Akhir-akhir ini topik penyakit Jembrana pada sapi kembali diperbincangkan. Hal tersebut terkait dengan informasi munculnya kasus penyakit Jembrana pada ternak sapi di beberapa wilayah di pulau Sulawesi. Penyakit Jembrana ini muncul di provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Penyakit Jembrana merupakan penyakit viral yang bersifat menular pada sapi Bali. Tingkat penularan mencapai 10-70% dengan tingkat kematian 10-50%. Kerugian ekonomi yang diakibatkan penyakit Jembrana cukup besar karena kematian tinggi terutama di daerah baru dan dapat mempengaruhi lalu lintas ternak antar pulau. Penyakit Jembrana dapat menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga hewan menjadi lebih rentan terhadap penyakit lainnya. Penyakit Jembrana tidak ditularkan dari sapi ke manusia atau tidak bersifat zoonosis.
Penyebab Penyakit
Penyakit Jembrana disebabkan oleh Retrovirus, dari group lentivirus dan disebut Jembrana disease virus (JDV). Virus Jembrana peka terhadap kloroform dan eter serta tahan terhadap sodium deosikolat. Inaktif oleh formalin serta peka terhadap pH yang ekstrem (3 dan 12). Hewan rentan terhadap penyakit jembrana adalah sapi Bali pada semua kelompok umur terutama lebih dari 1 tahun (6 bulan-6 tahun).
Penularan penyakit dapat terjadi secara horisontal yaitu kontak langsung antara sapi sakit dengan yang sehat melalui urin, air mata atau liur. Penularan dapat pula melalui vektor serangga. Vektor tersebut antara lain Culicoides sp., nyamuk dan Tabanus rubidus. Penyakit Jembrana tidak ditularkan secara vertikal atau tidak diturunkan dari induk ke anak karena dari hewan carrier melahirkan pedet yang normal. Sapi yang sembuh dari penyakit Jembrana akan bersifat carrier. Virus Jembrana tetap terdeteksi dalam sel limposit dalam waktu lebih dari 2 tahun.
Gejala Klinis dan Perubahan Organ
Masa inkubasi penyakit Jembrana berkisar antara 4-7 hari. Biasanya diawali dengan munculnya demam hingga 41-42°C. Gejala klinis yang dapat muncul antara lain:
- Demam tinggi
- Depresi, nafsu makan turun
- Kebengkakan kelenjar limfe pada daerah bahu (prescapularis), depan lutut (prefemoralis) dan bawah telinga (parotis)
- Peradangan selaput lendir mulut
- Hipersalivasi
- Diare (dapat bercampur dengan darah)
- Keringat darah
- Keguguran (pada semua masa kebuntingan)
- Kematian
Sapi Bali yang terinfeksi penyakit Jembrana dapat menunjukkan perubahan organ dalam sebagai berikut:
- Pembengkakan limpa
- Pembengkakan kelenjar limfe
- Pembengkakan ginjal
- Peradangan usus
- Peradangan paru-paru
- Perdarahan berbagai organ
Penyakit Jembrana tidak bersifat zoonosis maka dagingnya aman untuk dikonsumsi. Virus ini juga tidak tahan terhadap proses pemanasan. Virus akan mati pada suhu 55°C selama 15 menit. Untuk menjamin keamanan dan kelayakan daging yang dikonsumsi, sebaiknya daging berasal dari rumah potong hewan (RPH) resmi. Di RPH sapi diperiksa kesehatannya serta diperiksa daging dan jeroannya oleh dokter hewan.
Pencegahan dan Penanganan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit Jembrana antara lain:
- Lakukan karantina minimal 14 hari untuk ternak yang baru datang
- Hindari masuknya ternak dari daerah wabah
- Tingkatkan daya tahan tubuh ternak dengan pemberian vitamin (Vita B Plex Bolus Extra Flavor)
- Bersihkan kotoran kandang setiap hari
- Kendalikan vektor dengan menghilangkan habitat dan eliminasi serangga (Delatrin, Flytox)
- Desinfeksi kandang, kendaraan dan peralatan (Sporades)
- Vaksinasi hewan rentan
Apabila mencurigai ternak yang menunjukkan gejala, maka hal yang dapat dilakukan:
- Isolasi ternak yang menunjukkan gejala
- Desinfeksi kandang, kendaraan dan peralatan (Medisep, Zaldes, Sporades)
- Lapor ke dinas peternakan dan kesehatan hewan setempat
- Penanganan oleh petugas kesehatan hewan sesuai kondisi ternak:
- Pemberian antiradang, antinyeri, penurun demam (Medipiron Injection)
- Pemberian vitamin (Injekvit B-Plex, ADE-plex Inj)
- Mengatasi infeksi sekunder dengan pemberian antibiotik (Medoxy-LA, G-Mox 15% LA Inj, Tysinol)
Adanya informasi kasus penyakit Jembrana tersebut, tentu semakin meningkatkan kewaspadaan peternak terhadap penularannya. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu tindakan karantina, sanitasi, peningkatan daya tahan tubuh ternak serta vaksinasi sesuai anjuran pemerintah.