Newcstle disease (ND) merupakan salah satu penyakit viral yang sering menginfeksi unggas terutama ayam. Penyakit yang disebabkan oleh virus Paramixovirus-1 (APMV-1) ini menyebabkan gangguan pernapasan, gastrointestinal, saraf, dan sistem reproduksi hingga mengakibatkan kematian 100% pada ayam yang belum divaksin. Dampak yang meresahkan peternak selain kematian tinggi yaitu penurunan produksi telur dan daya tetas, serta adanya gangguan pertumbuhan. Penyakit ND merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia, sehingga kasus penyakit ini sering kali ditemui oleh peternak. Hal ini dapat diamati dari data yang dikumpulkan tim lapangan Medion, dapat dilihat bahwa penyakit ND masih menempati peringkat pertama penyakit viral yang sering muncul pada ayam layer dan peringkat ketiga pada ayam broiler. Kasus ND di tahun 2022 pada ayam layer meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Salah satu hal yang mempengaruhi yaitu terjadinya perubahan cuaca yang ekstrem sehingga ayam mudah sakit.

Karakteristik APMV-1

Virus dengan ukuran 150 – 250 milimikron ini merupakan virus beramplop dengan materi genetik ss-RNA. Virus ND peka terhadap panas, mati pada suhu 50°, tetapi pada suhu 37° dapat bertahan selama 1 minggu, pada suhu 22-28° dapat bertahan selama 2 bulan, dan berbulan-bulan pada karkas beku. Selain itu, APMV-1 inaktif oleh ph ≤ 2 dan peka terhadap disinfektan dari berbagai golongan seperti Oxidating Agent (Antisep dan Neo Antisep), Ammonium Quartener (QUAT) (Medisep dan Zaldes) maupun aldehyde (Sporades dan Formades).

Virus ND memiliki beberapa protein penting yaitu protein Matrix (M), Hemaglutinin-Neuroaminidase (HN), protein Fusi (F), Nukleocapsid (N), Phosphoprotein (P), dan Large Polimerase (L).

Dua protein penting pada virus ND yaitu HN dan F. Protein H merupakan protein permukaan virus yang berfungsi untuk melekat dan mengikat reseptor sel inang. Bagian N merupakan enzim yang meyebabkan terjadinya pelepasan virus dari sel inang. Sedangkan protein F menyebabkan terjadinya penyatuan (fusi) antara amplop virus dengan membran sel inang sehingga genetik virus dapat ditransferkan ke dalam sel inang.

Klasifikasi Virus ND

Berdasarkan patotipenya (tingkat keganasannya), virus ND dikelompokkan sebagai berikut:

a). Velogenik : tingkat keganasan tinggi

b). Mesogenik : tingkat keganasan sedang

c). Lentogenik : tingkat keganasan ringan

d). Apathogenic enterotropic : virus ND yang tidak ganas.

Sedangkan berdasarkan genotipenya (susunan asam amino), virus ND dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu Kelas I dan Kelas II. Tipe ND kelas I dominan menyerang pada unggas air dengan virulensi rendah, sedangkan tipe ND Kelas II menyerang pada unggas darat (unggas komersil, kalkun, dll) dengan virulensi rendah-ganas (mayoritas virulensi ganas). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dimitrov, et al. (2019), saat ini tipe ND kelas II dibedakan menjadi 21 genotipe (Genotipe I – XXI). Tipe ND genotipe VII mendominasi di wilayah Asia Tenggara (Pandarangga, et al., 2020).

Tim Medion juga turut aktif mengikuti perkembangan penyebaran dan update virus ND yang beredar di Indonesia. Berdasarkan temuan Tim Medion hingga saat ini, dominasi virus ND yang beredar adalah ND GVIIi dan GVIIh dengan persebaran di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Faktor Predisposisi Penyakit ND

Penyebab masih munculnya penyakit ND di Indonesia dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yaitu:

a. Faktor internal ayam

Ayam modern saat ini memiliki banyak keunggulan akibat adanya seleksi genetik seperti daya hidup yang lebih lama, persistensi telur lebih panjang (layer) peningkatan berat badan lebih cepat, dan FCR lebih rendah (broiler). Tetapi juga memiliki kelemahan seperti lebih peka terhadap lingkungan dan lebih mudah sakit. Oleh karena itu, apabila manajemen dan kondisi lingkungan kurang nyaman bagi ayam, ayam akan lebih mudah stres. Daya tahan tubuh ayam juga lebih lemah, sehingga ayam mudah sakit bila didukung dengan jumlah agen penyakit yang juga meningkat.

b. Faktor lingkungan

Kondisi cuaca saat ini kurang menentu. Perubahan cuaca dan iklim yang ekstrem sangat mempengaruhi stres dan daya tahan tubuh ayam. Curah hujan cenderung tinggi (terutama di akhir 2022 hingga awal tahun 2023) menyebabkan kelembapan meningkat, menurunkan kualitas air, serta agen penyakit di lingkungan lebih tahan.

c. Faktor manajemen

Beberapa contoh manajemen yang perlu diperhatikan karena dapat menjadi pemicu secara langsung maupun tidak langsung munculnya penyakit ND yaitu sanitasi kandang, pengaturan pengeluaran feses (kontaminasi virus ND), dan pengaturan sirkulasi udara di dalam kandang.

d. Faktor kesesuaian vaksin dengan virus yang beredar di lapangan dan penyakit imunosupresi

Pemilihan jenis vaksin yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan vaksinasi dalam menangkal serangan virus. Oleh karena itu, penggunaan vaksin homolog sangat diperlukan. Selain itu adanya penyakit imunosupresan seperti Mikotoksikosis, CRD dan Koksidiosis juga mempengaruhi terhadap melemahnya daya tahan tubuh ayam. Akibatnya, pembentukan titer antibodi pun tidak akan optimal bila ada faktor imunosupresi.

Gejala Klinis dan Patologi Anatomi ND

Gejala klinis penyakit ND masih relatif sama seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu munculnya gangguan di saluran pernapasan, seperti gasping atau terdengar suara ngorok, ayam lemas, nafsu makan turun, bulu kusam, diare berwarna hijau lumut bercampur putih serta masih ditemukan ayam yang mengalami tortikolis.

Secara kuantitas, produksi telur mengalami penurunan bervariasi mulai dari 7 sampai 60%, dari segi kualitas telur dari ayam yang terinfeksi ND biasanya berwarna pucat disertai ukuran telur yang kecil atau berbentuk seperti mangga (mango shape) pada ayam petelur. Sedangkan untuk angka kematian akibat infeksi ND variatif mulai dari 5-100% tergantung jenis ND yang menyerang.

Patologi anatomi yang terlihat ketika dilakukan bedah pada ayam dengan gejala klinis mengarah ke ND antara lain yaitu adanya peradangan pada saluran pernapasan, seperti laryng dan trachea. Pada saluran pencernaan ditemukan adanya perubahan yang khas yaitu peradangan pada papila proventrikulus serta adanya enteritis disertai peradangan pada organ limfoid peyer patches dan caeca tonsil. Pada sistem reproduksi ditemukan adanya ovarium yang radang dan bentuknya lembek (membubur).

Gejala klinis dan perubahan patologi anatomi di lapangan bervariatif dan seringkali dikelirukan dengan penyakit lain seperti AI, IB, CRD, AE, Marek, dll. Oleh karena itu peneguhan dengan uji lab diperlukan, contohnya seperti uji serologi HI Test untuk mendeteksi keberadaan antibodi dan membantu mengarahkan diagnosa. Untuk mendeteksi keberadaan virus ND dapat dilakukan dengan menggunakan uji PCR dan sequencing.

Berdasarkan pengamatan Tim Medion, penyakit ND bisa ditemukan secara tunggal ataupun berkombinasi dengan penyakit lain. Selama tahun 2022, penyakit ND murni memang masih mendominasi. Akan tetapi, kompilasi dengan penyakit lain seperti dengan AI, Gumboro, CRD, Colibacillosis, dll juga banyak ditemukan seperti yang tergambar dalam diagram di bawah ini.

Adanya komplikasi dengan penyakit lain, dapat meningkatkan keparahan penyakit ND yang akan mempengaruhi tingkat kesembuhannya.

Pengendalian Penyakit ND

Penyakit ND dapat dicegah dengan mengkombinasikan vaksinasi dan biosecurity. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vaksinasi ND, yaitu tepat pemilihan vaksin, tepat waktu vaksinasi, dan tepat aplikasi vaksinasi. Ketiganya dijabarkan dalam beberapa tindakan di bawah ini:

a. Kualitas fisik vaksin baik

Gunakan vaksin ND yang segelnya masih utuh, vaksin aktif bentuknya tidak berubah, vaksin inaktif tidak membeku dan masih homogen, vaksin belum kadaluarsa, serta etiketnya masih terpasang dengan baik.

b. Gunakan vaksin homolog

Vaksin yang homolog dengan virus lapang yang akan memberikan perlindungan yang lebih baik dan optimal. Kasus ND di Indonesia saat ini didominasi oleh tipe ND GVIIa/i dan GVIIh. Salah satu vaksin ND yang homolog dengan virus ND yang beredar di Indonesia adalah Medivac ND T Emulsion. Vaksin ini mengandung virus Newcastle disease (ND) genotipe II (strain La Sota) dan isolat lapang terkini yang termasuk ke dalam genotipe VII yaitu strain MD54 dan MD65 yang mampu melindungi terhadap ND genotipe GVIIh dan GVIIa/i.

Selain vaksin ND tunggal, Medion juga memproduksi vaksin ND inaktif yang homolog berkombinasi dengan vaksin penyakit lain seperti vaksin Medivac ND G7-AI Subtipe H5N1 & H9N2, Medivac ND G7 Emulsion, Medivac ND G7-EDS Emulsion, Medivac ND G7-EDS-IB Emulsion, Medivac ND G7-IB Emulsion, Medivac ND T-Gumboro L Emulsion, dan Medivac ND T-IBH Emulsion.

Selain itu, vaksin aktif seperti vaksin Medivac ND-IB Spray, Medivac ND Spray, Medivac ND La Sota, Medivac ND Hitchner B1, Medivac ND Clone 45, atau Medivac ND-IB tetap perlu diberikan untuk menggertak pembentukan kekebalan lokal. Kekebalan lokal akan melindungi mukosa tempat masuknya agen penyakit ND. Sehingga dengan kekebalan lokal yang baik, akan meminimalisir masuknya infeksi penyakit ND.

c. Ketepatan penyusunan program vaksinasi

Penyusunan program vaksinasi perlu mempertimbangkan umur serangan penyakit, umur ayam, data monitoring titer antibodi, dan jenis vaksin ND yang digunakan.

Vaksin ND aktif akan menggertak pembentukan antibodi yang lebih cepat dibandingkan vaksin ND inaktif. Yaitu dalam waktu 2-3 minggu post vaksinasi. Sedangkan vaksin ND inaktif perlu waktu 3-4 minggu untuk memberikan kekebalan yang protektif. Meskipun demikian, titer antibodi protektif yang dihasilkan vaksin ND inaktif relatif bertahan lebih lama dibandingkan vaksin ND aktif.

Vaksinasi ND pada ayam broiler dapat diberikan 1 kali dengan vaksinasi hatchery atau vaksinasi di kandang pada umur 4 hari dengan vaksin aktif sekaligus vaksin inaktif. Sedangkan, pada ayam layer vaksinasi ND diberikan 4-5 kali sebelum memasuki periode bertelur. Vaksinasi ND pertama seperti pada ayam broiler. Pengulangan vaksinasi ND di masa produksi jika menggunakan vaksin aktif bisa dilakukan 1-2 bulan sekali, sedangkan jika menggunakan vaksin inaktif bisa dilakukan 2-3 bulan sekali. Jadwal revaksinasi yang tepat bisa juga didasarkan atas hasil monitoring titer antibodi terhadap ND. Medion Laboratorium (MediLab) saat ini telah tersebar di beberapa wilayah distribusi di berbagai daerah, dapat membantu peternak memberikan pelayanan jasa uji laboratorium terutama untuk uji serologi HI Test.

Khusus saat vaksinasi ND pertama di kandang pada umur 4 hari, sebaiknya peternak memberikan vaksinasi ND aktif sekaligus inaktif. Tujuannya adalah agar titer antibodi cepat terbentuk dan bertahan lebih lama. Antibodi yang pertama bekerja berasal dari vaksin aktif, kemudian baru dilanjutkan antibodi dari vaksin inaktif. Jadi, saat titer antibodi vaksin aktif mulai turun (kekebalan hasil vaksinasi aktif cepat terbentuk tapi cepat turun), titer antibodi hasil vaksin inaktif (kekebalan vaksin inaktif lambat terbentuk tapi bertahan lebih lama) masih di atas protektif (melindungi).

d. Perhatikan cara handling/penanganan vaksin ND sejak dibeli hingga diberikan pada ayam.

  • Saat distribusi dan penyimpanan sementara, suhu vaksin ND harus selalu terkondisikan pada suhu 2-8ºC.
  • Sebelum diberikan ke ayam, jangan lupakan proses thawing. Thawing bertujuan menaikkan suhu vaksin yang sebelumnya 2-8ºC mendekati suhu tubuh ayam (±41ºC) atau sampai vaksin tidak terasa dingin lagi, yaitu dengan suhu sekitar 25-27ºC. Setelah di-thawing, sebaiknya vaksin ND tidak dimasukkan lagi ke dalam lemari pendingin/marina cooler karena bisa menurunkan potensi vaksin.
  • Sebelumnya 2-8ºC mendekati suhu tubuh ayam (±41ºC) atau sampai vaksin tidak terasa dingin lagi, yaitu dengan suhu sekitar 25-27ºC. Setelah di-thawing, sebaiknya vaksin ND tidak dimasukkan lagi ke dalam lemari pendingin/marina cooler karena bisa menurunkan potensi vaksin.
  • Vaksin ND aktif harus habis diberikan maksimal 2 jam, sedangkan vaksin ND inaktif harus habis dalam waktu 24 jam.
  • Jika vaksin ND tidak habis dalam jangka waktu tersebut, maka sisanya tidak bisa disimpan untuk kemudian digunakan lagi. Sisa vaksin dan kemasannya harus direndam disinfektan terlebih dahulu, baru kemudian dibuang/dikubur.

e. Pastikan dosis vaksin ND yang diberikan sudah benar.

f. Sebelum divaksin, ayam berada dalam kondisi sehat dan tidak dalam kondisi imunosupresi (contohnya stres atau terserang penyakit CRD, Gumboro, mikotoksin, dll) yang dapat menurunkan keoptimalan pembentukan titer antibodi.

g. Keterampilan vaksinator harus baik agar aplikasi vaksinasi bisa dilakukan dengan benar. Pada ayam petelur masa produksi, revaksinasi ND wajib diberikan, namun sebaiknya tidak hanya berpatokan pada hitungan kalender. Agar penentuan jadwal vaksinasi ulang lebih tepat dan tidak terlambat, sebaiknya lakukan monitoring titer antibodi rutin setiap bulan. Dengan tindakan revaksinasi tepat waktu, maka titer antibodi dalam tubuh ayam pun akan selalu terjaga pada level protektif.

Upaya lainnya yang penting dilakukan untuk mendukung vaksinasi dan keberhasilan pencegahan ND, diantaranya:

Perlakuan manajemen yang baik perlu diperhatikan untuk mengurangi kemungkinan stres dan imunosupresi pada ayam. Upayakan kondisi litter tetap kering dan konsentrasi amonia rendah. Kadar amonia yang tinggi menyebabkan iritasi saluran pernapasan atas yang dapat memicu infeksi penyakit pernapasan.

  • Sesuaikan pula kepadatan dalam kandang untuk meminimalisir stres. Pastikan sirkulasi udara di kandang cukup, sedapat mungkin dilakukan sistem “all in all out” dan penerapan istirahat kandang minimal 2 minggu.
  • Pemberian multivitamin seperti Vita Stress atau Fortevit berperan untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh ayam. Berikan Imustim, imunostimulan herbal yang dapat membantu meningkatkan fungsi sistem kekebalan. Pemberian Imustim sebelum dan sesudah vaksinasi terbukti bekerja dengan mempercepat peningkatan titer antibodi hasil vaksinasi. Imustim diberikan 0,5 – 1 ml per 2 liter air minum 3 hari berturut-turut sebelum dan setelah periode vaksinasi agar hasil vaksinasi lebih optimal.
  • Selain vitamin, premiks juga bisa ditambahkan dalam ransum sehingga proses metabolisme pertahanan tubuh ayam berjalan maksimal.

Selain vaksinasi, biosecurity juga memainkan peranan yang sangat penting. Perlunya memperketat biosecurity bertujuan untuk meminimalkan agen penyakit yang ada di lingkungan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

  • Batasi lalu lintas orang/kendaraan yang keluar masuk kandang. Jika akan masuk kandang, lakukan desinfeksi baik kendaraan maupun personil, terutama jika datang dari kandang peternakan yang terinfeksi. Tidak menutup kemungkinan feses yang tercemar virus ND terbawa melalui roda kendaraan/alas kaki.
  • Melakukan sanitasi kandang dan peralatan (kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot) dengan Neo Antisep atau Medisep, mencegah tamu, hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang. Apabila sedang terjadi outbreak maka penyemprotan dilakukan setiap hari karena penularan virus ND dapat terjadi melalui udara. Lakukan sanitasi air minum dengan memberikan antiseptik seperti Desinsep atau Neo Antisep guna menekan penularan penyakit melalui air minum.
  • Hindari adanya unggas lain di dalam kandang. Keberadaan unggas lain yang berbeda jenis dapat menjadi agen penular munculnya kasus ND.
  • Hindari kontak atau kunjungan ke pasar burung sebelum masuk ke area peternakan. Live bird market (LBM) atau pasar unggas hidup menjadi salah satu tempat berpotensi menjadi sumber penularan penyakit.

Itulah beberapa hal terkait perkembangan ND terkini. Lakukan vaksinasi dengan yang homolog, perketat biosecurity, serta optimalkan daya tahan tubuh ternak dengan pemberian suportif seperti vitamin atau imunomodulator. Semoga bermanfaat.

Newcastle Disease, Penyakit Unggas yang Merugikan
Tagged on:         
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin