Melalui perbaikan genetik yang terus-menerus, ayam petelur saat ini memiliki potensi genetik yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah telur yang banyak (hen day tinggi), persistensi produksi telur yang baik (produksi sampai umur 90 minggu) dan pemanfaatan ransum yang efisien. Untuk memunculkan potensi genetik tersebut, salah satunya didukung dengan terpenuhinya kebutuhan nutrisi tubuh ayam.
Kebutuhan nutrisi ayam petelur dipenuhi dari konsumsi ransum yang optimal dan kualitas ransum yang baik. Disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan, ayam petelur mengonsumsi ransum untuk tujuan produksi telur. Konsumsi ransum yang optimal akan berdampak pada produktivitas yang optimal pula. Akan tetapi, kasus penurunan konsumsi ransum masih sering terjadi dan berakibat pada rendahnya produksi telur yang dihasilkan.
Penyebab Rendahnya Konsumsi Ransum
Berbagai faktor dapat menyebabkan rendahnya konsumsi ransum ayam petelur, diantaranya :
1. Kualitas pullet
Ayam akan mengonsumsi ransum sesuai dengan kapasitas daya tampung saluran pencernaannya. Ayam dengan kualitas kurang baik ditandai dengan perkembangan tembolok dan gizzard yang tidak optimal. Hal ini sudah dapat diamati sejak periode pullet. Kondisi ini tentu saja menyebabkan rendahnya konsumsi ransum saat ayam memasuki periode produksi.
Saat periode bertelur, terutama dari awal sampai puncak produksi, ayam petelur dituntut mencapai target konsumsi ransum mulai dari 80 g/ekor/hari pada umur 18 minggu menjadi 115 g/ekor/hari pada umur 25-27 minggu (ISA Brown Commercial Product Guide, 2018). Jika kondisi dan kualitas pullet sejak awal sudah kurang baik, maka target tersebut akan sulit tercapai dan konsumsi ransum akan rendah di bawah standar.
2. Kualitas ransum
Hal ini dilihat dari kondisi fisik dan kandungan nutrisinya. Pada dasarnya ayam menyukai ransum yang segar, warnanya menarik, tidak apek, tidak berkutu maupun berjamur. Adanya perubahan pada kondisi fisik ransum akan menurunkan konsumsi sebab palatabilitas (tingkat kesukaan) ransum dan nafsu makan ayam akan menurun.
Disamping itu, kandungan nutrisi ransum pun dapat berpengaruh pada konsumsi ransum ayam. Ransum dengan kandungan energi dan serat kasar tinggi bersifat bulky atau menempati banyak ruang di saluran pencernaan sehingga memberikan rasa kenyang lebih cepat dan ayam akan mengurangi konsumsi ransumnya.
3. Manajemen pemberian ransum
Pemberian ransum dalam jumlah yang sesuai belum tentu menjamin konsumsi ransum akan optimal jika manajemen pemberiannya tidak tepat. Sebagai contoh, waktu pemberian ransum yang tidak konsisten dapat menurunkan konsumsi sebab ayam memiliki kebiasaan dan jam biologisnya tersendiri.
Kondisi tempat ransum dan tempat minum yang kotor pun dapat berpengaruh, sebab palatabilitas dan nafsu makan ayam akan turun. Disamping itu, pergantian jenis ransum secara mendadak akan membuat ayam stres dan mengurangi konsumsi ransumnya.
4. Stres
Konsumsi ransum akan menurun saat ayam mengalami stres, baik karena stres lingkungan maupun stres perlakuan. Saat stres, respon ayam adalah fokus meningkatkan laju metabolisme cadangan energi tubuh. Akibatnya laju pergerakan dan penyerapan usus akan melambat dan konsumsi ransum akan turun.
Terlebih saat ayam mengalami heat stress atau stres panas. Suhu lingkungan kandang yang tinggi menyebabkan ayam panting (megap-megap) untuk menstabilkan panas tubuhnya. Ayam akan mengurangi konsumsi ransum untuk mencegah tambahan panas dari hasil metabolisme nutrisi ransum dan akan meningkatkan konsumsi air minumnya.
5. Faktor infeksius (penyakit)
Bibit penyakit memang sulit diamati secara langsung, namun seringkali menunjukkan dirinya dalam bentuk gejala pada ayam, salah satunya penurunan konsumsi ransum. Serangan bibit penyakit akan menyebabkan kerusakan sel-sel tubuh ayam, terutama antibodi, sehingga banyak energi dikeluarkan untuk memperbaiki sel-sel tubuh tersebut. Akibatnya ayam akan lemas dan mengurangi aktivitas makan.
Rendahnya konsumsi ransum akan berdampak pada menurunnya konsumsi nutrisi ke dalam tubuh ayam. Akibatnya produksi telur tidak akan optimal, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Produksi telur sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung dalam ransum yaitu protein, asam amino, energi, lemak, serat kasar, serta vitamin dan mineral. Tidak terpenuhinya salah satu dari kebutuhan nutrisi tersebut melalui asupan ransum, maka produksi telur akan terganggu.
Agar Konsumsi Ransum Kembali Normal
Beberapa cara agar konsumsi ransum ayam petelur kembali normal adalah :
1. Perbaiki kualitas ransum
Lakukan kontrol kualitas ransum baik secara fisik maupun kimia. Pastikan fisik ransum yang diberikan dalam keadaan baik, yaitu segar, harum, tidak berkutu maupun berjamur. Untuk menjaga dan meningkatkan kandungan nutrisi di dalam ransum bisa menambahkan Top Mix atau Mix Plus. Bisa juga menambahkan Freetox untuk mengikat racun jamur di dalam ransum. Lakukan pula kontrol kimiawi dengan cara memeriksakan kandungan nutrisi ransum ke laboratorium.
Medion melalui MediLab menyediakan jasa uji kualitas ransum maupun bahan baku secara lengkap, meliputi analisis proksimat, kadar kalsium, fosfor, energi bruto dan kadar racun jamur (aflatoksin). Pastikan kandungan nutrisi sesuai standar dan memenuhi kebutuhan ayam petelur.
2. Perbaiki manajemen pemberian ransum
Jika terjadi pergantian jenis ransum, lakukanlah secara bertahap. Lakukan empty feeder technique dengan cara memberikan jatah ransum harian 40% di pagi hari dan 60% di sore hari. Biarkan tempat ransum kosong selama 1-2,5 jam di siang hari. Bantu jaga kesegaran ransum dengan cara sering membolak-balik ransum dan rutin membersihkan palung ransum minimal satu kali sehari.
Jika konsumsi ransum masih rendah, berikan tambahan jam makan malam (midnight feeding) dengan cara menyalakan lampu selama 1 jam saat tengah malam, bisa pukul 00.00-01.00 atau 01.00–02.00, supaya ayam menghabiskan jatah ransum hariannya. Midnight feeding mampu meningkatkan konsumsi ransum ayam sebanyak 2-5 gram per ekornya. Lakukan juga pemantauan rutin kenaikan konsumsi ransum dari awal masa produksi telur (18 minggu) sampai puncak produksi tercapai.
3. Minimalkan faktor stres
Ciptakan suasana nyaman di dalam kandang dan minimalkan faktor-faktor penyebab stres pada ayam seperti cuaca panas atau suara gaduh. Beri tambahan kipas untuk melancarkan sirkulasi udara di dalam kandang. Bantu ayam menghadapi stres dengan memberikan Vita Stress yang mengandung vitamin dan elektrolit lengkap untuk mencegah stres, menambah nafsu makan dan menjaga proses metabolisme tubuh ayam tetap optimal. Dapat pula menggunakan produk herbal, misalnya Kumavit.
4. Tangani penyakit infeksius
Untuk mengatasi konsumsi ransum yang rendah karena faktor infeksius, tangani penyakitnya terlebih dahulu. Setelah itu, lakukan upaya pencegahan penyakit dengan menerapkan program vaksinasi sesuai jadwal dan penerapan biosekuriti. Ayam petelur yang telah memasuki masa produksi, sebaiknya dilakukan monitoring titer antibodi terhadap ND, AI dan IB secara rutin idealnya satu bulan sekali. Disamping itu, lakukan pula terapi suportifdengan memberikan herbal seperti Imustim yang bekerja sebagai imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh unggas.
Kenali penyebab rendahnya konsumsi ransum pada ayam petelur. Jika terjadi penurunan konsumsi, segera lakukan tindakan perbaikan sesuai faktor penyebabnya. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan. Salam