Infectious Bronchitis (IB) telah dikenal puluhan tahun menyerang ayam terutama ayam petelur. Serangan IB tak hanya menyerang organ pernapasan dan reproduksi bahkan dapat pula menyerang ginjal. Virus IB tidak stabil, mudah bermutasi dan tingkat proteksi silang antar virus IB rendah.
Berdasarkan data kasus penyakit tahun 2016 dari 100% kasus IB, 73% adalah kasus IB klasik. Tingkat proteksi silang virus IB tergolong sangat rendah, sehingga kombinasi vaksin IB variant dan vaksin IB klasik tetap diperlukan untuk memberikan perlindungan yang optimal.
Penyakit IB merupakan salah satu penyakit yang cukup penting karena menyebabkan kerugian sebagai berikut:
- Penurunan kualitas dan kuantitas telur (penurunan produksi bisa mencapai 70%)
- Dapat menyerang pada berbagai umur ayam
- Tingkat mortalitas ayam bisa mencapai angka 25-30% sedangkan angka kesakitan (morbiditas) relatif tinggi yaitu 100%
- Hambatan pertumbuhan
- Menjadi faktor predisposisi penyakit pernapasan lain
Pada Artikel Utama kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai info terkini penyakit IB di lapangan dan bagaimana langkah pengendaliannya.
Kejadian Terkini Kasus IB di Lapangan
Penyakit Infectious Bronchitis masih menjadi momok utama di sektor perunggasan, terutama pada budidaya ayam petelur dalam 3 tahun terakhir ini. Penyakit IB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah kejadian di farm unggas khususnya ayam petelur. Berdasarkan data lapangan tahun 2020, penyakit IB masih menempati peringkat 5 dari rangking penyakit viral pada ayam petelur. Sedangkan pada ayam pedaging menduduki peringkat ke 6 penyakit viral.
Diketahui pula pola serangan kasus IB pada tahun 2020 yang tertinggi di awal tahun (Grafik 1). Hal tersebut diduga karena kondisi cuaca di Indonesia yang tidak menentu, menyebabkan kondisi tubuh ayam mudah stres sehingga memicu munculnya kasus IB. Selain itu, diduga akibat kondisi lingkungan kandang yang lembap sehingga virus IB cukup stabil dan mudah berkembang.
Berdasarkan data satu tahun terakhir yang dikumpulkan oleh tim Technical Education and Consultation Medion, umur serangan pun bervariasi. Pada ayam pedaging, dominasi serangan IB terjadi pada umur di atas 22-28 hari (3-4 minggu) hingga panen. Sedangkan pada ayam petelur, serangan IB didominasi pada ayam-ayam pada masa produksi yaitu diumur 18-35 minggu (awal-puncak produksi telur). Namun infeksi IB di umur menjelang produksi juga perlu kita waspadai, dikarenakan pada umumnya penyakit IB menyerang ayam dari segala umur.
Infectious Bronchitis
Penyakit IB disebabkan Coronavirus yang merupakan virus beramplop dan single-stranded RNA. Penyakit IB merupalan penyakit viral yang bersifat akut dan sangat mudah menular di segala kelompok umur ayam dengan masa inkubasi yang singkat, yaitu antara 18-36 jam. Virus IB menular dalam waktu yang sangat singkat. Dalam jangka waktu 2-3 hari sebagian besar atau seluruh ayam dalam satu kandang akan tertular. Pola serangan kasus IB yang mengalami peningkatan biasanya terjadi pada akhir tahun. Diduga karena kondisi cuaca di Indonesia yang tidak menentu, menyebabkan kondisi tubuh ayam mudah stres sehingga memicu munculnya kasus IB. Selain itu, kondisi lingkungan kandang yang lembap membuat kondisi virus IB yang stabil dan mudah berkembang.
Virus IB memiliki kemampuan untuk bermutasi atau bertukar genetik dengan mudah. Akibatnya, banyak varian strain yang teridentifikasi dan sulit dikontrol dengan vaksinasi. Beberapa IB varian yang sudah masuk di Indonesia seperti QX strain yang berasal dari China ataupun 4/91 strain asal Inggris. Medion melakukan mapping/pemetaan virus IB dengan mengumpulkan sampel dari ayam yang diduga terinfeksi IB dari lapangan. Sampel organ kemudian diuji dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dilanjutkan dengan uji DNA sequencing. Hasil pemetaan virus IB yang dilakukan oleh Research & Development Biology Molekuler Medion (2018), menunjukkan bahwa virus IB varian di Indonesia satu grup dengan QX strain, yaitu grup A2 atau yang bisa disebut QX-like. IB varian QX-like sudah banyak ditemukan pada ayam pedaging, petelur dan pembibit. Sedangkan tipe IB varian M41-like baru ditemukan pada ayam petelur.
Diagnosa Penyakit IB
Target organ virus IB, bisa dilihat dari namanya yaitu Infectious Bronchitis yang artinya dapat menyerang sistem pernapasan (terutama di bagian bronchus), selain itu juga dapat menyerang sistem reproduksi dan sistem urinari (ginjal).
Secara umum gejala klinis penyakit IB yang dapat diamati yaitu keluarnya lendir dari hidung, ayam sulit bernapas, ngorok, serta bersin/batuk. Mata ayam terlihat selalu basah dan selaput niktitan (selaput kelopak mata dalam) berwarna merah, serta nafsu makan dan minum menjadi menurun.
Penyakit IB pada ayam pedaging mengakibatkan standar berat badan tidak tercapai dan menimbulkan resiko terserang penyakit saluran pernapasan yang lain. Pada ayam petelur umur dewasa akan terdengar suara ngorok dan kuantitas maupun kualitas telur menurun drastis. Pada ayam petelur yang sudah memasuki periode bertelur, infeksi virus IB biasanya menyebabkan kerabang telur yang dihasilkan berwarna putih atau pucat, tipis, lembek, kasar, hingga bentuknya tidak simetris. Jika telurnya dibuka, dapat pula ditemukan adanya noda darah pada kuning telur (blood spot) dan batas antara putih telur tebal dan tipis tidak terlihat jelas.
Selain itu, jika dilakukan bedah bangkai akan tampak peradangan di sepanjang saluran pernapasan khususnya trakea dan bronkus. Pada saluran reproduksi umumnya terjadi perubahan pada oviduk yang biasanya menyebabkan penurunan produksi maupun kualitas telur. Perubahan patologi anatomi lain juga bisa ditemukan pada beberapa strain bersifat nefropatogenik yaitu adanya kebengkakan ginjal serta timbunan asam urat di ureter.
Pada kasus IB yang disebabkan oleh QX strain menunjukkan perubahan patologi anatomi berupa pelebaran oviduk yang berisi cairan bening (cystic oviduct). Hal ini bisa diketahui secara klinis apabila kejadian sudah berlangsung lama (kronis) dengan gejala perut ayam tampak membesar dan berjalan dengan mendongak seperti pinguin. Cystic oviduct terjadi pada oviduk sebelah kiri yang berkembang. Namun pada kasus IB secara umum juga cystic oviduct bisa terjadi pada oviduk kanan dengan ukuran kecil yang secara normal mengalami rudimenter. Pada kejadian awal bisa terjadi akumulasi cairan bening di dalam oviduk, akan tetapi belum terlihat secara klinis. Hanya saja pada kasus ini ayam sudah tidak bertelur lagi. Perubahan lain bisa tampak dari proventrikulus yang mengalami peradangan serta adanya lesi pada ginjal (renal damage) (Mahdavi, 2007).
Penyakit IB seringkali diikuti dengan infeksi sekuder atau serangan penyakit lainnya. Diagram di bawah menunjukkan infeksi sekunder yang seringkali terjadi pada serangan penyakit IB (Grafik 4).
Untuk memastikan strain virus IB yang menyerang bisa dilakukan uji laboratorium dengan metode Polymerase Chain Reaction Test (PCR) dan sequencing. Uji PCR bisa dilakukan di MediLab dengan mengirimkan sampel organ yang dibekukan. Pada kasus akut (3-5 hari), sampel terbaik diambil dari trakea dan bronkus, karena pada kasus akut titer virus IB tinggi di organ trakea dan bronkus akan turun sampai dengan level yang tidak terdeteksi pada 2 minggu pasca infeksi. Pada kasus kronis sampel diambil dari trakea, laring, caeca tonsil dan ginjal.
Penanganan dan Pengendalian
Tidak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan penyakit Infectious Bronchitis. Apabila sudah menyerang maka yang bisa dilakukan adalah membuat kondisi tubuh ayam cepat membaik dan meningkatkan nafsu makannya dengan pemberian nutrisi lengkap, serta perketat biosecurity.
Untuk menangani kejadian penyakit ini, dapat dilakukan langkah-langkah seperti berikut:
- Lakukan seleksi pada ayam-ayam yang sudah parah atau tidak produksi selama 5-7 hari atau dilihat dari kontinuitas bertelurnya. Culling ayam terutama yang menunjukkan gejala ngorok dan lemah, agar tidak menjadi sumber penyakit bagi ayam yang sehat.
- Segera lakukan revaksinasi pada ayam di masa produksi dan ayam sehat sekitar kandang yang terinfeksi. Gunakan vaksin IB dengan reaksi post yang ringan (Medivac IB H-120).
- Berikan terapi suportif menggunakan multivitamin dan imunostimulan seperti Fortevit dan Imustim untuk meningkatkan stamina dan memulihkan daya tahan tubuh ayam. Untuk membantu memulihkan penurunan produksi telur dapat diberikan multivitamin yang mengandung asam amino seperti Aminovit.
- Pada kasus IB dapat menyebabkan kebengkakkan ginjal yang cukup parah, sehingga memerlukan treatment khusus untuk mengurangi tingkat keparahan tersebut. Berikan Gumbonal untuk membantu mengurangi angka kematian akibat kebengkakkan ginjal.
- Atasi gangguan pernapasan dengan Respitoran yang dapat membantu mengurangi peradangan dan mengencerkan mukus.
- Jika terdapat indikasi adanya infeksi sekunder bakteri, berikan antibiotik yang tidak memperberat kerja ginjal seperti Neo Meditril.
- Kroscek dengan uji serologi terutama terhadap penyakit penurunan produksi telur lainnya seperti EDS maupun AI.
- Lakukan semprot kandang secara rutin tiap 2 hari sekali untuk meminimalkan bibit penyakit di kandang. Batasi lalu lintas kendaraan maupun orang yang keluar masuk kandang.
- Cegah faktor immunosupresi dengan mengontrol mikotoksin pada pakan (Freetox G).
Pencegahan Penyakit IB
Vaksinasi dapat mencegah kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit ini. Telah kita ketahui bersama bahwa tingkat proteksi silang antar virus IB tergolong rendah. Sehingga program vaksinasi dalam mencegah penyakit IB adalah kombinasi vaksin IB klasik dan IB varian untuk perlindungan yang lebih luas dan optimal. Hal ini karena kasus IB di lapangan disebabkan oleh strain klasik dan strain varian.
Medion memproduksi vaksin untuk mencegah penyakit IB yang homolog dengan virus IB lapangan, yaitu vaksin Medivac ND-IB Variant Emulsion, Medivac ND G7-IB Variant Emulsion, Medivac ND-IB Variant-Gumboro Emulsion dan Medivac ND G7-EDS-IB Variant Emulsion. Vaksin inaktif dibutuhkan untuk menggertak kekebalan humoral (kekebalan yang beredar di dalam darah). Sedangkan kekebalan mukosal atau lokal di daerah saluran pernapasan atas merupakan pintu masuk infeksi virus IB. Maka, vaksin aktif seperti Medivac IB, Medivac IB Variant dan Medivac ND-IB tetaperlu diberikan untuk menggertak pembentukan kekebalan IB secara cepat dan protektif.
Namun vaksinasi bukan satu-satunya cara untuk melindungi ayam dari serangan virus IB, upaya lainnya yang penting dilakukan untuk mendukung keberhasilan vaksinasi, diantaranya:
- Melaksanakan manajemen pemeliharaan dengan benar dan tepat. Terutama pada kelancaran ventilasi dan pengaturan kepadatan kandang untuk menekan amonia. Upayakan kondisi litter tetap kering dan konsentrasi amonia rendah. Kadar amonia yang tinggi menyebabkan iritasi saluran pernapasan atas yang dapat memicu infeksi penyakit pernapasan. Sesuaikan kepadatan dalam kandang untuk meminimalisir stres. Sedapat mungkin dilakukan sistem “all in all out”.
- Desinfeksi dan biosecurity dilakukan dengan tepat dan ketat mengingat virus IB mudah mati oleh berbagai jenis desinfektan. Selalu bersihkan tempat ransum dan tempat minum ayam dengan desinfektan setiap hari untuk mencegah timbulnya bibit penyakit dari ransum atau air minum yang tidak higienis. Lakukan desinfeksi kandang dengan optimal. Gunakan desinfektan yang tepat seperti golongan aldehyde (Sporades, Formades) dan golongan oxidizing agent (Antisep) untuk membasmi virus beramplop, seperti virus IB. Perhatikan titik-titik kritis yang dapat menjadi sumber penularan penyakit, seperti egg tray dan peti yang masuk ke area peternakan, lebih baik dilakukan pencucian dan desinfeksi terlebih dahulu. Yang tidak kalah penting adalah waktu kosong kandang dilakukan selama 2–4 minggu dari sejak kondisi kandang sudah bersih. Terapkan sistem 3 zona yaitu zona bersih, transisi, dan zona kotor. Isolasi ayam sakit dan tidak memperjualbelikannya. Untuk bangkai ayam, segera bakar dan kubur. Sebelum dan saat awal masa produksi dipastikan bobot badan telah sesuai standar dan keseragaman minimum 80%.
4. Menghindarkan ayam dari kondisi imunosupresan (infeksius dan non infeksius) dan stres sebagai langkah pencegahan masuknya virus dengan mudah. Seperti pemberian Imustim, imunostimulan herbal yang dapat membantu meningkatkan fungsi sistem kekebalan.
5. Lakukan pengecekan titer antibodi secara rutin minimal 1-2 bulan untuk memastikan titer antibodi masih protektif.
6. Memberikan nutrisi lengkap dan multivitamin sebagai suplemen dalam menjaga daya tahan tubuh. Selain vitamin, premiks juga bisa ditambahkan dalam ransum sehingga proses metabolisme pertahanan tubuh ayam berjalan maksimal.
Demikian terkait update penyakit IB dan fenomena kejadiannya di lapangan. Perlu kita perhatikan pengendalian IB merupakan kombinasi dari beberapa faktor meliputi vaksinasi, biosecurity yang ketat serta dipadukan dengan manajemen pemeliharaan yang baik. Medion selalu mengikuti perkembangan virus IB dengan selalu memantau perubahan isolat virus di lapangan agar senantiasa dapat menyediakan vaksin yang homolog dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Semoga bermanfaat. Salam