Usaha pertanian tanaman jagung di Indonesia memiliki prospek bisnis yang baik. Kebutuhan jagung terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi penduduk dan kebutuhan industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan dan pakan ternak. Dalam praktik budidaya tanaman jagung, produktivitas tanaman dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kondisi lahan, penggunaan bibit, penggunaan pupuk, hama dan penyakit serta gangguan gulma.
Lahan jagung merupakan lahan terbuka yang mudah terpapar oleh cahaya matahari. Tanaman akan berkembang dengan baik pada lahan termasuk tumbuhan spesies gulma. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi petani adalah gangguan gulma.
Keberadaan gulma di lahan sangat berpengaruh terhadap produktivitas jagung. Gulma dapat merugikan tanaman jagung karena akan bersaing dalam memperoleh air, udara, unsur hara di dalam tanah, cahaya matahari dan tempat hidup. Bahkan kompetisi tersebut terjadi dari awal tanam hingga menjelang panen. Jika keberadaan gulma dibiarkan maka dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan jagung. Menurut Bilman (2011), gulma yang dibiarkan tanpa pengendalian pada budidaya jagung dapat menurunkan hasil 20–80% dan menurunkan kualitas biji.
Gulma merupakan tumbuhan di lahan yang tidak dikehendaki keberadaanya dan menimbulkan kerugian pada tanaman. Besarnya kerugian yang ditimbulkan bergantung pada jenis gulma, kepadatan gulma di lahan, lama persaingan, dan senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Kerugian yang ditimbulkan akibat gulma di lahan antara lain:
- Penurunan produktivitas karena persaingan cahaya, air dan unsur hara
- Penurunan kualitas hasil panen
- Peningkatan risiko penularan hama dan penyakit
- Beberapa gulma dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya
- Menyulitkan aktivitas pekerja di lahan dan proses pengolahan hasil
- Menghambat atau menghalangi penggunaan alat pertaniaan
- Mengurangi jumlah dan kualitas air serta menghambat pergerakan air
Gulma pada Tanaman Jagung
Berdasarkan morfologinya, ada tiga jenis gulma yang biasanya tumbuh di antara tanaman jagung antara lain:
- Gulma golongan rumput
Termasuk dalam familia Gramineae/ Poaceae. Dengan ciri-ciri batang berbentuk bulat pipih, daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, serta umumnya bertulang daun sejajar. Daun terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Contohnya Eleusine indica (kelangan), Panicum paludosum Roxb., Oryza sativa L., Cynodon dactylon (rumput kakawatan), Echinochloa colona (jajagoan leutik) dan Imperata cylindrica (alang-alang).
- Gulma teki
Termasuk dalam familia Cyperaceae. Cirinya batang berbentuk segitiga, terkadang berbentuk bulat dan biasanya tidak berongga. Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun. Tangkai bunga tidak berbuku-buku. Contohnya Cyperus rotundus (teki).
- Gulma daun lebar
Termasuk dalam famili Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Contohnya Portulaca olera (krokot), Borreria alata (goletrak/rumput setawar), Commelina benghalensis (gewor), Amaranthus spinosus (bayam duri), Ageratum conyzoides (babandotan) dan Physalis longifolia (ciplukan).
Pengendalian Gulma pada Tanaman Jagung
Untuk mencapai produktivitas tanaman jagung yang optimal, salah satu hal yang diperhatikan adalah pengendalian gulma. Prinsip utama dalam pengendalian gulma pada budidaya tanaman ialah menekan laju pertumbuhan dan perkembangan gulma sebelum merugikan tanaman. Metode dan frekuensi pengendalian gulma tergantung pada jenis gulma dan kecepatan pertumbuhan gulma di lahan.
Pengendalian gulma pada tanaman jagung dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
- Pengendalian gulma secara mekanik
Pengendalian dengan merusak atau menekan pertumbuhan gulma secara fisik.
- Mencabut menggunakan tangan
Terutama pada jenis gulma berdaun lebar, gulma yang baru tumbuh dan gulma berakar dangkal.
- Menggunakan alat sederhana seperti sabit, cangkul maupun alat mekanis yang lebih modern.
Misalnya dengan mencangkul permukaan tanah yang ditumbuhi gulma dan mengangkat gulma bersama akarnya. Gulma yang telah terangkat kemudian dibersihkan dari tanah yang masih melekat dan selanjutnya gulma tersebut dibuang.
- Pembumbunan tanaman jagung
Dengan menambahkan tanah di sekitar perakaran untuk memperkokoh dan memperkuat tanaman.
- Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan sebelum tanam. Untuk mematikan gulma yang sudah tumbuh dan menumbuhkan biji gulma yang dorman. Perlu dilakukan beberapa kali dengan interval waktu yang cukup agar biji dorman sempat tumbuh kemudian dimatikan pada pengolahan berikutnya.
2. Pengendalian gulma secara kultur teknik
Pengendalian dengan membuat lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Sehingga tanaman dapat bersaing dan dapat menekan gulma.
- Menggunakan benih atau bibit jagung yang baik. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat bersaing dengan gulma yang tumbuh dan menghindari penyebaran gulma melalui benih.
- Mengatur pengairan tanaman jagung.
- Menggunakan pupuk kandang yang sudah matang. Untuk menghindari penyebaran biji gulma melalui pupuk kandang yang belum terfermentasi sempurna.
3. Pengendalian gulma secara biologis
Dengan menggunakan organisme hidup yang dapat menekan pertumbuhan gulma. Sebagai contohnya dengan menggunakan ternak itik yang dapat membantu menekan gulma.
4. Pengendalian gulma secara kimiawi
Dengan menggunakan herbisida atau bahan kimia lain untuk membasmi gulma. Penggunaan bahan kimia harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai 6 tepat. Yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat mutu, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat cara aplikasi.
Berdasarkan cara kerjanya, terdapat 2 jenis herbisida yakni sistemik dan kontak. Herbisida dengan cara kerja kontak akan mematikan gulma yang hanya pada bagian yang terkena herbisida. Sedangkan herbisida dengan cara kerja sistemik, herbisida akan disebarkan ke seluruh jaringan gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke akar. Herbisida sistemik dapat juga mematikan tunas yang ada dalam tanah. Sehingga menghambat pertumbuhan gulma.
Dalam metode pengendalian gulma, berdasarkan waktu aplikasinya dibedakan menjadi dua yaitu pemberian herbisida pratumbuh dan paskatumbuh. Herbisida pratumbuh adalah herbisida yang diberikan sebelum biji gulma berkecambah atau muncul ke permukaan. Herbisida pratumbuh bertujuan untuk menekan gulma pada persaingan awal pada tanaman muda dan gulma. Herbisida paskatumbuh adalah herbisida yang diberikan untuk menekan keberadaan gulma yang sudah tumbuh.
Pertimbangan dalam pemilihan herbisida adalah kandungan bahan aktif untuk membunuh gulma di lahan. Misalnya dengan Soralis yang efektif mengendalikan gulma golongan rumput dan juga daun lebar. Bahan aktif dalam Soralis bekerja dengan cara sistemik sehingga herbisida terserap dan menyebar ke seluruh jaringan gulma.
Soralis juga bersifat selektif yang dapat diaplikasikan pada lahan jagung tanpa membunuh tanaman jagung atau selektif mematikan gulma saja. Soralis juga dapat digunakan pada waktu pratumbuh dan paskatumbuh.
5. Pengendalian secara terpadu
Dengan mengombinasikan beberapa cara misalnya mekanik dan kimiawi. Harapannya dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai contoh pengendalian gulma dengan penyemprotan herbisida yang dilanjutkan penyiangan dengan tangan maupun pengolahan tanah pada persiapan lahan. Gulma yang tidak mati akibat penggunaan herbisida tersebut dapat dihilangkan dengan dicabut.
Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu produktivitas jagung. Pengendalian dengan mengombinasikan beberapa cara atau pengendalian terpadu dapat menjadi pilihan dengan hasil yang lebih baik. Seperti pengendalian mekanik dengan pengolahan lahan sebelum tanam dan dikombinasikan dengan pengendalian kimiawi menggunakan herbisida.