Masalah bau amonia pada peternakan ayam diketahui cukup merugikan dalam budi daya perunggasan. Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh karena bisa menganggu kenyamanan ayam hingga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan terutama gangguan pernapasan. Selain itu, amonia menjadi sumber pencemaran udara terhadap lingkungan sekitar kandang.

Amonia dalam Kandang Ayam

Amonia (NH₃) merupakan bentuk gas yang dihasilkan dari proses perombakan sisa-sisa nitrogen oleh bakteri pengurai (bakteri ureolitik) yang berasal dari kotoran atau feses ayam. Produksi amonia sendiri memang tidak dapat kita hindari. Mengapa?

Salah satu penyusun ransum ayam yaitu protein akan dicerna dan dimetabolisme hingga menghasilkan zat sisa berupa urea dan asam urat yang dibuang bersama dengan feses. Baik urea maupun asam urat, keduanya mengandung unsur nitrogen (N) yang akan diubah menjadi amonia (NH₃ berbentuk gas) atau amonium (NH₄₊ yang terlarut dalam feses) oleh bakteri pengurai (bakteri ureolitik) di lingkungan. Oleh karena itu, sudah hal yang wajar jika dalam pemeliharaan ternak ayam dihasilkan amonia. Pembentukan NH₃ ini dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi :

  • Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu yang relatif rendah akan membuat kandungan urea yang mengandung nitrogen tadi akhirnya terurai menjadi gas amonia dan CO₂.
  • Secara umum, pH pada feses dan litter berkisar 7,5 sampai 8,5. pH litter >7 dapat meningkatkan produksi amonia, produksi amonia dapat ditekan pada pH <7, karena amonia (NH₃) akan dikonversi menjadi amonium (NH₄₊).
  • Kepadatan ayam juga berpengaruh terhadap tingginya amonia dalam kandang. Tingginya kepadatan ayam menyebabkan tekanan kandang lebih tinggi dan sirkulasi udara tidak berjalan baik.
  • Makin tinggi kandungan protein dalam pakan maka semakin meningkatkan kemungkinan bau amonia dari feses ayam.
  • Pada kandang postal, litter yang lembap dan basah bisa meningkatkan kandungan amonia dan menjadi tempat berkembang biak berbagai macam agen bibit penyakit.
  • Pada kandang panggung, tumpukan feses di bawah kolong kandang yang terlalu banyak atau feses basah bisa menimbulkan bau amonia yang mengganggu. Kondisi ini akan lebih parah jika ketinggian kolong kandang tidak sesuai (<1,5 meter) sehingga feses tidak cepat kering. Feses yang jatuh ke bawah mengeluarkan bau amonia yang dapat naik ke atas kandang apabila tidak mendapat sirkulasi udara dengan baik.

Dampak Amonia

Untuk mendeteksi kadar amonia di kandang bisa dengan memakai alat indikator amonia yaitu amonia meter. Letakan pada ketinggian yang tepat, misalnya 10 cm dari lantai atau setara dengan tinggi kepala ayam. Selain itu, cara termudah untuk mengetahui bau amonia, jika kita masuk ke kandang dan bau feses sudah mulai menyengat, maka kadar amonia sudah bisa dikatakan berlebihan.

Kandungan gas amonia di dalam kandang memiliki batas toleransi tertentu bagi ayam yang dapat menurunkan produktivitasnya. Petugas kandang dapat mencium bau amonia sekitar 20 ppm. Kadar maksimum amonia yang dapat ditolerir selama 8 jam adalah 25 ppm. Konsentrasi amonia mencapai 20-25 ppm sebenarnya sudah bisa memicu penyakit pernapasan pada ayam. Produksi amonia yang lebih dari 25 ppm juga dapat menyebabkan ternak mengalami stres oksidatif sehingga dapat mempengaruhi kualitas daging (Xing et al., 2016). Batas toleransi kadar NH₃ pada ayam broiler disajikan pada Tabel 1.

Pada level yang tinggi, amonia dapat menimbulkan dampak negatif terhadap performa dan sistem kekebalan tubuh ayam. Berikut diantaranya:

  1. Dampak terhadap mukosa mata Amonia akan larut dalam cairan mata dan menghasilkan amonium hidroksida (NH4OH), yaitu komponen senyawa alkaline yang mampu mengiritasi dan menyebabkan konjungtivitis (radang pada konjungtiva mata).
  2. Dampak terhadap saluran pernapasan Jika level amonia sudah mencapai >20 ppm, maka amonia akan mengakibatkan siliostasis (terhentinya gerakan silia) dan desiliosis (kerusakan silia) pada membran mukosa saluran pernapasan. Akibatnya, amonia dengan kadar tinggi secara tidak langsung bisa memicu kasus infeksi penyakit saluran pernapasan seperti CRD, korisa, ND, AI, IB dan ILT.
  3. Dampak terhadap perkembangbiakan bibit penyakit Kondisi litter lembap menyebabkan kadar amonia meningkat. Bersamaan dengan proses perombakan sisa nitrogen menjadi amonia, dihasilkan pula gas CO₂. Kadar CO₂ yg tinggi di kandang menyebabkan kondisi anaerob sehingga bakteri Clostridium cepat berkembang biak. Jika bakteri mengontaminasi ransum dan termakan ayam dalam jumlah banyak, maka infeksi Necrotic Enteritis (NE) pun bisa terjadi.
  4. Dampak terhadap sistem kekebalan Selain dapat merusak silia, amonia juga dapat merusak sel-sel epitel saluran pernapasan atas sehingga produksi kekebalan mukosa (IgA) akan menurun. Amonia yang levelnya sangat tinggi juga dapat masuk ke dalam aliran darah (akibat terhisap dalam jumlah besar) dan menyebabkan stres pada sel-sel limfosit sehingga produksi antibodi (IgG dan IgM) mengalami gangguan.
  5. Dampak terhadap saluran reproduksi Gas amonia dengan kadar > 30 ppm dapat mengakibatkan kondisi alkalosis (pH cairan tubuh, termasuk cairan plasma darah bersifat basa) pada ayam. Jika plasma darah bersifat basa, maka sebagian besar protein plasma akan mengikat ion kalsium darah (yang sebelumnya berupa ion bebas yang akan disimpan dalam jaringan tulang dan saluran telur (oviduct)). Akibatnya, pembentukan tulang/kerangka tubuh ayam pun terganggu dan kerabang telur yang dihasilkan menjadi lebih tipis.

Kontrol dan Minimalisir Amonia

Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan jika amonia sudah tercium menyengat di dalam kandang?

  1. Kontrol suhu dan kelembapan
  • Di daerah iklim panas tropis pengurangan suhu udara di dalam kandang ayam bisa dilakukan dengan bantuan blower atau kipas angin di dalam kandang. Dalam pemasangannya, blower harus memperhatikan arah aliran angin (arah angin jangan bolak-balik/tidak teratur), populasi ayam, kecepatan angin dan volume ruangan kandang.
  • Perhatikan ventilasi udara dalam satu kandang, aturlah jangan sampai udara yang masuk tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
  • Pengaturan udara pada kandang closed house yang terpenting adalah dengan mengupayakan kualitas udara secara seragam dan merata ke seluruh ruangan kandang.
  1. Manajemen litter dan feses
  • Pastikan litter kering, maka akan membuat ayam nyaman. Litter kita genggam beberapa saat dan saat dilepaskan ternyata masih menyebar (tidak menggumpal) ini berarti litter masih dalam kondisi baik.
  • Pilih bahan litter yang berkualitas (kering, tidak berdebu, mampu menyerap air secara optimal) serta dalam jumlah yang cukup (tidak terlalu tipis). Gunakan litter dengan ketebalan optimal, yaitu 8-12 cm untuk kandang postal dan 6-8 cm untuk kandang panggung. Lakukan pembolak-balikan litter secara teratur setiap 3-4 hari sekali, mulai umur 4 hari sampai umur 17 hari. Hal ini untuk menghindari litter menggumpal sejak awal.
  • Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit, segera ambil dan ganti dengan yang baru. Sebaiknya ditaburi kapur terlebih dahulu agar cepat kering, setelah itu baru ditumpuk dengan litter yang baru. Namun jika litter yang menggumpal banyak, lebih baik tambahkan litter baru. Jangan lupa litter pengganti yang digunakan sebelumnya disemprot dengan menggunakan desinfektan seperti Medisep atau Zaldes.
  1. Kenyamanan kandang
  • Atur kepadatan kandang dan sirkulasi udara dalam kandang. Jangan lupa untuk menambah bukaan tirai agar sirkulasi udara dalam kandang (open house) lebih sejuk.
  • Pada kandang panggung, jarak antara kandang lantai dengan tanah pada kandang panggung berkisar antara 1,5-2 meter untuk memberikan sirkulasi udara pada feses yang jatuh sehingga cepat kering dan tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
  • Hati-hati saat penggantian atau pengisian tempat minum. Jangan sampai air minum tumpah. Selain itu, perhatikan kondisi tempat minum atau paralon dan segera perbaiki kondisi genting yang bocor.
  1. Minimalisir amonia
  • Berikan ransum dengan kandungan zat nutrisi yang sesuai, terutama kandungan protein kasar dan garam. Ransum dengan kandungan protein kasar dan garam yang tinggi dapat memicu ayam minum banyak sehingga feses menjadi encer (basah).
  • Gunakan bahan yang mampu bekerja mengikat amonia yaitu Ammotrol. Ammotrol bisa digunakan untuk membuat tekstur feses menjadi lebih kering dan mengurangi bau amonia di kandang
  • Tidak jarang bau amonia menjadi pemicu datangnya lalat di kandang. Untuk mengatasi adanya lalat bisa ditambahkan Larvatox dengan dosis 100 g tiap 1 ton ransum.

Kualitas udara baik bisa tercipta jika kita mengurangi konsentrasi gas amonia yang mampu memicu penurunan kualitas tersebut. Semoga bahasan Suplemen kali ini bisa memberikan informasi bermanfaat bagi anda. Salam sukses selalu!

Mengendalikan Amonia, Si Biang Masalah Pernapasan
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin