Bapak Dani
Cirebon – Jawa Barat
Apakah pemberian obat herbal lebih bagus daripada obat kimia untuk mengobati ayam?
Jawab:
Ramuan herbal yang sebagian besar berasal dari ekstrak tanaman, selama ini diketahui memiliki berbagai nutrisi dan senyawa kimia (zat bioaktif) yang berkhasiat dan mampu berfungsi sebagai suplemen, antibakteri, antiparasit, maupun antiprotozoa. Penggunaan bahan herbal pun semakin luas.
Di dunia perunggasan sendiri, beberapa peternak mulai memanfaatkan ramuan herbal untuk mengurangi obat kimia yang berlebihan pada ayam karena dikhawatirkan akan mengakibatkan resistensi apabila pemberian tidak sesuai aturan dan menimbulkan residu pada produk daging atau telur yang dihasilkan. Sehingga berbahaya jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu lama.
Perbedaan obat herbal dengan kimia terletak pada tingkat resiko resistensi dan juga withdrawal time-nya. Untuk penggunaan obat kimia sudah umum digunakan di masyarakat. Penggunaan yang umum ini belum disertai kontrol yang ketat dari pemerintah, sehingga dapat dijumpai peternak yang menggunakan obat tidak sesuai aturan pakainya (misal : dosis dinaikkan 2x lipat, lama pemberian), akibatnya kemungkinan resistensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan obat herbal yang memiliki range dosis yang lebar. Demikian juga dengan adanya withdrawal time pada obat kimia.
Obat herbal dapat dikatakan baik dan aman jika seluruh proses produksi, mulai dari penanaman tanaman obat, perawatan, panen, pengeringan, ekstraksi, penyimpanan, pembuatan obat hingga distribusinya tidak boleh dilakukan asal-asalan. Bahan baku obat herbal harus bebas dari logam berat, jamur, ataupun pestisida. Proses produksinya pun harus dilakukan secara terstandar. Jika obat herbal maupun obat kimia diproduksi sesuai persyaratan atau standar yang benar seperti pada standar Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik/CPOHB atau peraturan Kementerian Pertanian, maka kedua produk obat tersebut (herbal dan kimia) sama-sama layak dan memberikan hasil yang optimal saat diberikan pada ayam.
Menurut Kementerian Pertanian (keputusan Menteri Pertanian Nomor 453 Tahun 2000 tentang obat alami untuk hewan), peraturan dan standar pembuatan, penyediaan, dan peredaran produk herbal untuk hewan di Indonesia sama dengan produk sintetik, di antaranya yaitu:
-
Produk herbal yang diperuntukkan bagi hewan (termasuk unggas) harus aman bagi hewan, manusia, dan lingkungan. Salah satu yang menjadi perhatian ialah faktor kontaminasi tanaman herbal oleh logam berat dan insektisida.
-
Produk herbal harus memiliki khasiat/ efikasi sesuai tujuan pengobatan (untuk pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, atau pemacu pertumbuhan) dan berkualitas dengan standar mutu yang sesuai (lolos uji di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan/BBPMSOH). Meski herbal telah diketahui mengandung bahan antioksidan, antibiotik, dan pemacu sistem kekebalan yang alami, penelitian yang mendalam harus terus dilakukan.
-
Ada pembatasan jumlah jenis bahan herbal/tanaman yang boleh digunakan dalam satu produk. Misalnya, dalam satu produk paling banyak terkandung 10 jenis tanaman. Hal ini dikarenakan proses pengujian yang sulit, lama, dan tidak murah.
-
Perlu ditelaah pula kemungkinan terjadinya “drug interaction” dari setiap jenis tanaman herbal jika di dalamnya terkandung lebih dari satu jenis herbal. Apakah sinergis, adisi, atau antagonis.
-
Perlu standarisasi ukuran/dosis yang digunakan. Misalnya, ukuran “segenggam” harus distandarkan dengan disebutkan satuan-satuannya, misal (berat = gram, volume = ml).
-
Perlu standarisasi dosis untuk berapa takaran/jumlah, waktu, dan frekuensi penggunaannya dalam sehari. Herbal yang digunakan untuk pengobatan penyakit tertentu bisa berefek negatif bila penggunaannya tidak tepat dosis.
Untuk memastikan produk obat herbal terjamin, maka dapat dilakukan pengecekan sebagai berikut:
-
Teliti terlebih dahulu kandungan zat aktif didalamnya, pastikan sesuai dengan tujuan pengobatan.
-
Perhatikan aturan pakai yang disarankan
-
Perhatikan efek samping dan interaksi dari produk tersebut.
-
Cek tanggal kadaluarsa.
-
Apabila masih ada yang kurang dimengerti, konsultasikan pada teknisi lapangan yang bersangkutan atau dokter hewan.
Obat herbal sudah digunakan sejak ratusan tahun lalu dan menunjukkan khasiatnya untuk ayam, obat herbal dapat digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan mempercepat pemulihan penyakit. Obat herbal terstandar menjadi alternatif dari bahan kimia dimana kualitasnya terjamin, efektifitasnya dibuktikan melalui penelitian dan tentunya aman.
Terkait penggunaan produk herbal, tidak ada larangan untuk penggunaannya, namun sebaiknya pilih produk herbal yang sudah terstandarisasi. Beberapa perusahaan obat hewan, termasuk Medion, kini telah mengembangkan beberapa produk herbal yang aman dan sudah terstandarisasi, baik kualitas bahan baku maupun produk jadinya. Contohnya Ammotrol yang berfungsi mengikat gas amonia dalam kandang, dan Kumavit yang berperan sebagai suplemen multivitamin herbal yang mampu meningkatkan produktivitas ternak. Selain itu, ada pula Imustim untuk meningkatkan sistem imun, nafsu makan, dan membantu dalam pemulihan kesehatan ternak. Heprofit untuk melindungi sel hati dari kerusakan dan mengoptimalkan performa unggas serta Respitoran untuk membantu mengatasi gangguan pernapasan saat infeksi bakterial dan viral serta membantu mengatasi gangguan pernapasan akibat reaksi post vaksinasi vaksin aktif.