Beberapa kebutuhan pokok yang dapat menjadi penentu dalam keberhasilan performa atau produktivitas dalam beternak ayam diantaranya adalah udara, air dan pakan (UAP). Air merupakan kebutuhan pokok yang kedua setelah udara. Air memiliki fungsi yang vital bagi tubuh ayam karena menjadi komponen penyusun terbesar, yaitu 60-85% dari seluruh bagian tubuhnya.
Asupan air minum yang tepat secara kuantitas maupun kualitas sangat diperlukan ayam untuk menunjang performa atau produktivitas ayam. Sebagai contoh, air di dalam tubuh dapat berperan dalam mengatur suhu tubuh ayam, menjaga keseimbangan cairan tubuh, media pencernaan makanan sehingga nutrisi terserap lebih baik dan mendukung semua proses fisiologi tubuh ayam. Selain itu, air juga dibutuhkan untuk kegiatan operasional dalam peternakan seperti kebersihan lingkungan peternakan, media untuk vaksinasi dan medikasi, lalu sanitasi dan desinfeksi kandang, tempat pakan dan minum, serta peralatan lain yang menunjang laju peternakan.
Setelah kita mengetahui pentingnya air tersebut, maka menjadi kewajiban dalam memperhatikan kualitas air yang digunakan di peternakan, terutama air yang akan diberikan atau dikonsumsi oleh ayam. Untuk mengetahui standar kualitas air, dapat diukur dari beberapa parameter yaitu:
- Kualitas fisik
Kualitas fisik meliputi warna, bau, dan kejernihan air
2. Kualitas kimia
Kualitas kimia meliputi pH, kadar klorida, nitrat, nitrit, besi dan kesadahan air
3. Kualitas biologi
Kualitas biologi/bakteri dalam air dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif.
Pengamatan secara kualitatif dengan melihat ada atau tidaknya cemaran bakteri. Sedangkan pengukuran secara kuantitatif dengan menghitung jumlah total cemaran bakteri seperti coliform, Eschericia coli dan Salmonella sp. dari 100 mL sampel air.
Standar Kualitas Air
Menjaga kualitas air di peternakan merupakan salah satu bagian dari biosecurity. Kualitas air yang bermasalah secara tidak langsung akan berdampak pada penurunan performa atau produktivitas bahkan kesehatan ternak. Karena air bisa menjadi media penularan penyakit seperti Colibacillosis, Salmonellosis dan penyakit infeksius lainnya. Oleh sebab itu, pentingnya memastikan kualitas air di peternakan terutama air minum yang akan dikonsumsi ternak atau air yang digunakan untuk proses operasional di peternakan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Permasalahan Kualitas Air
Kualitas air yang tidak sesuai dengan standar, tentu dapat menyebabkan penurunan performa dari pemeliharaan ayam. Karena berbagai dampak yang ditimbulkan akibat kualitas air yang bermasalah pada akhirnya berimbas pada kerugian ekonomi pada peternakan. Berikut data pengujian kualitas air di MediLab (Laboratorium Medion) selama tahun 2020 hingga 2023 (Agustus).
Berdasarkan data pada Grafik 1, jumlah pengujian kualitas air dari peternakan ayam paling tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, Agustus, September dan Desember selama 4 tahun terakhir hingga kini. Jumlah total pengujian kualitas air mencapai 16.833 sampel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jumlah permasalahan kualitas air pada peternakan ayam paling sering terjadi ketika menjelang pergantian musim terutama penghujan dan pergantian tahun (akhir hingga awal tahun).
Berdasarkan persentase ketidaksesuain hasil uji tersebut pada Grafik 2, rata-rata sebanyak 31% sampel belum memenuhi standar kualitas air untuk peternakan ayam dengan total parameter pengujian meliputi kualitas air secara fisik, kimia dan biologi.
a. Kualitas fisik
Berdasarkan data pada Grafik 3, persentase ketidaksesuaian hasil uji dibandingkan dengan standar masih cukup sering terjadi. Persentase ketidaksesuaian antara kejernihan, warna dan bau berturut-turut dengan nilai 80%, 19% dan 11%. Air minum ayam harus jernih, tidak berbau, dan tidak berwarna. Kualitas fisik air yang bermasalah biasanya berkaitan dengan kadar zat kimia atau jumlah bakteri yang melebihi batas standar. Sehingga kondisi tersebut bisa menyebabkan perubahan bau, warna dan air menjadi keruh. Hal ini pada akhirnya dapat berdampak pada penurunan konsumsi air minum ayam.
b. Kualitas kimia
Persentase ketidaksesuaian kualitas kimia air meliputi pH, tingkat kesadahan, kadar klorida, nitrat, nitrit dan besi berturut-turut dengan nilai 19%, 88%, 5%, 0%, 14%, dan 40%. Kualitas kimia air yang bermasalah dapat berpengaruh terhadap proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh ayam ketika dikonsumsi. Selain itu juga dapat memicu terjadinya reaksi kimia saat digunakan sebagai media pelarut vaksin aktif, obat, dan vitamin via air minum serta desinfektan. Reaksi kimia ini pada akhirnya akan menyebabkan penurunan kinerja dan efektivitas dari produk tersebut contohnya pH air tidak sesuai standar.
Kondisi pH air di peternakan seharusnya berkisar antara 6,5 – 8,5 atau dalam kondisi netral. Jika lebih tinggi (basa) atau lebih rendah (asam) dari batas standar, perlu menjadi perhatian untuk dilakukan treatment pada air tersebut supaya tidak mengganggu proses fisiologis tubuh dan laju peternakan ayam.
Berdasarkan data persentase nilai pH air yang tidak sesuai standar (Grafik 4), sebanyak 89,58% sampel memiliki pH asam dan 10,42% pH basa. Menurut Hess dan Macklin (2019), unggas dapat mengonsumsi air minum dengan pH asam lebih baik daripada kondisi basa. Walaupun demikian, air dengan pH terlalu asam (<6,5) dapat mempengaruhi performa ayam, merusak peralatan peternakan, dan berpengaruh terhadap pelarutan obat dan vaksin. Sedangkan air yang terlalu basa (>8,5) mengindikasikan tingginya kadar kalsium dan magnesium dalam air. Kondisi pH yang terlalu basa bisa mengganggu pencernaan, menyebabkan diare, menurunkan feed intake, dan dapat menimbulkan kerak pada saluran air.
Persentase ketidaksesuaian hasil uji kualitas air secara kimia dibandingkan standar selama tahun 2020 hingga 2023 (Agustus) rata-rata berkisar 17% dari total pengujian sejumlah 5853 sampel (Grafik 5). Hal ini menunjukkan bahwa ratusan sampel yang diuji masih berpotensi bermasalah atau tidak sesuai standar. Termasuk masalah tingkat kesadahan air yang dapat berpengaruh terhadap proses operasional di farm. Seperti memengaruhi medikasi (terutama dapat menurunkan efektivitas kinerja obat golongan Fluoroquinolon dan Tetracycline), merusak vaksin aktif via air minum, serta saat digunakan sebagai pelarut desinfektan.
Parameter lain seperti kadar klorida juga perlu diketahui. Klorida di dalam air terdapat dalam bentuk halogen klor (Cl) dan akan berikatan dengan kation-kation garam (misalnya: Na²+, Ca²+, Mg²+) membentuk senyawa garam seperti NaCl², CaCl², MgCl². Dalam jumlah tinggi (melebihi standar), klorida akan menimbulkan rasa asin pada air sehingga ayam cenderung meningkatkan konsumsi air minum dan menurunkan konsumsi ransum. Akibatnya ayam akan sering terkena diare. Efek lainnya, klorida yang tinggi akan mempercepat terjadinya korosi pada sistem instalasi air minum atau pada kandang.
Selain itu kadar nitrat dan nitrit di dalam air juga perlu diketahui supaya hasil uji yang tidak sesuai dengan standar bisa segera dilakukan evaluasi. Nitrit merupakan senyawa kimia turunan nitrat. Senyawa nitrat sendiri dihasilkan pada proses akhir dekomposisi materi organik seperti feses. Kandungan nitrat berlebih dalam air dapat menurunkan potensi vaksin dan obat. Sebenarnya nitrat tidak bersifat racun (toksik) terhadap ayam. Namun, konsumsi dalam jumlah berlebihan baru bisa menyebabkan keracunan. Dengan bantuan bakteri pengikat nitrogen salah satunya bakteri Rhizobium, nitrat bisa diubah menjadi nitrit yang 10 kali lebih beracun daripada nitrat. Nitrit akan mengikat hemoglobin dan menurunkan kadar oksigen dalam darah, akibatnya ayam dapat mengalami kematian. Selain itu kandungan nitrit yang berlebih dapat memicu munculnya biofilm (Hubbard, 2020).
Berbagai macam logam/mineral umumnya ditemukan dalam air minum. Biasanya, senyawa tersebut ditemukan dalam konsentrasi yang relatif rendah dan tidak menimbulkan bahaya. Logam lain yang perlu diwaspadai contohnya kadar besi. Konsentrasi yang melebihi standar dapat mempengaruhi bau, rasa dan warna air, menyebabkan diare serta menimbulkan kerak yang dapat menyumbat saluran pipa. Selain itu juga dapat merusak virus vaksin, terutama saat vaksinasi melalui air minum, menurunkan efektivitas obat, membentuk senyawa kompleks dengan tetrasiklin, inaktivasi sulfonamide serta mempercepat pembentukan biofilm di sepanjang instalasi air. Hal ini karena adanya peningkatan populasi bakteri patogen di dalam air. Biofilm pada saluran air dapat menghambat laju aliran air di saluran nipple sehingga mengganggu dosis vaksin, obat dan vitamin yang dikonsumsi oleh ayam.
c. Kualitas biologi
Persentase ketidaksesuaian hasil uji kualitas biologi air dibandingkan dengan standar diantaranya coliform 59%, E.coli 27% dan Salmonella 37%. Keberadaan bakteri coliform umumnya berkaitan dengan pencemaran feses pada air minum akibat limpasan ke air permukaan atau air tanah. Idealnya, kontaminan bakteri tidak boleh ada dalam air minum. Berdasarkan data tersebut (Grafik 3), menunjukkan bahwa risiko kontaminasi bakteri pada air di peternakan masih cukup tinggi. Air bisa menjadi media penularan penyakit contohnya Colibacillosis. Sehingga perlu dilakukan treatment pada air untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang ada di dalam air supaya tidak menimbulkan penyakit.
Selama tahun 2020 hingga 2023 (Agustus), jumlah pengujian kualitas biologi air sebanyak 4950 buah dengan rata-rata hasil tidak sesuai standar berkisar 40% (Grafik 6). Tingginya kontaminasi bakteri pada air biasanya berkorelasi dengan tingginya kasus penyakit di lapangan, salah satunya Colibacillosis. Hal ini sesuai dengan data kasus penyakit di lapangan pada ayam broiler dan layer oleh Tim Medion, menunjukkan bahwa penyakit Colibacillosis masuk ke dalam 5 besar ranking penyakit. Sumber air yang terlalu dangkal, dekat dengan sumber tumpukan feses, dekat sawah, sungai/rawa, atau septic tank, memiliki risiko besar terkontaminasi E.coli. Berdasarkan data pada Grafik 7, menunjukkan jumlah pengujian kualitas biologi air (coliform, E.coli dan Salmonella) dari peternakan ayam paling tinggi terjadi pada bulan Januari, Maret, Agustus, September, dan Desember selama tahun 2020 hingga 2023. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jumlah permasalahan kualitas biologi air, seperti tingginya cemaran bakteri E.coli sering terjadi pada saat pergantian musim dan menjelang akhir hingga awal tahun.
Kualitas air secara fisik, kimia, dan biologi yang tidak sesuai dengan standar dapat berpengaruh terhadap performa, produktivitas dan laju peternakan ayam yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian ekonomi. Permasalahan kualitas air saat terjadi pada salah satu parameter, mungkin akan cukup mudah dalam mengatasinya. Namun jika dibiarkan tanpa adanya penanganan, maka dapat memicu permasalahan yang lebih kompleks. Misalnya ketidaksesuaian parameter kimia dan biologi yang dapat mengakibatkan penanganan yang dilakukan juga semakin kompleks.
Pentingnya Uji Kualitas Air
Air dengan kualitas bersih dan tidak terkontaminasi harus selalu tersedia setiap saat untuk ternak. Namun, hal ini tergantung pada sumbernya, air yang disuplai untuk peternakan mungkin mengandung berbagai mineral dalam jumlah berlebihan atau terkontaminasi oleh bakteri.
Salah satu upaya pencegahan dalam menghadapi permasalahan kualitas air yaitu melalui uji laboratorium untuk memastikan kualitas air tetap stabil dan peralatan peternakan terutama instalasi air tetap berfungsi dengan baik. Uji kualitas air dapat dilakukan secara berkala misalnya rutin setiap 1-2 bulan sekali, saat akan memulai pergantian periode pemeliharaan baru, saat pergantian sumber air atau saat peralihan musim dan ketika musim penghujan. Seperti pada akhir tahun ini atau bulan Desember 2023 mendatang yang merupakan musim penghujan.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Ilustrasi 1, prakiraan cuaca pada akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024 mendatang merupakan musim penghujan dengan curah hujan yang semakin tinggi. Tentu saja hal ini menjadi kewaspadaan bersama akan adanya tantangan tersendiri dalam menghadapi musim penghujan. Salah satu contohnya kualitas air yang menurun akibat tingginya cemaran bakteri. Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji kualitas air di MediLab untuk mengetahui apa saja permasalahan kualitas air di peternakan kita.
MediLab hadir untuk membantu permasalahan di peternakan ayam, salah satunya melayani uji kualitas air. Didukung dengan teknologi yang canggih dan laboran yang handal, MediLab memberikan hasil uji dan interpretasi data yang cepat, akurat, dan lengkap sehingga memudahkan peternak dalam mengambil keputusan yang tepat. Melalui pengujian secara berkala, dapat segera ditentukan langkah penanganan selanjutnya.
Mengatasi Permasalahan Kualitas Air
Kualitas air yang tidak sesuai standar tentu dapat menyebabkan permasalahan pada suatu peternakan. Tidak hanya berpengaruh terhadap performa ternak, namun juga serangkaian proses operasional dalam peternakan. Penggunaan Water Treatment Plant dapat membantu mengolah air baku menjadi air yang layak dikonsumsi untuk ternak. Water Treatment Plant juga mampu menjaga kualitas air minum ternak sesuai standar, sehingga meminimalkan risiko konsumsi cemaran pada air minum yang berdampak pada kesehatan dan performa ternak. Selain itu beberapa cara yang dapat dilakukan saat terjadi permasalahan kualitas air seperti:
a. Kualitas fisik
Penanganan terhadap bau, warna dan kejernihan yang bermasalah, dapat dilakukan dengan metode filtrasi atau penyaringan. Bisa juga dengan metode lain yaitu mencampurkan tawas ke dalam torn dengan dosis 2,5 gram tiap 20 liter air minum. Tawas ini berfungsi sebagai penjernih yang dapat mengikat partikel atau mineral yang terkandung di dalam air.
b. Kualitas kimia
Penanganan terhadap pH air yang tidak sesuai standar, dapat dilakukan dengan cara mencampurkan Netrabil dengan dosis 5 gram per liter air minum. Selain itu dengan metode filtrasi atau mencampurkan soda kue saat pH asam dan asam sitrat saat pH basa.
Penanganan terhadap kandungan mineral/logam berlebih juga dapat dilakukan dengan metode filtrasi. Caranya yaitu dengan mengalirkan air dari sumber ke penyaringan atau alat filter berupa pasir silika/zeolit, karbon aktif dan manganese sebelum dialirkan menuju torn. Selain itu bisa juga mencampurkan Medimilk/Netrabil dalam air.
c. Kualitas biologi
Penanganan terhadap cemaran mikroba (coliform, E.coli, Salmonella sp., dll) dapat dilakukan dengan sanitasi air minum menggunakan Desinsep dengan dosis 30 ml per 1000 liter air. Sebelum digunakan untuk melarutkan obat/vitamin/herbal, air minum yang mengandung Desinsep sebaiknya diendapkan terlebih dahulu selama 6-8 jam. Selain itu, penting juga melakukan flushing pada instalasi air minum untuk mencegah perkembangan biofilm.
Air merupakan bagian integral dari banyak proses biologis dalam tubuh ternak. Kualitasnya sangat penting karena mewakili antara 50-70% bobot hidup ayam dewasa dan jumlah konsumsi air biasanya 2-2,5 kali lebih besar dibandingkan konsumsi pakan. Selain menjadi komponen utama tubuh, air juga merupakan pelarut utama yang terlibat dalam banyak proses metabolisme. Sekalipun dianggap sebagai media penularan penyakit. Oleh sebab itu, pengendalian kualitas air yang baik dimulai dengan mengetahui sifat fisik, kimia dan biologi terhadap air yang digunakan melalui uji kualitas air secara berkala. Karena air berkualitas akan menunjang keberhasilan performa dan laju peternakan.