Munculnya gejala tortikolis (leher ayam terpuntir) selalu diidentikkan dengan adanya infeksi Newcastle Disease (ND). Namun gejala tortikolis tersebut menjadi hal yang janggal bila muncul pada ayam umur muda. Mengingat padatnya program vaksinasi ND yang dilakukan di Indonesia baik pada peternakan pembibitan maupun komersil. Bahkan, pada ayam komersil vaksinasi ND sudah diberikan diumur yang sangat dini yaitu < 1 minggu. Lantas apa yang menjadi pemicu muncul tortikolis pada ayam muda ?

Tortikolis pada Ayam Muda

Salah satu peternak di wilayah Jawa Barat pagi ini dibuat bingung dengan tingkah laku sekelompok ayam di salah satu kandang yang dimilikinya. Umur ayam tersebut belum genap 3 minggu namun terlihat gejala aneh yang muncul seperti kepala dan lehernya bergetar atau bergoyang-goyang secara halus seolah olah sedang menari dan frekuensinya pun sering. Kecurigaan yang muncul saat melihat perubahan tersebut mengarah ke ND yang salah satu serangannya dapat menyerang sistem saraf ayam. Kemudian dilakukan pengujian di laboratorium untuk memastikan penyebabnya. Dari hasil uji laboratorium tersebut dipastikan bahwa bukan disebabkan oleh ND melainkan oleh penyakit Avian Encephalomyelitis (AE) atau peradangan pada jaringan otak.

AE merupakan penyakit viral yang disebabkan oleh picornavirus yang dapat menyerang sistem saraf ayam, kalkun maupun burung puyuh. Bila dibandingkan dengan penyakit-penyakit viral lainnya seperti ND, AI ataupun Gumboro kasus AE memang tidak begitu banyak. Hanya saja jumlah laporan kasus AE yang dikonfirmasi positif dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) meningkat tiap tahunnya (Grafik 1).

Selain itu, jenis ayam yang banyak terkena penyakit ini yaitu ayam broiler yang diikuti oleh ayam layer. Pada ayam breeder dan pejantan komersil, kasus AE juga kadang ditemukan meskipun dalam jumlah sedikit (Grafik 2).

 

Bagaimana Kasus AE Terjadi ?

Ayam sehat dapat terinfeksi penyakit ini akibat adanya kontak langsung dengan ayam sakit (horizontal). Penularan juga bisa ditularkan secara vertikal yakni dari indukan yang sudah terinfeksi AE sebelumnya. Anak ayam yang baru menetas dari telurnya mengandung virus AE dan dalam beberapa hari akan memperlihatkan gejala penyakit tersebut. Masa inkubasi bila infeksi virus terjadi dalam mesin penetas dapat berlangsung selama 1-7 hari namun bila infeksi secara kontak, waktu inkubasi yang dibutuhkan minimal 11 hari. Penyakit AE dapat menyerang semua umur hanya saja gejala saraf yang timbul hanya ditunjukkan pada ayam muda umur sekitar 1-6 minggu. Hal ini senada dengan data yang dikumpulkan tim Technical Education & Consultation Medion seperti yang terlihat dalam Grafik 3 di bawah ini. Sedangkan pada ayam dewasa gejala saraf tidak muncul namun hanya ada penurunan produksi ringan.

 

Angka kesakitan (morbiditas) penyakit AE bervariasi sesuai dengan tingkat penularannya dan bisa mencapai 60%. Sedangkan angka kematian (mortalitas) relatif tinggi bila mencapai 50%. Selain angka kematian tersebut, angka seleksi akibat ayam yang mengalami gemetaran atau tremor pun termasuk tinggi.

Beberapa ekor ayam yang mampu bertahan dari serangan penyakit ini memungkinkan pertumbuhannya akan terganggu. Pada ayam umur dewasa, produksi telurnya bisa menjadi tidak normal atau tidak sesuai standar juga kadang ditemukan pada beberapa ekor muncul katarak (selaput keputihan) pada matanya.

Gejala Klinis dan Patologi Anatomi

Manifestasi klinis yang timbul akibat infeksi virus AE yakni munculnya gejala saraf pada ayam muda. Tandanya, ayam berjalan sempoyongan (ataksia), kepala dan lehernya gemetaran atau tremor oleh karenanya penyakit ini juga disebut epidemic tremor. Kadang juga leher ayam seperti terpuntir (tortikolis). Apabila ayam diganggu akan timbul gemetaran yang berlangsung untuk beberapa saat dan dapat terjadi kembali dengan interval waktu yang tidak teratur hingga akhirnya ayam mati. Data laporan kasus AE yang masuk ke TEC Medion dan telah dikonfirmasi positif AE menunjukkan gejala kepala tengkleng-tengkleng, tortikolis, area leher dan kepala tremor, beberapa ayam terlihat ambruk seperti lumpuh.

Pada ayam masa produksi, adanya penurunan produksi sekitar 5-10% yang biasanya bertahan selama kurang dari 2 minggu yang diikuti produksi kembali naik. Tidak ada penurunan kualitas kerabang telur akibat infeksi AE ini, hanya saja pada ayam breeder adanya penurunan daya tetas sebesar 5%.

 

 

Pada pemeriksaan (post mortem) bedah bangkai biasanya tidak akan ditemukan perubahan yang spesifik, hanya saja kadang ditemukan bercak-bercak pada otot ventrikulusnya (gizzard). Apabila kulit di area kepala dibuka akan terlihat tempurung otak bagian dalam terlihat kemerahan. Medion Laboratorium juga pernah menerima sampel ayam yang terinfeksi AE dengan peradangan otak (haemorrhagi) ringan-sedang.

Bila dilakukan pengamatan secara mikroskopis (pemeriksaan histopatologi) ditemukan adanya perivascular cuffing dan adanya infiltrasi sel-sel radang (limfosit) pada otak (encephalomyelitis). Selain pada otak, sel-sel limfosit tersebut juga dapat ditemukan pada otot proventrikulus dan ventrikulus (ampela).

 

Pencegahan & Penanganan

Tidak ada pengobatan untuk penyakit viral seperti AE, maka pencegahan yang perlu dilakukan yakni dengan pemberian vaksinasi terutama pada ayam breeder. Vaksinasi dapat diberikan pada umur 10-14 minggu atau paling lambat 4 minggu sebelum ayam bertelur. Vaksin dapat diberikan pada ayam melalui suntikan tusuk sayap (wing web), menggunakan vaksin aktif yang dikombinasi dengan pox (cacar) yaitu Medivac AE-Pox. Vaksinasi AE pada ayam breeder dimasa grower berperan untuk menjaga produksi telur dan mencegah terjadinya penularan dari induk ke anak ayam dan memastikan induk ayam memiliki antibodi maternal dari induk yang berfungsi melindungi anak ayam tersebut di masa awal pemeliharaan. Sedangkan pemberian vaksinasi pada ayam layer komersial bertujuan untuk mencegah adanya infeksi yang dapat menurunkan produksi telur.

Selain melindungi dari bagian dalam tubuh dengan pemberian vaksinasi, baiknya perlu mengkombinasikan dengan biosecurity dan manajemen pemeliharaan yang baik yang mampu melindungi dari luar tubuh ayam. Praktek biosecurity yang baik dapat mengeliminasi tantangan virus di sekitar ayam sehingga virus tidak mudah masuk ke dalam tubuh ayam. Rutin menjaga kebersihan area kandang dan desinfeksi minimal seminggu sekali selama masa pemeliharaan dengan Antisep, Neo Antisep atau Sporades.

Karena tidak adanya pengobatan untuk membunuh virus AE yang telah menginfeksi ayam, maka dari itu yang bisa dilakukan ketika di farm ditemukan wabah AE yakni :

  • Segera culling (afkir) ayam yang memiliki tanda-tanda terinfeksi AE. Untuk anak ayam yang sudah mati, bangkainya dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur.

  • Berikan sediaan multivitamin atau imunostimulan seperti Imustim untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh anak ayam.

  • Segera perketat biosecurity. Kandang dan peralatan yang tercemar harus segera didesinfeksi. Karakteristik virus AE merupakan virus yang tidak beramplop maka pemilihan desinfektan perlu diperhatikan. Pilih desinfektan yang memiliki kandungan iodine atau formaldehyde seperti Antisep, Neo Antisep atau Sporades yang mampu membunuh virus tersebut.

 

Banyak penyebab yang membuat tortikolis pada ayam. Oleh karena itu, semakin banyak menambah pengetahuan dan meningkatkan ketelitian dalam mengamati perubahan yang ada sangat dibutuhkan peternak atau praktisi peternakan dalam menjaga kesehatan ayam demi produktivitas yang maksimal. Salam.

Penyakit AE di Peternakan
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin