Ketika harga bahan baku pakan meningkat signifikan, ditambah lagi dengan harga telur dan daging yang menurun akan mengakibatkan peternak banyak mengalami kerugian. Biaya produksi mengalami peningkatan sedangkan harga jual hasil peternakan menurun. Peternak akhirnya harus mencari solusi agar usahanya tetap bisa bertahan. Mulai dari mengafkir ayam yang tidak produktif dan tidak menguntungkan, sampai menekan biaya ransum yang dikeluarkan.

Biaya ransum bisa ditekan dengan beberapa cara. Pertama, menurunkan jumlah pemberian ransum. Hal ini tentu perlu dilakukan dengan teliti. Jangan sampai penurunan jatah pemberian ini menurunkan produksi telur. Lakukan pada ayam yang sudah lewat puncak produksi, dimana kebutuhan nutrisinya lebih rendah dibandingkan masa puncak produksi. Kedua, gunakan alternatif bahan baku yang lebih murah.

Penggunaan Bahan Baku Alternatif

Jagung adalah bahan baku sumber energi. Penggunaan pada ransum ayam petelur dan pedaging sangat dominan, mencapai 55%. Harga jagung yang melejit menjadikan ransum berubah harga, dan ini memberatkan peternak.

Alternatif bahan baku pengganti jagung yang bisa diperoleh di Indonesia antara lain menir beras, gandum, wheat pollard, crude palm oil (CPO), sisa mie, sisa roti dan gaplek (ketela pohon). Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) dan corn gluten meal (CGM) juga menjadi bahan baku alternatif pengganti jagung.

Tepung ikan, bungkil kelapa, kedelai utuh juga merupakan bahan baku alternatif yang bisa digunakan untuk menggantikan soybean meal, meat bone meal maupun konsentrat. Bahan baku ini merupakan bahan baku sumber protein.

Penggunaan bahan baku alternatif ini biasanya tidak bisa menggantikan keseluruhan dari bahan baku utama. Penggunaan menir beras tidak bisa menggantikan 100% penggunaan jagung. Bahan baku alternatif ini menggantikan sebagian dari bahan baku utama. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah keterbatasan ketersediaannya, faktor antinutrisi dan stabilitas kualitasnya.

Tips Menggunakan Alternatif Bahan Baku

Penggunaan bahan baku alternatif menjadi solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan bahan baku yang semakin mahal. Peternak harus memulai untuk mencari bahan baku alternatif yang ada di sekitar peternakan. Mengoptimalkan potensi lokal sehingga bisa mendukung keberlangsungan peternakan. Ada beberapa tips yang perlu kita perhatikan saat menggunakan bahan baku alternatif, yaitu:

  1. Cari tahu detail terkait bahan baku alternatif yang akan digunakan

Informasi terkait dengan bahan baku alternatif yang akan digunakan harus dilakukan sedetail mungkin. Mulai dari kondisi fisiknya (tekstur, warna, bau, rasa), kandungan nutrisi (mulai dari data literatur sampai pengujian laboratorium (MediLab)), ketersediaan, kapasitas produksi (stok) sampai harganya. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin baik untuk digunakan.

Biasanya untuk awal penggunaan bahan baku alternatif ini yang sering bermasalah adalah kontinuitas ketersediaan dan stabilitas kualitas. Oleh karena itu, perlu dipastikan kepada supplier jumlah produksinya per bulan. Dengan data ini maka penggunaan dalam formulasi ransum bisa disesuaikan. Harapannya setelah digunakan, pihak supplier akan menambah atau mencari bahan baku ini. Mengingat sudah ada permintaan yang kontinyu. Terkait dengan kualitas, perlu sekiranya dilakukan pengujian di MediLab untuk mendeteksi kandungan nutrisi dalam bahan baku.

2. Optimasi formulasi (harus seimbang)

Formulasi ransum bisa dilakukan dalam waktu yang cepat. Terlebih lagi sudah ada software khusus untuk formulasi ransum, seperti Brill dan Winfeed. Optimasi formulasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan kandungan nutrisi dan harga. Tujuan penggunaan bahan baku alternatif ini adalah untuk menekan harga. Oleh karena itu, harga ransum per kg harus lebih efisien. Disisi lain, kandungan nutrisi ransumnya harus mampu memenuhi kebutuhan produksi ayam.

Formulator akan mengoptimalkan formulasi dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi makro, seperti energi metabolisme, protein, lemak, abu sampai ketercukupan nutrisi mikro, seperti vitamin, asam amino dan trace mineral (mineral mikro). Pemahaman dan data kandungan bahan baku alternatif yang lengkap akan sangat membantu dalam proses optimasi formulasi ini. Biasanya penggunaan feed supplement, seperti Endomix akan meningkat saat penggunaan bahan baku alternatif. Hal ini bertujuan untuk memenuhi rentang perbedaan kandungan nutrisi mikro yang ada di dalam ransum.

3. Gunakan secara bertahap

Bahan baku alternatif bisa digunakan dengan level 2% saat awal mula penggunaan dan ditingkatkan secara bertahap sampai batas maksimal penggunaan. Hal ini sebagai cara untuk adaptasi ayam. Ayam bisa mengenali adanya bahan baku baru sehingga tidak berpengaruh terhadap feed intake. Pemberian secara bertahap ini juga memberikan waktu bagi saluran pencernaan ayam untuk melakukan penyesuaian. Seringkali jika penggunaan bahan baku alternatif ini langsung diberikan dalam jumlah besar, ayam akan mengalami gangguan pencernaan, mulai dari feses basah sampai diare.

Penggunaan yang bertahap ini juga akan memberikan waktu bagi peternak untuk melakukan pengamatan terhadap perubahan respon ayam maupun produktivitas ayam. Dan bagi formulator bisa mengevaluasi kembali batasan maksimal penggunaan bahan baku.

4. Berikan terlebih dahulu untuk ayam tua (setelah puncak)

Pilih ayam dengan tingkat produktivitas paling rendah dari populasi ayam yang dipelihara. Misalnya pilih ayam yang telah berumur tua (>70 minggu). Atau jika pada ayam grower maka diberikan pada fase grower II (diatas 12 minggu). Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko penurunan produksi. Biasanya ayam dengan tingkat produktivitas yang tinggi lebih sensitif terhadap perubahan ransum.

Ayam yang sedang bermasalah pada saluran pencernaan sebaiknya juga tidak diberikan bahan baku alternatif. Kita atasi terlebih dahulu permasalahan pada saluran pencernaan, baru setelah normal bisa diberikan bahan baku alternatif.

5. Menggabungkan beberapa alternatif bahan baku

Kadangkala setelah kita menggunakan bahan baku alternatif, akan muncul beberapa jenis bahan baku alternatif. Biasanya kita akan tertarik dan terlebih lagi harganya lebih murah. Jika kita dihadapkan pada kondisi ini, maka beberapa alternatif bahan baku tersebut bisa digunakan secara bersamaan. Namun yang perlu diperhatikan adalah level penggunaannya diturunkan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi efek antinutrisi yang mungkin terkandung dalam bahan baku alternatif.

6. Terus lakukan pemantauan dan evaluasi kembali

Tips yang ke-6 ini menjadi tips terakhir sekaligus paling krusial untuk dilakukan. Terus pantau dan evaluasi kembali sampai nanti diperoleh level penggunaan yang aman yang semakin mengoptimalkan produktivitas dan semakin mengefisienkan biaya pemeliharaan. Ingat yang terpenting dari penggunaan bahan baku alternatif ini adalah tidak akan menurunkan produktivitas dengan harga ransum yang semakin efisien.

Parameter pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan bahan baku alternatif ini antara lain adalah kondisi fisik (warna, bau, tekstur dan rasa), kandungan nutrisi, respon ayam (feed intake), dan yang utama adalah produktivitas ayam, seperti berat badan, produksi telur (hen day), berat telur dan kualitas telur. Lakukan pemantauan secara rutin, dan bandingkan antara sebelum dan sesudah penggunaan bahan baku alternatif.

Indonesia adalah negara agraris sekaligus negara kepulauan. Potensi bahan baku pakan di Indonesia sangatlah banyak. Baik bahan baku nabati, dari tumbuh-tumbuhan maupun bahan baku hewani, dari hewan maupun perikanan. Sudah saatnya, kita lakukan pencarian bahan baku alternatif yang tersedia di sekitar peternakan. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat. Salam.

Mengoptimalkan Penggunaan Bahan Baku Alternatif (Part 1)
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin