi arginin mampu mengoptimalkan henday ayam layer di umur 41 dan 49 minggu (Grafik 5). Arginin dapat bekerja langsung di dalam ovarium dan folikel telur untuk menstimulasi pengeluaran hormon luteinizing (LH). LH berperan untuk ovulasi telur yang sudah matang, sehingga suplementasi arginin pada akhirnya dapat mengoptimalkan produksi telur (Duan et al., 2015).
Demikian sekilas informasi mengenai arginin, asam amino penting untuk broiler dan layer. Suplementasi arginin dalam jumlah dan rasio yang tepat dalam ransum dapat menunjang pertumbuhan dan produksi ayam yang optimal. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita. Sehat dan sukses selalu.