Bapak Satrio
Cilacap – Jawa Tengah
Mikotoksikosis itu bisa disembuhkan atau tidak? Bagaimana penanganannya?
Jawab :
Yth. Bapak Satrio, terima kasih atas pertanyaan yang diajukan. Mikotoksin yang masih terakumulasi dalam tubuh bisa dikeluarkan lagi dengan dibantu pemberian toxin binder yang mengikat mikotoksin saat berada dalam saluran pencernaan ayam. Cara lain yang bisa dilakukan ketika ayam sudah terdeteksi terkena mikotoksikosis adalah dengan mengusahakan agar tidak ada tambahan mikotoksin dari pakan.
Mikotoksin merupakan bahaya tersembunyi yang selalu mengintai performa ayam. Terlebih lagi kita ketahui bahwa jamur mudah tumbuh dan menyebar mengontaminasi bahan baku maupun pakan. Saat jamur dan mikotoksin telah ditemukan mengontaminasi pakan, beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menekan efek mikotoksin ini antara lain:
- Buang pakan yang terlihat banyak kontaminasi jamur (konsentrasi tinggi), mengingat mikotoksin ini sifatnya sangat stabil.
- Jika pakan yang terkontaminasi jamur jumlahnya sedikit, bisa dilakukan pencampuran dengan bahan baku atau pakan yang belum terkontaminasi. Tujuannya tidak lain untuk menurunkan konsentrasi mikotoksin. Namun yang perlu diperhatikan ialah bahan baku ini hendaknya segera diberikan ke ayam agar konsentrasi mikotoksin tidak makin meningkat.
- Penambahan toxin binder menjadi solusi efektif untuk mengikat mikotoksin dengan kuat sehingga tidak terserap saat di saluran pencernaan ayam dan akhirnya keluar bersamaan dengan feses. Contoh toxin binder yang banyak digunakan di lapangan karena aplikasinya mudah dan efektif mengikat mikotoksin adalah Freetox. Bahan aktif dalam Freetox dilaporkan mampu mengikat aflatoksin dengan daya ikat paling tinggi (Ramos dan Hernandez et al., 1997). Freetox juga mampu mengikat ≥ 80% total aflatoksin yang terdapat dalam pakan, serta mengikatnya dengan ikatan lebih kompleks/erat. Saat berada di saluran pencernaan ayam, Freetox juga tidak mengikat nutrien lain (vitamin, mineral, asam amino) maupun obat dalam pakan, sehingga aman digunakan. Untuk pakan dengan kadar air <14% dan kadar mikotoksinnya rendah, cukup campurkan 1-2 kg Freetox per 1 ton pakan. Namun jika kadar air pakan >14% dan kadar mikotoksinnya medium/ sedang sampai tinggi, maka campurkan 3-5 kg Freetox dengan 1 ton pakan.
- Suplementasi vitamin, terutama vitamin larut lemak (A, D, E, K), asam amino (metionin dan penilalanin) maupun meningkatkan kadar protein dan lemak dalam pakan juga mampu menekan kerugian akibat mikotoksin. Fortevit dan Kumavit bisa menjadi alternatif pilihan.
- Pemberian hepatoprotektor herbal Heprofit juga dapat dilakukan, mengingat biasanya terjadi perubahan organ pada hati ayam ketika terserang mikotoksikosis. Adanya pemberian Heprofit dilakukan agar hati tidak rusak dan performa ayam tetap optimal.
Kerugian besar akibat kontaminasi mikotoksin ini sudah sepatutnya memaksa kita melakukan upaya untuk mencegahnya. Untuk kasus mikotoksin, mencegah tumbuhnya jamur menjadi langkah awal terpenting yang harus kita lakukan. Mengapa? Saat jamur telah tumbuh pada bahan baku pakan maka bisa dipastikan mikotoksin juga terbentuk.
Lakukan pemeriksaan kualitas bahan baku pakan secara rutin, terutama saat kedatangan bahan baku. Usahakan kadar air bahan baku pakan atau pakan jadi =14%. Jika terpaksa mendapatkan bahan baku dengan kadar air >14%, maka segera keringkan dengan cara dijemur atau menggunakan alat pengering khusus, agar kadar airnya turun. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan juga untuk pengeringan, maka lakukan pengaturan stok dan gunakan bahan baku pakan tersebut sesegera mungkin. Jika perlu tambahkan mold inhibitor, seperti asam propionat untuk menghambat pertumbuhan jamur. Jagung seharusnya disimpan pada kondisi tetap kering (kadar air <14%) untuk menghambat tumbuhnya jamur selama penyimpanan.
Terapkan sistem penggunaan pakan secara first in first out (FIFO: disimpan berdasarkan tanggal kedatangan bahan pakan) atau first expired first out (FEFO: disimpan berdasarkan tanggal kadaluarsa). Tetapi jika ada bahan baku berkualitas kurang baik dan tidak memungkinkan disimpan lebih lama, dapat digunakan terlebih dahulu meskipun baru datang.
Selain itu, penerapan biosecurity dan manajemen tata laksana penyimpanan pakan yang baik. Pastikan gudang atau tempat penyimpanan pakan tidak terkena tampias air hujan, sistem sirkulasi udara lancar, dan tidak lembap. Hindari aktivitas pengocoran pakan dengan air untuk merangsang nafsu makan ayam secara berlebihan karena dapat meningkatkan risiko tumbuhnya jamur dan produksi mikotoksin. Selain itu, secara periodik perlu dilakukan pula pengujian kualitas pakan, salah satunya uji kadar mikotoksin di Laboratorium Medion (MediLab), terutama aflatoksin.