Produksi telur yang tinggi menjadi target utama bagi peternak ayam petelur. Hal ini akan tercermin dari pencapaian henday dan egg mass. Berdasarkan data dari ISA Brown Manual Guide (2020) dapat kita ketahui bahwa target puncak produksi adalah 96%, dengan egg hen housed 420 butir dan egg mass hen housed mencapai 26,4 kg.
Tidak hanya henday, peternak juga perlu memperhatikan kualitas kerabangnya. Setinggi apapun produksi telur, namun jika kualitas kerabang tidak optimal maka peternak akan kesulitan untuk memasarkan telurnya. Kerabang yang berkualitas, yaitu tebal (tidak retak) dan memiliki warna coklat yang baik.
Satuan Kualitas Warna Kerabang Telur
Warna kerabang telur yang disukai masyarakat Indonesia adalah coklat mengkilat. Semakin coklat, telur akan diasumsikan berkualitas bagus. Selama ini penentuan warna kerabang hanya menggunakan persepsi atau visualisasi dari konsumen.
Egg Shell Color Fan atau Kipas Warna Kerabang Telur menjadi salah satu alat bantu untuk menentukan level warna kerabang telur. Semakin tinggi nilainya, maka telur semakin berkualitas bagus.
Hendrix Genetics yang merupakan perusahaan pembibitan ayam petelur ISA Brown menggunakan reflektometer untuk mengukur warna kerabang telur. Reflektometer ini bekerja dengan mengambil persentase warna dari hitam (0%) dan putih (100%). Untuk warna kerabang yang baik memiliki nilai 25-40%.
Saat ini sudah digunakan Lab, satuan kualitas warna kerabang telur. Pengukurannya menggunakan chromameter yang metodenya lebih detail mendeteksi warna kerabang telur. Alat ini juga digunakan secara umum untuk pengukuran warna, mulai dari warna daging maupun warna sayuran. Rentang nilai Lab berbeda dengan refrektometer, semakin rendah nilai Lab maka warna kerabang telur semakin coklat tua. ISA Brown menstandarkan kualitas warna kerabang telur yang baik adalah 17.0 Lab.
Kualitas Ayam Petelur
Kondisi ayam yang perlu diperhatikan terkait dengan kualitas kerabang telur adalah :
- Kualitas kerangka tulang. Ini bisa dilihat dari besar dan panjang tulang kaki dan lebar tulang selangka (os pubis). Panjang dan besar tulang kaki (shank) dan lebar tulang selangka menggambarkan adanya deposit kalsium yang banyak. Ayam dengan tulang kaki dan tulang selangka kecil cenderung akan menghasilkan telur dengan ukuran dan warna yang pucat.
- Ukuran tembolok dan gizzard (ampela). Tembolok dan gizzard merupakan 2 organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan (depo) ransum. Ukuran yang optimal (besar), akan menyebabkan depo makanan untuk memenuhi kebutuhan ayam menjadi lebih banyak. Hal ini menjadi penting, mengingat proses pembentukan kerabang terjadi lebih lama saat di malam hari, dimana sudah tidak ada aktivitas makan lagi. Padahal saat itulah kalsium sebagai komponen utama penyusun utama kerabang diperlukan dalam jumlah yang cukup.
Berikan Ransum Pre Layer
Ransum Pre Layer dikembangkan secara khusus untuk membantu adaptasi ayam fase grower yang sebentar lagi akan memasuki masa produksi. Perbedaan kadar kalsium yang sangat tinggi, yang mencapai 400% antara ransum grower dan layer seringkali menjadi kendala bagi ayam untuk meningkatkan feed intake-nya. Hal ini akan terlihat saat awal sampai puncak produksi, feed intake sulit tercapai. Salah satu hal penyebab hal ini adalah peningkatan kadar kalsium yang sangat signifikan. Terlebih lagi bentuk sediaan kalsium ini juga berbeda antara ransum grower dan layer. Pada pakan grower sediaan kalsium disuplai dalam bentuk mash atau butiran kecil (diamater 1-2 mm). Sedangkan untuk pakan layer diberikan dalam bentuk butiran besar berdiameter 3-5 mm.
Pemberian ransum pre layer ini juga berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan tulang meduler (medullary bone). Tulang meduler ini berfungsi mensuplai kalsium untuk pembentukan kerabang telur. Perkembangan tulang meduler yang tidak optimal, akan mengakibatkan kualitas kerabang telur tidak baik, mulai dari mudah retak sampai warna yang pucat.
Pemberian ransum pre layer ini hendaknya dilakukan 2 pekan sebelum ayam mulai bertelur. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian ransum khusus pre layer maupun pencampuran antara ransum grower dan layer yang dilakukan secara bertahap. Rata-rata peternak terlambat melakukan pergantian ransumnya. Biasanya saat ayam sudah bertelur baru ransum diganti. Akibatnya ayam tidak mendapatkan suplai kalsium yang sesuai dengan kebutuhan. Kelumpuhan ayam petelur saat awal masa produksi menjadi salah satu akibat dari keterlambatan suplai kalsium ini, terlebih lagi jika selama masa pullet ada keterlambatan pertumbuhan.
Kalsium selain berfungsi untuk membentuk tulang dan kerabang telur juga berfungsi untuk kontraksi otot. Rendahnya kadar kalsium dalam darah akan menyebabkan ayam lemah. Kondisi ini akan semakin parah jika produksi telur tinggi dan target feed intake tidak tercapai.
Ukuran Partikel Kalsium
Selain kadar dalam ransum yang harus sesuai dengan kebutuhan ayam petelur, ukuran partikel bahan ransum sumber kalsium juga harus diperhatikan. Hal ini terkait dengan lama waktu proses pembentukan kerabang telur yang mencapai 18-20 jam. Ukuran partikel bahan baku sumber kalsium, seperti limestone (tepung atau grit batu), kerang maupun tulang harus diperhatikan. Hal ini terkait dengan masa retensi atau masa bertahan lama di saluran pencernaan (tembolok, gizzard dan usus).
Proses pembentukan kerabang telur yang lama membutuhkan suplai kalsium yang mampu bertahan lama. Tabel 1 menunjukkan data bahwa sediaan kalsium berbentuk mash atau serbuk akan lebih cepat dikeluarkan dari saluran pencernaan. Hal ini akan berakibat kurangnya suplai kalsium untuk pembentukan kerabang. Dan bisa jadi kalsium akan banyak dibuang bersama feses. Sedangkan sumber kalsium berbentuk grit atau butiran akan mampu bertahan lama di dalam gizzard (ampela) sehingga dapat dikeluarkan secara perlahan-lahan saat malam hari untuk pembentukan kerabang telur.
Lalu, apakah sumber kalsium diberikan dalam bentuk butiran semuanya? Tidak, sumber kalsium berbentuk mash (serbuk) juga diperlukan untuk pembentukan kembali tulang medular yang diambil kalsiumnya saat pembentukan kerabang telur di malam hari. Oleh karena itu, sumber kalsium ini sebaiknya diberikan dalam kombinasi dua sediaan, yaitu serbuk dan butiran. Tabel 2 menunjukkan data bahwa kombinasi sediaan grit atau butiran sebanyak 60% menghasilkan kualitas kerabang telur yang terbaik. Rekomendasi pemberian bahan baku sumber kalsium diberikan dalam 2 sediaan, yaitu 30-40% berbentuk serbuk sedangkan 60-70% disediakan dalam bentuk butiran (grit).
Aplikasi mid night feeding atau pemberian ransum pada tengah malam juga bisa meningkatkan kualitas kerabang telur. Midnight feeding ini bisa dilakukan selama 1–2 jam, mulai pukul 01.00.
Manajemen Pemberian Pakan
Pemberian pakan hendaknya dilakukan 2 x sehari, yaitu pagi dan siang hari dengan perbandingan pakan 30-40% untuk pemberian pagi dan 60-70% untuk pemberian siang. Diharapkan saat siang hari, ada waktu kosong tempat ransum agar saat pemberian pakan siang (60-70%) nafsu makan ayam meningkat. Tujuan pemberian siang atau sore hari lebih banyak adalah untuk membantu ketersediaan suplai nutrisi (terutama kalsium) saat malam hari sehingga kualitas kerabang menjadi lebih optimal. Jika perlu, bisa ditambahkan 2-3 gram/ekor/hari sumber kalsium (grit batu dengan ukuran 2-4 mm) saat sore hari (misalnya jam 15.00–16.00)
Homogenitas (Kerataan) Pakan
Sumber kalsium, seperti tepung atau grit batu, tepung tulang biasanya memiliki berat yang lebih besar dibandingkan sumber pakan lainnya. Kondisi ini akan sangat berpengaruh pada homogenitas atau kerataan campuran pakan. Saat di mesin mixer, grit batu akan lebih cepat turun dibandingkan bahan baku lainnya. Oleh karena itu, perlu sekiranya dilakukan optimasi untuk lama waktu yang paling tepat untuk pencampuran. Saat tepung batu ini distribusinya tidak rata, maka kualitas kerabang telur yang dihasilkan akan sangat bervariatif.
Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan adalah suhu udara, kadar CO₂ dan O₂. Saat suhu panas, maka ayam akan cenderung menurunkan nafsu makan sehingga asupan nutrisi tidak tercapai. Ini akan menyebabkan penurunan produksi telur (HD turun) dan penurunan kualitas kerabang.
Selain suhu, yang perlu diperhatikan adalah kadar CO₂ dan O₂. Kedua komponen ini
harus seimbang didalam darah. Kadar CO₂ sangat diperlukan untuk pembentukan kerabang telur yang notabene kandungan utamanya kalsium karbonat. Kalsium berasal dari pakan, karbonat berasal dari kandungan CO₂ dalam darah. Saat ayam panting akan menyebabkan kadar CO₂ hilang dalam darah. Sedangkan kadar O₂ akan membantu hemogoblin berfungsi optimal dalam membawa nutrien-nutrien pakan.
Meskipun di kandang closed house, yang perlu diperhatikan adalah wind speed atau kecepatan angin. Kecepatan angin yang terlalu cepat akan menyebabkan ayam kehilangan O₂. Akibatnya kadang kala ayam panting, sehingga ini akan berpengaruh terhadap kualitas telur. Perlu dicek kecepatan angin dimasing-masing bagian kandang, mulai dari depan, tengah dan belakang. Kemudian nantinya juga dapat kita bandingkan dengan kualitas kerabang telurnya. Apakah kerabang yang putih itu banyak ditemukan di kandang depan, tengah atau belakang.
Produksi telur yang tinggi harus dibarengi dengan kualitas kerabang telur yang optimal, baik dari warna maupun kekuatan kerabang telur. Salam.