Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi ternak sapi adalah aspek kesehatan hewan. Kasus enteritis merupakan salah satu gangguan kesehatan pencernaan yang sering terjadi dan dapat mempengaruhi produktivitas sapi. Enteritis adalah gangguan kesehatan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan terjadinya peradangan pada mukosa usus yang menimbulkan gangguan fungsi usus.

Enteritis dapat berlangsung secara akut atau kronis. Enteritis akut dapat berlangsung dalam satu hari, sedangkan pada kasus kronis dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Kasus enteritis dengan gejala diare sering terjadi pada anak sapi. Bahkan diare pada pedet berlangsung akut akan menyebabkan dehidrasi dan bahkan kematian. Kondisi ini tentu menyebabkan kerugian ekonomi akibat biaya pengobatan yang tinggi, gangguan pertumbuhan pedet, hingga kematian.

Pemicu kasus enteritis dengan gejala diare pada sapi antara lain penerapan sanitasi kandang yang tidak baik serta populasi kandang terlalu padat. Enteritis pada sapi umumnya disebabkan oleh agen patogen yaitu virus, bakteri, maupun parasit protozoa dan cacing seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.

Sapi yang nampak tidak sehat atau dicurigai terkena enteritis perlu dilakukan pemeriksaan fisik lengkap, antara lain:

  • Penilaian status hidrasi (pemenuhan kebutuhan cairan tubuh). Sapi yang mengalami dehidrasi, kondisi turgor kulit (tingkat kelenturan/ elastisitas kulit) akan menurun dan bola mata lebih cekung.
  • Pengamatan postur tubuh sapi. Postur dapat menunjukkan kondisi adanya rasa nyeri pada bagian perut. Pada sapi yang mengalami nyeri dapat terlihat punggung melengkung, berbaring dengan kaki belakang terentang atau perut menggembung.
  • Pemeriksaan suhu rektal. Pada kasus enteritis suhu tubuh dapat demam, normal atau hipotermia. Pada kondisi hipotermia perlu segera diwaspadai karena sering sebagai indikator prognosa (tingkat kesembuhan) yang buruk
  • Pemeriksaan kondisi tubuh ternak. Pada kasus enteritis nafsu makan akan menurun dan sapi akan mengalami penurunan berat badan. Pada kasus yang disebabkan Rotavirus dan Coronavirus dapat menyebabkan kerusakan villi-villi usus, sehingga kemampuan mencerna dan menyerap nutrisi menurun. Pada sapi yang kurus atau penurunan bobot dalam waktu yang lama mengindikasikan penyakit berlangsung kronis. Namun penyakit juga dapat berlangsung akut dengan kematian tanpa disertai gejala diare. Misalnya karena enterotoksemia akibat toksin alfa dan beta oleh Clostridium perfringens di beberapa daerah di Indonesia.
  • Pemeriksaan mulut. Pemeriksaan ulserasi atau adanya luka pada mulut dan hipersalivasi penting karena beberapa virus penyebab enteritis juga dapat menyebabkan luka pada mulut.
  • Pemeriksaan palpasi (meraba), auskultasi (mendengarkan), perkusi (menepuk) daerah perut. Palpasi dapat membantu mengidentifikasi nyeri yang dirasakan sapi. Auskultasi dan perkusi pada dinding perut kiri dan kanan membantu mengidentifikasi rongga perut yang berisi cairan atau udara berlebihan.
  • Pemeriksaan karakteristik diare. Feses harus dievaluasi dari warna, bau, volume, hingga adanya darah atau lendir. Pada sapi yang mengalami enteritis dapat terlihat feses

Selain karena infeksi penyakit, enteritis dapat juga disebabkan oleh faktor noninfeksius. Misalnya pemberian susu pengganti pada pedet yang tidak tepat maupun pemberian pakan sapi yang tidak sesuai atau adanya perubahan pakan yang mendadak. Meskipun tidak terlalu membahayakan, diare non-infeksius dapat menurunkan kondisi tubuh sehingga ternak rentan terkena penyakit.

Penanganan yang dapat dilakukan pada ternak jika ternak menunjukkan gejala tersebut antara lain:

  1. Pisahkan sapi sakit dari sapi sehat agar tidak menjadi sumber penularan.
  2. Segera menghubungi tim tenaga medis untuk pemeriksaan lebih lanjut serta pemeriksaan laboratorium jika diperlukan. Arahan diagnosa berpengaruh terhadap penanganan yang akan dilakukan.
  • Jika disebabkan oleh bakteri seperti E. coli, Salmonella, Clostridium dapat diberikan antibiotik G-Mox 15% LA Inj, Medoxy-LA. Apabila karena infeksi virus, maka tidak dapat dilakukan pengobatan causatif (untuk penyebab) namun antibiotika spektrum luas dapat diberikan untuk mengatasi infeksisekunder (infeksi yang mengikuti). Pada infeksi parasit Eimeria dapat diberikan Toltradex dan infeksi cacing dapat diberikan obat cacing seperti Wormectin Plus atau Wormzol-B.
  • Pemberian analgesik, antipiretik, antiinflamasi Medipiron Inj untuk mengatasi nyeri, demam dan radang juga dapat diberikan.
  • Pemberian multivitamin untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi tubuh, misalnya dengan ADE-Plex Inj atau Injeksi Vitamin B Kompleks. Vitamin B kompleks yang diberikan dapat meningkatkan nafsu makan, mengoptimalkan pencernaan dan metabolisme tubuh ternak.
  • Penanganan dehidrasi dapat diberikan air minum atau larutan elektrolit melalui mulut pada awal terjadinya diare. Bila dehidrasi berlanjut pemberian infus cairan elektrolit melalui intravena sangat dianjurkan.
  • Memperbaiki manajemen pemeliharaan dengan melakukan pembersihan (sanitasi) kandang dan desinfeksi setiap hari terutama saat terjadi penyakit.
Penanganan Kasus Enteritis pada Sapi
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin