Persiapan menjelang produksi dalam pemeliharaan ayam layer harus kita siapkan dengan tepat sehingga produksi telur yang dihasilkan akan optimal. Beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum masuk masa produksi tersebut antara lain :
1. Proses pindah ayam yang tepat
Proses pindah ayam diawali dari persiapan kandang produksi. Persiapan kandang produksi sendiri dimulai dari cuci kandang dan desinfeksi kandang. Peralatan tempat pakan dan minum juga sudah harus siap digunakan. Tempat minum harus sudah dilakukan flushing untuk menjaga kualitas air minum, karena semakin baik kualitas air, maka akan meminimalkan penurunan konsumsi pakan setelah pemindahan ayam. Kandang produksi harus dalam kondisi kering sebelum masuknya ayam pullet, karena kandang yang masih basah akan menyebabkan kandang menjadi lembap dan suhu lebih dingin. Untuk daerah yang sangat dingin, maka suhu kandang bisa dinaikkan dahulu menjadi lebih hangat sebelum ayam pullet masuk.
Proses pindah ayam pullet harus dilakukan dengan hati-hati karena ayam mengalami stress. Stress bisa disebabkan karena dua hal yaitu :
- Proses handling dan transportasi yang tidak tepat.
Proses handling yang tidak tepat akan membuat ayam stress misalnya cara tangkap yang salah, kapasitas keranjang ayam tidak sesuai, kondisi kendaraan angkut tidak layak, dan penempatan ayam yang kasar.
- Perubahan lingkungan kandang.
Perubahan lingkungan kandang juga akan membuat ayam stress. Contohnya ketika ayam pullet-nya dipelihara di kandang dengan sistem closed house, sedangkan kandang produksinya open house. Sehingga ayam perlu adaptasi dengan kondisi lingkungan kandang yang baru.
Ayam pullet yang telah dipindahkan pasti akan mengalami perubahan lingkungan, suhu, kelembapan, dan sistem peralatan kandang. Pindah ayam pullet sebaiknya dilakukan pada umur 12-14 minggu atau 4 minggu sebelum periode produksi dimulai. Tujuannya agar ayam mendapatkan cukup waktu untuk pulih dari stress dan perkembangan ovarium tidak terganggu. Pindah ayam yang terlambat dapat menimbulkan risiko kerusakan pada ovarium. Jika ayam dipindahkan terlalu dekat dengan periode awal bertelur, maka risiko terjadinya peritonitis telur akan meningkat. Pergerakan dari ayam yang ovariumnya sudah berkembang dan matang dapat menyebabkan pecahnya folikel kuning telur yang kemudian disimpan di rongga tubuh.
Waktu yang ideal untuk pindah ayam adalah malam sampai pagi hari atau saat kondisi lingkungan dalam dan luar kandang tidak panas. Kendaraan dan keranjang ayam harus dalam kondisi bersih dan terdesinfeksi. Jika memungkinkan ayam dipindah dalam waktu satu hari sehingga meminimalkan dampak stress dan tidak membuat kondisi suhu kandang terlalu rendah akibat kandang belum terisi penuh.
Selama proses pindah ayam diusahakan tidak terpapar langsung oleh sinar matahari ataupun hujan karena akan menimbulkan stress.
2. Body weight, uniformity, dan feed intake yang sesuai dengan standar
Berat badan/body weight dan tingkat keseragaman/uniformity pullet sangat menentukan tingkat keberhasilan periode produksi. Keseragaman ayam petelur yang baik adalah >85%. Konsumsi pakan/feed intake juga harus sesuai dengan standar dari masing-masing strain seperti pada Tabel 1.
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah kontrol berat badan di setiap minggunya. Penimbangan dilakukan secara rutin setiap minggu dengan jumlah sampel sekitar 0,5-5% dari populasi. Indikator keberhasilan dari manajemen pemeliharaan pullet ayam petelur adalah berat badan dan keseragaman yang sesuai dengan standar. Penimbangan berat badan yang rutin dan terjadwal dapat membantu mengevaluasi performa pullet, sehingga apabila target tidak tercapai dapat dengan cepat mencari solusinya.
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengambilan sampling :
- Jumlah sampel cukup dan merata di setiap bagian kandang.
- Metode penimbangannya pun sebaiknya perindividu ayam.
- Timbangan yang digunakan sudah terkalibrasi.
- Perlunya seleksi total dengan penimbangan individual sebelum dipindah ke kandang produksi.
- Waktu penimbangan dilakukan pada waktu yang tetap.
- Data timbang dibuat dalam bentuk grafik sehingga memudahkan dalam menganalisa hasil timbang.
Dari hasil timbang tersebut kita juga bisa melakukan grading. Grading yang bisa dilakukan yaitu dengan memisahkan ayam berdasarkan berat badannya pada battery yang berbeda. Pemberian pakan yang berbeda juga bisa dilakukan setelah grading. Setelah proses grading, maka pemberian pakan juga berbeda. Masing-masing mendapat perlakuan tersendiri sehingga pullet dengan berat badan kecil atau kurang dari standar bisa mengejar ketertinggalannya dan target keseragaman bisa tercapai.
Pullet dengan berat badan yang kurang dari standar bisa diberi pakan lebih banyak dibanding pullet dengan berat badan standar. Sedangkan pullet dengan berat badan yang melebihi standar maka penambahan pakan diminggu berikutnya bisa ditahan.
Teknik midnight feeding dapat dilakukan untuk meningkatkan feed intake yaitu dengan cara penambahan durasi nyala lampu di malam hari agar ayam punya kesempatan tambahan untuk mengonsumsi pakan. Program pemberian pakan pada periode pullet juga harus disesuaikan dengan standar pemeliharaan dari masing-masing strain ayam petelur.
Pemberian pakan bisa dilakukan sebanyak 2 kali setiap hari, yaitu pertama kali pada pagi hari dalam jumlah yang lebih sedikit (30-40%), kemudian yang kedua pada sore hari dengan jumlah yang lebih banyak (60-70%). Jarak antara kedua waktu makan tersebut, terdapat periode tempat pakan kosong sekitar 1-1,5 jam. Cara ini akan membuat usus ayam berkembang dengan baik, karena merangsang ayam untuk makan lebih cepat dan banyak. Jika ayam diberi pakan satu kali dalam sehari, maka usus ayam tidak akan berkembang dengan baik, karena ayam merasa pakan tersedia setiap saat, sehingga tidak terdapat rangsangan untuk makan dengan cepat.
Tindakan yang dapat dilakukan jika berat badan ayam kurang dari standar adalah dengan melakukan penundaan waktu awal bertelur dan hindari stimulasi cahaya yang cepat. Apabila ayam dipaksakan untuk bertelur, maka akan terjadi penurunan produksi dengan cepat ketika memasuki periode puncak bertelur. Hal lain yang akan terjadi yaitu ukuran telur akan lebih kecil dan tidak seragam, serta persistensi produksi yang pendek. Risiko lainnya yaitu meningkatkan kasus prolapsus dan dapat mendorong terjadinya kanibalisme.
3. Hindari faktor penghambat produksi dan persistensi produksi
Persistensi produksi yang baik adalah kemampuan atau daya tahan ayam untuk berproduksi dalam kurun waktu yang lama. Puncak dan persistensi produksi tersebut targetnya adalah sesuai dengan standar atau bahkan bisa melampaui standar dari masing-masing strain ayam petelur. Standar puncak produksi untuk strain Isa Brown adalah 96,5% dengan persistensi produksi >90% sekitar 37 minggu (ISA Brown Cage Housing Product Guide, 2022). Puncak dan persistensi produksi yang baik tersebut harus didukung dengan manajemen starter, grower, dan layer yang tepat sehingga akan didapatkan ayam layer yang berkualitas.
Faktor-faktor yang menghambat terjadinya puncak produksi maupun persistensi produksi bisa berasal dari faktor infeksius maupun faktor non infeksius. Faktor-faktor tersebut harus dicegah dan dihindari sehingga tidak mengganggu produksi telur. Faktor infeksius adalah faktor penghambat produksi yang disebabkan oleh penyakit. Diagnosa suatu penyakit perlu adanya anamnesa, pemeriksaan gejala klinis, pemeriksaan perubahan anatomi melalui nekropsi, dan pengujian laboratorium bila dibutuhkan. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya sebagai berikut :
- Infectious Bronchitis (IB)
Penurunan produksi telur bisa mencapai 70% dengan perubahan kerabang telur asimetris, kasar, tipis, pucat, putih telur encer, dan terdapat blood spot pada kuning telur. Perubahan anatomi menciri yaitu adanya peradangan pada bifurcatio trakhealis-bronchus, ovarium membubur/lembek, kista oviduk, dan ginjal bengkak.
- Egg Drop Syndrome (EDS)
Penurunan produksi telur bisa mencapai 10-40% dengan ciri adanya telur lembek/tanpa kerabang.
- Newcastle Disease (ND)
Penurunan produksi telur bisa mencapai 9-60% dengan terdapat telur pucat dan berukuran kecil atau yang sering dikenal sebagai pigeon egg. Gejala yang menciri yaitu ayam tortikolis dengan perubahan anatomi adanya peradangan pada papila/nodulproventrikulus, ditemukan payer patches pada usus, dan ovarium membubur.
- Avian Influenza (AI)
High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) menyebabkan penurunan produksi sampai 40%, sedangkan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) menyebabkan penurunan produksi sampai 50% bahkan lebih. Kasus kematian yang tinggi dapat ditemukan pada kasus HPAI tunggal. Pada kasus LPAI tunggal lebih berdampak pada penurunan produksi serta efek immunosupressive yang perlu untuk diwaspadai, sedangkan untuk kasus kematiannya jarang ditemukan. Gejala yang muncul yaitu jengger dan kaki kebiruan. Perubahan anatomi yang menciri yaitu dilatasi pembuluh darah otak, perdarahan pada jantung, otot, dan proventrikulus, ovarium membubur/ perdarahan, serta ginjal bengkak.
Faktor-faktor yang termasuk non infeksius penyebab penurunan telur yaitu :
- Kualitas pullet
Kualitas ayam pullet yang akan dipelihara sangat menentukan keberhasilan atau performance dari ayam petelur karena pullet yang berkualitas akan menghasilkan produksi telur yang optimal. Ayam pullet yang bagus akan menghasilkan ayam layer yang bagus juga sehingga akan mendapatkan puncak produksi yang optimal dan persistensi produksi yang lama. Kualitas pullet yang baik ditandai dengan berat badan sesuai standar, keseragaman berat badan, kerangka (tulang dada dan shank), dan sexual maturity memenuhi standar >85%.
Jengger sudah tumbuh dan berwarna merah, jarak os pubis 2-3 jari, jarak tulang dada dengan kloaka sekitar 3-4 jari, panjang shank/tulang kaki bawah sekitar 10 cm. Selain itu postur tubuh tegap dan tembolok besar. Apabila kualifikasi tersebut tidak terpenuhi, maka ayam dapat terlambat bertelur, produksi tidak mencapai puncak, ataupun persistensi produksi telur yang tinggi hanya berlangsung singkat.
- Nutrisi pakan dan air minum
Pakan yang diberikan juga bisa mempengaruhi jumlah produksi telur, karena pakan merupakan sumber utama bagi ayam dalam memproduksi telur. Produksi telur sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung dalam pakan seperti protein, asam amino, energi, lemak, serat kasar, serta vitamin dan mineral. Tidak terpenuhinya kebutuhan dari salah satu nutrisi tersebut dapat menyebabkan terganggunya produksi telur. Kebutuhan nutrisi tersebut bisa tidak terpenuhi karena konsumsi pakan yang menurun misalnya akibat dari cuaca yang panas. Konsumsi air minum pun dapat berpengaruh pada rendahnya produksi. Konsumsi air minum yang rendah berpengaruh pada rendahnya konsumsi pakan hingga dampaknya produksi telur Pemenuhan nutrisi tersebut bisa dibantu dengan pemberian premix seperti Endomix.
- Manajemen pemeliharaan
Faktor manajemen yang berpengaruh terhadap puncak produksi dan persistensi produksi antara lain :
a. Pengelola kandang/operator
Puncak produksi dan persistensi produksi yang baik bisa dicapai jika pengelola kandang benar-benar mengerti terkait manajemen pemeliharaan ayam petelur dan pengelolaan kandang yang tepat. Mulai dari pengontrolan yang rutin untuk kondisi ayam dan kondisi kandang sehingga jika terjadi penyimpangan produksi atau performance bisa segera langsung diperbaiki.
b. Lingkungan kandang
Kondisi lingkungan di dalam kandang yang tepat akan membuat ayam nyaman. Jika kondisi lingkungan kandang tidak sesuai dengan tingkat kenyamanaan ayam maka yang terjadi adalah produksi telur akan turun atau tidak sesuai standar. Kondisi lingkungan tersebut misalnya kadar amonia di dalam kandang yang dihasilkan dari reaksi penguraian feses dengan kelembapan sehingga terbentuk amonia. Amonia akan berdampak terhadap kondisi kesehatan saluran pernapasan ayam yaitu dapat merusak permukaan saluran pernapasan. Kadar amonia yang ideal adalah <5 ppm. Untuk mengontrol dan mencegah pembentukan amonia di kandang bisa diberikan Ammotrol. Kadar amonia tersebut sangat dipengaruhi oleh sirkulasi udara. Sirkulasi udara yang bagus akan segera membuang amonia di dalam kandang serta mencegah terbentuknya amonia dengan cepat karena kondisi kandang yang lembap.
c. Sistem pencahayaan
Sistem pencahayaan atau lighting system berfungsi untuk memberikan cahaya dengan intensitas dan durasi yang tepat untuk perkembangan ayam dari periode starter sampai layer seperti pada Tabel 2.
Cahaya mengoptimalkan pertumbuhan pullet, kematangan seksual, berat telur dan produksi telur. Oleh karena itu, durasi dan intensitas cahaya harus diperhatikan sehingga program pencahayaan tepat. Pada periode starter pencahayaan berfungsi untuk membuat ayam aktif dan menyebar rata, membantu ayam dalam mengonsumsi pakan dan air minum, membantu dalam proses pembentukan hormon pertumbuhan. Sedangkan pada periode akhir grower sampai dengan layer pencahayaan berfungsi untuk merangsang hormon reproduksi dan proses pembentukan telur. Ayam layer yang sudah memasuki masa produksi membutuhkan 16 jam pencahayaan, sedangkan intensitas cahaya yang dibutuhkan pada masa produksi yaitu dikisaran 15 Lux.
d. Peralatan closed house
Peralatan closed house antara lain kipas/exhaust fan dan sistem pendingin udara/cooling pad. Kipas/exhaust fan mendinginkan kandang dengan cara memberikan efek dingin dengan adanya kecepatan udara/windchill effect, sedangkan cooling pad mendinginkan kandang dengan cara menurunkan suhu udara yang akan masuk ke dalam kandang melalui proses evaporasi. Peralatan tersebut berfungsi untuk membuat kondisi kandang nyaman sesuai dengan kebutuhan ayam. Target kondisi iklim mikro di dalam kandang periode layer yaitu suhu 20-22°C dengan kelembapan 60-70%.
Jika terdapat kerusakan pada mesin tersebut maka akan mengganggu terhadap performance ayam layer. Misalnya kandang menjadi panas dan lembap yang disebabkan karena kipas rusak atau pengaturannya tidak tepat. Pengaturan sistem ventilasi sangat berperan dalam menciptakan kondisi lingkungan mikro di dalam kandang yang nyaman. Sistem ventilasi tersebut berfungsi untuk sirkulasi udara, menyediakan oksigen, mengeluarkan kelembapan, membuang gas yang berbahaya seperti amonia, CO, CO₂, dan mendinginkan suhu di dalam kandang. Jika sistem ventilasi tersebut mengalami gangguan maka akan berdampak terhadap suhu efektif yang dirasakan ayam sehingga ayam menjadi lebih panas. Untuk membuat kondisi iklim mikro di dalam kandang seperti suhu, kelembapan, dan kecepatan udara lebih terkendali dan sesuai target maka bisa digunakan peralatan sistem Closed House Medion.
Faktor-faktor yang mempengaruhi puncak dan persistensi produksi pada ayam layer yang sudah dijelaskan di atas seharusnya bisa kita kendalikan dan dicegah sebelum berakibat fatal terhadap produksi telur yaitu dengan memperhatikan mulai dari tenaga kerja, kualitas pullet dan ayam layer, program kesehatan yang tepat, peralatan kandang yang berfungsi sempurna, menjaga kondisi lingkungan yang nyaman untuk ayam serta penerapan manajemen pakan dan biosecurity yang tepat sehingga performance ayam layer akan optimal. Untuk mendukung performa ayam layer pada masa bertelur maka bisa diberikan Eggstima, yaitu herbal yang berfungsi untuk membantu meningkatkan produksi telur, berat telur dan menebalkan kerabang telur.
Lakukan perbaikan manajemen pemeliharaan sejak masa brooding sampai periode laying dan ikuti langkah-langkah manajemen pemeliharaan sesuai dengan panduan setiap strain ayam layer. Selain itujuga perbaikan manajemen dari pengelola ayam atau operator seperti pemahaman pola pemeliharaan yang benar, kecakapan dalam bekerja dan kemauan dalam menjalankan operasional prosedur yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing genetik ayam yang dimiliki.
Berbagai hal tersebut harus kita perhatikan semua sehingga produksi dan persistensi produksi bisa bertahan cukup lama sesuai dengan standarnya. Dengan puncak produksi dan persistensi produksi yang baik maka keuntungan yang didapatkan oleh peternak akan optimal.