Penyakit pada ternak dapat menghambat produktivitas dan menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi jalannya bisnis peternakan. Terdapat berbagai macam penyakit yang dapat menyerang ternak baik itu menular atau tidak menular. Penyakit yang bersifat menular harus mendapat perhatian serius serta dilakukan penanganan secara cepat dan tepat. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai karena sering muncul, menimbulkan kerugian ataupun bersifat zoonosis antara lain penyakit mulut dan kuku (PMK), lumpy skin disease (LSD), bovine ephemeral fever (BEF), antraks, cacingan, myasis, kembung serta asidosis rumen.

Penyakit Mulut dan PMK

PMK disebabkan virus dari genus Aphtovirus. Tingkat penularannya mencapai 90 – 100%. Gejala yang terlihat dari penyakit ini adalah demam, mengeluarkan air liur berlebihan, luka lepuh pada daerah mulut (lidah, gusi, langit-langit mulut) dan kuku. Ternak nampak pincang, berbaring atau ambruk. Selain itu, dapat terjadi juga luka pada puting, penurunan produksi susu hingga kematian pada kasus yang parah.

Jika mencurigai gejala tersebut, penanganan yang perlu dilakukan yaitu:
– Pisahkan ternak sakit di kandang karantina
– Segera lapor ke Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat
– Berikan antiseptik pada luka di mulut (Antisep) dan kuku untuk mempercepat penyembuhan (Antisep atau Oxytic)
– Lakukan foot dip atau celup kaki hewan yang berisi campuran air dan larutan cupri sulfat 5% secara rutin
– Desinfeksi air minum dan kandang berisi ternak menggunakan Desinsep dengan dosis 180 ml/ liter air untuk semprot kandang.
– Penanganan oleh petugas kesehatan hewan dengan pemberian multivitamin atau suplemen energi (Injekvit B Plex atau Bioselvita). Pemberian terapi untuk mengatasi gejala demam, nyeri dan radang (Medipiron Injection). Serta pemberian antibiotik untuk atasi infeksi sekunder (Neo Meditril LA atau Gmox 15% LA Inj).
– Lakukan dekontaminasi dan desinfeksi kandang kosong dan kendaraan dengan Sporades dosis 100-200 ml ke dalam 20 liter air atau Formades dengan dosis 500-1000 ml ke dalam 25 liter air.
– Ternak yang tidak terinfeksi ditempatkan pada lokasi yang kering serta diberi pakan cukup dan bernutrisi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Lumpy Skin Disease (LSD)

LSD disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) dengan tingkat penularan 10-20% namun ada pula hingga 45% serta tingkat kematian di bawah 10%. Tanda klinis yang terlihat adanya benjolan atau nodul kulit yang berbatas jelas berukuran 1-7 cm. Pada kasus berat nodul dapat ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh. Jika nodul tersebut dibiarkan akan menjadi luka dengan kerusakan jaringan. Gejala lainnya dapat terjadi demam hingga 40-41°C, leleran hidung dan mata, serta pembengkakan kelenjar limfe. Dapat pula terjadi penurunan produksi susu dan bobot badan serta keguguran maupun peradangan testis.

Penanganan yang perlu dilakukan antara lain:
– Pisahkan ternak bergejala dari ternak sehat
– Melaporkan ke Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat
– Atasi luka kulit dengan Antisep atau Oxytic
– Desinfeksi kandang, kendaraan dan peralatan dengan Medisep, Zaldes serta menekan vektor penular penyakit yakni lalat, caplak, nyamuk dengan Delatrin
– Penanganan oleh petugas kesehatan hewan dengan pemberian anti radang, anti nyeri, dan penurun demam dengan Medipiron Injection. Pemberian vitamin Injekvit B Plex atau ADE Plex Inj. Serta untuk mengatasi infeksi sekunder dengan antibiotik Lincomed LA atau G-Mox 15% LA Inj

Bovine Ephemeral Fever (BEF)

BEF disebabkan oleh virus Rhabdovirus yang ditularkan melalui artropoda seperti nyamuk Cullicoides spp, Culex annulirostris, Anopheline dan Culicine. Angka penularannya cukup tinggi hingga 80%, namun angka kematian tergolong rendah 1–2%. Gejala yang banyak ditemui yaitu demam 41–42°C serta adanya cairan atau leleran pada hidung dan mata, tremor atau gemetar pada kaki dan melanjut jadi kaku hingga pincang dan ambruk.

Tindakan yang dapat dilakukan jika mencurigai ada sapi yang terserang BEF yaitu:

  1. – Pisahkan ternak bergejala dari ternak sehat
  2. – Penanganan oleh petugas kesehatan hewan dengan pemberian anti radang, anti nyeri dan penurun demam dengan Medipiron Injection. Pemberian vitamin untuk meningkatkan nafsu makan, mengatasi kelemahan, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi gangguan syaraf dengan Injekvit B Plex atau ADE Plex Inj. Pemberian senyawa ATP juga dapat membantu sebagai suplai energi untuk mengatasi kondisi lemah dengan Bioselvita. Untuk mengatasi infeksi sekunder dengan antibiotik Lincomed LA atau G-Mox 15% LA Inj
  3. – Menekan vektor penular penyakit yakni lalat, caplak, nyamuk dengan Delatrin
Antraks

Antraks disebabkan bakteri Bacillus anthracis yang dapat membentuk spora dan mampu bertahan lama di tanah sampai 50 tahun. Antraks adalah penyakit yang menular dan dapat menyebabkan kematian mendadak pada ternak. Perlu diwaspadai penyakit ini juga dapat menular ke manusia atau bersifat zoonosis. Penularan pada ternak terjadi dengan menghirup atau memakan spora bakteri, luka terbuka yang kontak dengan spora bakteri atau melalui vektor penghisap darah (nyamuk, lalat, caplak). Ternak yang terinfeksi akan menujukkan gejala demam, gemetar, kejang, kesulitan bernapas, kebengkakan pada leher, dada dan perut serta keluar darah dari mulut, hidung, anus dan vulva. Dapat pula terjadi kematian mendadak pada ternak.

Penanganan yang perlu dilakukan pada ternak sakit adalah:

  • Isolasi ternak sakit dan jangan dipotong
  • Lapor ke Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan atau petugas kesehatan hewan untuk tindakan pengobatan, seperti pemberian antibiotik (GMox 15% LA Inj, Vet Strep), pemberian penurun demam, anti radang, anti nyeri (Medipiron Injeksi), pemberian vitamin (Injekvit B Plex, ADE Plex Inj)
  • Desinfeksi kandang dan peralatan dengan Sporades, Formades
  • Ternak mati dibakar/ dikubur kedalaman minimal 2 meter. Desinfeksi area penguburan dengan Sporades, Formades
  • Penularan antraks ke manusia dapat dicegah dengan tidak memotong dan memakan ternak atau bangkai yang terinfeksi antraks.
Cacingan

Penyakit ini disebabkan karena adanya infestasi cacing pada saluran percernaan, pernapasan, hati, maupun pada bagian tubuh lainnya. Penularan dapat terjadi melalui rumput yang tercemar larva infektif cacing, cemaran feses yang mengandung telur cacing, maupun melalui inang antara seperti siput pada penularan cacing trematoda. Gejala klinis yang muncul jika ternak terkena cacingan, secara umum dapat terlihat penurunan nafsu makan, pada kasus kronis terjadi gangguan pencernaan berupa konstipasi dengan tinja kering, pada kasus yang berat dapat terjadi diare, ternak lemas, anemia, pertumbuhan terhambat dan produktivitas menurun. Pada kasus yang disebabkan Bunostomum spp. dapat muncul timbunan cairan di kulit terutama sekitar rahang.

Jika ternak terlanjur sakit, penanganan yang dapat dilakukan adalah:

  • Pemberian obat cacing Wormzol B, Wormzol Suspensi, Nemasol K atau Wormectin Plus B dan diulang setiap 3-4 bulan. Pemberian multivitamin Vita B Plex Bolus Extra Flavor untuk membantu pemulihan.
  • Sapi yang digembalakan di padang rumput sangat rentan terkena cacingan. Hindari penggembalaan yang terlalu pagi karena larva atau telur cacing biasanya dominan berada di pucuk rumput yang masih basah.
  • Sanitasi kandang dan peralatan dengan membersihkan area kandang & peralatan serta mencuci dan mendesinfeksi secara rutin serta pemberantasan inang perantara yaitu siput.
Myasis atau Belatungan

Myasis adalah adanya infestasi larva lalat pada jaringan tubuh ternak. Penyakit ini diawali adanya luka terbuka yang dibiarkan tanpa penanganan. Bau darah segar akan menarik kedatangan lalat Chrysomia bezziana (lalat hijau) dan bertelur di luka tersebut dan menetas menjadi larva. Ternak yang terserang myasis akan merasa tidak nyaman karena adanya belatung di dalam luka, lalu nafsu makan turun, dan terkadang demam. Dampaknya ternak akan mengalami penurunan bobot badan dan produksi susu, kerusakan jaringan, serta anemia.

Penanganan yang perlu segera dilakukan:

  • Bersihkan luka dari kotoran yang menempel dengan air bersih.
  • Pemberian obat myasis dengan Dicodine di daerah luka yang sudah dibersihkan. Pengulangannya dapat dilakukan setiap 3-7 hari sekali hingga luka sembuh. Pada luka terbuka segera tangani dengan Dicodine atau Oxytic supaya kesembuhannya lebih cepat dan terhindar dari myasis atau infeksi sekunder.
  • Bersihkan lingkungan kandang dengan desinfektan Medisep dan kendalikan keberadaan lalat di kandang dengan Delatrin.
Kembung

Kembung dapat terjaid akibat adanya gangguan pencernaan yang disertai penimbunan gas di lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat. Kembung dapat disebabkan pemberian leguminosa atau polong-polongan berlebih dan sedikit padi-padian (jagung, kedelai). Selain itu, bisa juga karena terlalu banyak konsentrat yang mengandung pati dan kandungan klorofil hijauan terlalu tinggi. Ternak yang mengalami kembung akan terlihat sisi perut kiri yang membesar. Apabila bagian perut ditepuk akan terdengar suara mirip drum. Ternak terlihat resah, menghentakkan kaki, kesulitan bernapas dan nafsu makan menurun drastis.

Penanganan yang dapat dilakukan jika ternak kembung:

  • Pemberian obat kembung Bloatex serta pemberian Digesfit untuk memberbaiki kecernaan.  Agar ternak tetap sehat bila keadaan ternak sudah parah maka upaya pengeluaran gas perlu dilakukan dengan cara menusuk perut sebelah kiri dengan trokar. Namun tentu saja hal ini dilakukan oleh tenaga kesehatan hewan terlatih.
  • Pemberian pakan berkualitas sesuai kebutuhan nutrisi dan jumlah yang cukup. Hindari pemberian hijauan yang masih muda dalam jumlah banyak karena kandungan mineral magnesium dan kalsiumnya masih rendah. Dalam pemberian hijauan juga perlu dilayukan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air
Asidosis Rumen

Penyakit ini terjadi akibat gangguan pencernaan yang berhubungan dengan akumulasi asam atau menurunnya cadangan basa dalam darah dan jaringan tubuh. Asidosis dapat disebabkan pemberian konsentrat dengan jumlah jauh lebih banyak dibandingkan hijauan, konsumsi karbohidrat yang mudah difermentasi (jagung, gandum, singkong, gaplek, onggok) secara berlebihan, perubahan pakan mendadak, maupun kondisi heat stress yang dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan.

Gejala klinis pada ternak yaitu nafsu makan dan minum turun, ternak nampak lemah dan lesu, dehidrasi yang ditandai keringnya cuping hidung, frekuensi nafas meningkat, denyut jantung lebih cepat, rumen tidak berkontraksi. Ternak nampak tidak mampu berdiri dan sering berbaring. Terkadang diare berlendir, berbuih, warna coklat kekuningan atau keabuan serta urin sedikit dan berwarna lebih kuning dan keruh. Pada kasus kronis dapat berlanjut menjadi laminitis hingga rumenitis kronis. Penanganan pada ternak jika menunjukkan gejala asidosis adalah:

    • • Penggantian pakan dengan tinggi serat (hijauan segar). Pemberian pakan tinggi serat merangsang pengeluaran air liur dan menyeimbangkan produksi asam yang berlebihan di rumen. Memperbaiki manajemen nutrisi dengan membuat formulasi keseimbangan antara asupan karbohidrat, protein, dan hijauan sebagai sumber serat.
    •  
    • • Pemberian Digesfit untuk mengatasi gangguan pencernaan yang berperan dalam meningkatkan pembentukan mikrobiota baik pada pencernaan, menjaga pH rumen, memperbaiki kecernaan serat, serta membantu mengatasi gangguan pencernaan.
Upaya Menjaga Ternak Tetap Sehat

Supaya ternak terhindar dari berbagai macam penyakit yang sudah dijelaskan, berikut ini beberapa upaya untuk menjaga kesehatan ternak :

  • • Menyediakan lingkungan pemeliharaan yang nyaman. Sapi perlu mendapatkan sirkulasi udara yang baik, ruang gerak yang cukup, minim faktor penyebab stres dengan pemberian peneduh pada area kandang, penyediaan air minum yang cukup. Penerapan biosekuriti dengan 3 zona (zona kotor, zona transisi dan zona bersih). Batasi lalu lintas barang dan orang yang tidak berkepentingan. Gunakan pakaian khusus di dalam kandang.  Serta menjaga kebersihan lingkungan kandang dan peralatan dengan tidak membiarkan kotoran sapi menumpuk. Lakukan desinfeksi kandang secara rutin menggunakan Medisep, Antisep, atau Neo Antisep. Kendalikan vektor dengan menghilangkan habitat dan eliminasi serangga dengan Delatrin.
  •  
  • • Karantina 14 hari ternak yang baru datang dan amati status kesehatannya. Kandang karantina perlu terpisah dari kandang pemeliharaan sapi sehat. Di dalam kandang karantina sapi akan beradaptasi dengan lingkungan baru, termasuk adaptasi terhadap jenis pakan yang akan digunakan dalam usaha ternak sapi.
  •  
  • • Penerapan pemberian pakan bernutrisi sesuai kebutuhan ternak. Dengan membuat formulasi seimbang antara asupan karbohidrat, protein dan hijauan. Saat terjadi perubahan pakan, pemberian pakan baru dilakukan bertahap sehingga kondisi mikroba rumen dapat beradaptasi. Hindari pemberian konsentrat dalam jumlah banyak dalam waktu singkat.
  •  
  • • Pemberian konsentrat dapat dilakukan dengan penambahan mineral yang berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan kestabilan pH rumen. Dengan Mineral Feed Supplement S yang mengandung kombinasi mineral lengkap dan penambahan premix yang megandung asam amino, mineral dan vitamin seperti Mix Plus Cattle Pro.
  •  
  • • Penerapan program kesehatan untuk menjaga kondisi sapi tetap sehat.
  • ➢ Vaksinasi sesuai anjuran Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat. Misalnya vaksinasi PMK, LSD maupun Antraks.
  • ➢ Pada ternak yang baru datang, berikan Transolit
  • ➢ Pemberian obat cacing dan diulang setiap 3-4 bulan sekali guna membasmi cacing secara tuntas dan memutus siklus hidup parasit tersebut
  • ➢ Pemberian suplemen pada sapi bertujuan untuk meningkatkan stamina dan daya tubuh sapi serta menjaga produktivitas yang lebih baik. Berikan Vita B Plex Bolus Extra Flavor setiap 3-4 bulan sekali.  Suplemen juga dapat diberikan untuk mengatasi gangguan otot dan menambah asupan energi sebelum dan sesudah transportasi. Misalnya dengan pemberian Bioselvita.
  •  
  • • Pemeriksaan kesehatan harian harus dilakukan setiap saat. Tujuannya agar terpantau jika ada gangguan kesehatan sapi terpantau dan mengetahui ada tidaknya abnormalitas pada  ternak  sehingga jika ditemukan ternak yang sakit atau mengalami kelainan dapat segera ditangani.
  •  
  • • Pertolongan awal pada ternak sakit berperan penting dalam memberikan bantuan sesegera mungkin sebelum mendapat perawatan medis dari petugas kesehatan hewan. Melengkapi kotak pertolongan pertama dengan obat-obatan penting untuk memastikan ternak akan mendapatkan perawatan yang cepat dan efektif. Seperti antiseptik (Antisep), obat luka luar tubuh (Oxytic), vitamin (Vita B Plex Bolus Extra Flavor)  dan suplemen gangguan pencernaan (Digesfit), obat kembung (Bloatex) serta obat cacing (Wormzol B).
Mewaspadai Munculnya Penyakit pada Ternak Penggemukan
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin