Sapi merupakan ternak ruminansia yang memiliki sistem pencernaan kompleks dengan empat bagian lambung yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Pada sistem pencernaan tersebut terjadi proses fermentasi yang dibantu oleh mikroba rumen. Proses akhir fermentasi akan menghasilkan sumber energi utama bagi sapi yaitu volatile fatty acid (VFA) yang terdiri dari asam asetat, propionat dan butirat. Ketiga komponen tersebut merupakan sumber energi yang berperan dalam pertumbuhan, aktivitas ternak, kondisi tubuh hingga produksi susu. Oleh karena itu, kesehatan sistem pencernaan sangat penting bagi kehidupan sapi.
Gangguan Pencernaan pada Sapi
Kesehatan sistem pencernaan sapi dan keseimbangan mikroba rumen yang terganggu dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Gangguan tersebut dapat terjadi akibat faktor non infeksius (kesalahan manajemen) dan faktor infeksius (penyakit). Berikut adalah beberapa gangguan pencernaan yang umum terjadi pada sapi :
- Kembung
Kembung atau bloat merupakan gangguan pencernaan yang cukup sering terjadi pada sapi akibat akumulasi gas di dalam lambung. Secara alami gas akan terbentuk akibat proses fermentasi dan dikeluarkan oleh ternak dengan proses eruktasi/sendawa. Akan tetapi apabila gas tersebut terjebak di dalam rumen maka akan terjadi kembung.
Kembung dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kembung primer dan sekunder. Kembung primer terjadi akibat fermentasi pakan yang berlebihan dan gas bercampur isi rumen sehingga terbentuk busa. Sedangkan kembung sekunder terjadi akibat adanya penyumbatan pada saluran keluarnya gas dari lambung dan gas yang terbentuk terpisah dari isi rumen.
Gejala yang terlihat apabila sapi mengalami kembung adalah perut bagian kiri yang membesar dan jika ditepuk akan terdengar suara nyaring seperti gendang. Selain itu nafsu makan sapi akan menurun, terlihat gelisah, dan frekuensi napas meningkat atau kesulitan bernapas.
Sapi yang mengalami kembung apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Tentunya hal tersebut akan merugikan bagi peternak. Oleh karena itu, apabila ada sapi yang menunjukkan gejala kembung perlu segera ditangani. Penanganan kembung pada sapi dapat dilakukan dengan pemberian obat kembung seperti Bloatex yang berfungsi untuk mengeluarkan gas berlebih. Obat akan bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga gelembung gas akan terurai menjadi gelembung kecil sehingga dapat dikeluarkan dari saluran pencernaan.
- Diare
iare merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguan atau penyakit pencernaan. Diare dapat disebabkan oleh faktor non infeksius maupun penyakit infeksius. Contoh penyebab non-infeksius adalah gangguan metabolik karena kualitas pakan, pergantian pakan, kondisi lingkungan yang dingin maupun kondisi pasca transportasi. Sedangkan penyebab diare akibat penyakit infeksius adalah infeksi bakteri (colibacillosis, salmonellosis), infeksi virus (Bovine Viral Diarrhea–Mucosal Disease) atau sering disebut diare ganas pada sapi serta infeksi parasit seperti cacingan dan koksidiosis.
Ternak yang mengalami diare akan menunjukkan gejala seperti feses encer, frekuensi pengeluaran feses meningkat, warna feses tidak normal, ternak nampak lesu, bahkan dehidrasi. Kejadian diare dapat terjadi pada ternak dewasa maupun muda bahkan yang baru lahir.
Penanganan diare yang dapat dilakukan perlu menyesuaikan dengan penyebabnya. Apabila diakibatkan karena kualitas pakan yang kurang bagus atau pergantian pakan, maka perlu adanya perbaikan manajemen pemberian pakan. Sedangkan apabila diakibatkan penyakit infeksius, maka pengobatan disesuaikan dengan agen penyakitnya.
Diare akibat infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotik seperti Trimezyn Bolus. Apabila penyebabnya cacing dapat diberikan obat cacing seperti Wormzol-B dan jika diare karena koksidiosis dapat diberikan antikoksidia seperti Toltradex.
- Indigesti sederhana
Indigesti sederhana merupakan gangguan pada saluran pencernaan sapi pada bagian rumen atau retikulum. Faktor penyebab indigesti sederhana adalah adanya perubahan kualitas dan kuantitas pakan secara mendadak atau pakan dengan kandungan serat, karbohidrat dan protein yang tinggi. Gejala yang dapat terlihat adalah penurunan nafsu makan dan penurunan produksi susu pada sapi laktasi.
Terkadang dapat ditemui gejala lainnya yaitu penurunan atau hilangnya gerak rumen yang disertai konstipasi, namun tidak terlihat adanya gejala penyakit sistemik. Suhu serta frekuensi nadi dan napas pun dalam rentang normal.
Pada populasi yang banyak, kejadian indigesti sederhana ini mudah didiagnosa dengan ditandai penurunan nafsu makan secara mendadak pada kebanyakan sapi setelah adanya perubahan pemberian pakan. Rendahnya ketegangan dan pergerakan rumen juga dapat dijadikan tanda terjadinya indigesti sederhana.
Penanganan kasus indigesti sederhana pada sapi dilakukan dengan tujuan mengembalikan kondisi lingkungan rumen kembali normal. Kondisi rumen yang sudah kembali normal ditandai dengan adanya motilitas rumen dan jumlah mikroba rumen yang mencukupi. Beberapa penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pakan berkualitas bagus dengan palatabilitas tinggi dan menghentikan pemberian pakan silase atau tinggi serat.
Pemberian suplemen juga dapat diberikan untuk meningkatkan dan mengatasi gangguan pencernaan. Suplemen yang dapat diberikan contohnya adalah Digesfit. Digesfit merupakan suplemen herbal yang dapat meningkatkan nafsu makan, mengatasi gangguan pencernaan pada rumen sapi dan meningkatkan performa ternak tanpa menghasilkan residu kimia.
- Cacingan
Cacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infestasi cacing pada tubuh baik pada saluran pencernaan, pernapasan, hati atau bagian tubuh lainnya. Walaupun cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, namun penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup ternak dan secara ekonomi dapat menimbulkan kerugian. Beberapa dampak akibat cacingan adalah penurunan berat badan, terhambatnya pertumbuhan pada sapi muda, penurunan kualitas daging, penurunan produksi susu dan bahaya penularan kepada manusia (zoonosis).
Contoh cacing yang sering menyerang ternak sapi adalah Toxocala vitulorum. Cacing gilig ini banyak ditemukan pada pedet yang ditularkan secara veritikal dari induk melalui kolostrum atau plasenta. Jenis cacing lainnya yang sering ditemui adalah cacing hati (Fasciola gigantica) dan cacing pita (Taenia saginata). Telur cacing T. saginata yang termakan bersama rumput akan berkembang menjadi fase larva pada tubuh sapi. Larva cacing tersebut berada dalam usus sapi selanjutnya bersama aliran darah menuju ke otot yang disebut dengan Cysticercus bovis.
Sapi yang mengalami cacingan memiliki gejala badan yang kurus, bulu kusam, mengalami diare, konstipasi, nafsu makan menurun dan terkadang mengalami anemia. Bahkan pada beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan kematian. Pemberian obat cacing merupakan langkah utama dalam upaya penanganan dan pengendalian kasus cacingan baik pada pedet maupun sapi dewasa. Contoh obat cacing yang dapat diberikan adalah Wormzol-B dan Wormectin Plus-B.
Menjaga Kesehatan Sistem Pencernaan
Adanya gangguan pencernaan tentunya akan menurunkan produktivitas ternak. Hal tersebut dapat menjadi kerugian, sehingga perlu adanya upaya untuk menjaga sistem pencernaan sapi agar terhindar dari gangguan atau penyakit. Berikut beberapa upaya untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan pada sapi:
- Berikan pakan berkualitas sesuai kebutuhan ternak dengan mempertimbangkan formulasi yang seimbang antara karbohidrat, protein dan hijauan sebagai sumber serat.
- Saat ada perubahan pakan, lakukan secara bertahap. Hindari pemberian pakan tinggi karbohidrat yang mudah tercerna (karbohidrat) dalam jumlah banyak dan waktu singkat.
- Hindari pemberian hijauan yang masih segar atau basah. Hijauan dapat dilayukan terlebih dulu sebelum diberikan pada ternak. Selain itu, hindari pemberian hijauan leguminosa yang berlebihan (100% tanpa dicampur dengan hijauan lain).
- Ternak sapi sebaiknya tidak digembalakan terlalu pagi karena pada waktu tersebut larva cacing biasanya dominan berada di permukaan rumput yang masih basah.
- Berikan obat cacing secara berkala setiap 2-3 bulan sekali. Wormzol-B dapat diberikan untuk memberantas cacing gilig, cacing pita dan cacing daun.
- Bersihkan lingkungan kandang secara rutin dari feses yang menumpuk dan inang antara (tungau, siput) yang dapat menyebabkan cacingan. Selain itu, tanaman dan rumput-rumput liar di sekitar kandang dibersihkan serta lakukan desinfeksi kandang secara rutin menggunakan Antisep, Neo Antisep atau Formades untuk kandang kosong.
- Berikan suplementasi mineral dengan Mineral Feed Supplement S untuk mencegah defisiensi mineral, meningkatkan pertumbuhan pada sapi potong dan menambah produksi susu pada sapi perah.
Kesehatan sistem pencernaan yang terjaga dapat menghindarkan sapi dari penyakit lainnya dan juga mempertahankan produktivitas tetap optimal. Hal tersebut dapat tercapai dengan menerapkan manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang baik dan benar.