Bapak Tito Maulana Akbar – by email
Manakah yang lebih dominan sebagai penyebab penyakit Reo pada broiler, apakah dari faktor manajemen di kandang atau faktor bibit ayamnya?
Jawab:
Penyakit Reo disebabkan oleh Avian Reovirus, merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kekerdilan. Penyakit ini dapat disebabkan berbagai faktor baik dari segi kualitas bibit DOC, manajemen pemeliharaan, kualitas ransum ataupun karena adanya tantangan penyakit dari lingkungan. Tidak ada faktor penyebab yang lebih mendominasi, karena satu sama lain saling berhubungan.
Penyakit Reo dapat ditularkan secara vertikal (penularan dari induk ditularkan ke anakannya) maupun horizontal (penularan dari ayam sakit, peralatan, lingkungan yang terpapar bibit penyakit). Penularan secara vertikal tergolong rendah, tetapi bila terjadi dapat mempengaruhi kualitas DOC. Sehingga, perlu memperhatikan kualitas DOC saat chick in. Pastikan DOC berasal dari indukan yang telah divaksinas reovirus contohnya menggunakan Medivac Reo Emulsion.
Vaksinasi pada indukan akan memberikan perlindungan pada anak ayam melalui penurunan antibodi maternal. Sebaiknya juga dilakukan seleksi (kontrol kualitas) untuk dilakukan pengelompokan/grading berdasarkan kondisi berat badan. Untuk DOC yang cacat sebaiknya di afkir. Untuk DOC dengan berat badan di bawah standar sebaiknya dipisahkan dan diberikan perlakuan khusus dengan memberikan pemanas sedikit lebih tinggi dari target normal.
Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan awal pertumbuhan. Kelompok ini harus dirangsang nafsu makannya semaksimal mungkin, mulai dengan pengenalan air minum dan pakan. Selain itu, pemanas dan air minum wajib dipersiapkan minimal 2 jam sebelum kedatangan DOC. Pemanas brooder harus sudah siap sebelumnya sehingga saraf sensorik yang berfungsi sebagai thermoregulator (pengatur suhu tubuh) ayam tidak terganggu. Target suhu di brooding diatur pada 33-34°C saat DOC datang (selalu pantau dan amati kondisi kenyamanan DOC).
Penularan secara horizontal bisa terjadi mulai ayam umur satu hari. Ayam yang terinfeksi di umur muda (minggu pertama) dapat bertindak sebagai ayam carrier dan berpotensi sebagai sumber infeksi anak ayam lain di dalam kandang.
Mengingat faktor manajemen pemeliharaan juga menjadi salah satu pemegang peranan penting pada persebaran virus reovirus di dalam kandang, perlu diperhatikan penerapan manajemen pemeliharaan yang baik dan penerapan biosekuriti yang ketat. Mulai dari persiapan kandang sebelum chick in dengan pembersihan dan desinfeksi secara menyeluruh diikuti kosong kandang selama minimal 14 hari untuk memutus rantai persebaran penyakit. Lengkapi dengan program vaksinasi yang tepat. Ketersediaan ransum dan air minum yang berkualitas juga harus diperhatikan. Air minum disiapkan dikisaran suhu 21-24°C, agar ayam mau minum dengan cepat dan tempat minum jumlahnya diperbanyak. Bisa juga ditambahkan gula atau Gingertol untuk suplai energi. Harapannya ayam tidak dehidrasi dan kondisi tubuh cepat pulih. Ketersediaan pakan dan tempat pakan juga diperbanyak serta perlu diperhatikan kualitasnya, dapat ditambahkan Mix Plus BAP3A untuk meningkatkan kualitas nutrisi yang terkandung di dalam pakan. Lakukan kontrol rutin selama masa brooding. Ketika terjadi masalah harus segera diatasi secepat mungkin karena keberhasilan di awal pemeliharaan akan berbanding lurus dengan keberhasilan di akhir panen.
Jika ayam terlanjut mengalami kekerdilan, hal yang perlu dilakukan yaitu mengelompokkan ayam menjadi 3 kelompok bobot badan yaitu :
- Kelompok ayam normal, berat badan ±10% dari standar
- Kelompok ayam berat badan <10-20% dari standar perlu dilakukan perlakuan khusus
- Kelompok ayam berat badan < 20% dari standar dilakukan afkir.
Selanjutnya, bisa dilakukan pemberian premiks yang mengandung multivitamin, asam amino, dan mineral seperti Mix Plus BAP3A, pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder (Amoxitin, Collimezyn), pemberian multivitamin (Fortevit, Neobro, Kumavit) atau imunostimulan (Imustim), sanitasi dan desinfeksi peralatan dan kandang secara rutin.