Nutrisi ransum memegang peranan penting dalam menentukan produktivitas unggas. Pemberian ransum dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan sangat diperlukan sebab berpengaruh terhadap pertambahan berat badan maupun produksi telur. Nutrisi yang diperlukan unggas sangat beragam, mulai dari energi, lemak, protein, asam amino dan multivitamin. Dari berbagai nutrisi tersebut, akan dibahas salah satu jenis asam amino esensial yang penting untuk unggas yaitu triptofan.
Mengenal Triptofan
Triptofan (C11H12N2O2) adalah asam amino esensial bagi unggas dengan fungsi utama untuk sintesis protein serta senyawa pembentuk melatonin dan serotonin. Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal di otak dengan fungsi mengatur kegiatan tidur dan bangun. Sementara itu, serotonin adalah senyawa kimia di dalam otak yang berfungsi sebagai pembawa berita (neurotransmitter).
Pada tubuh unggas, kedua hormon tersebut bekerja untuk mode “check and balance“. Kerja serotonin dominan saat unggas beraktivitas di siang hari, sedangkan melatonin bekerja dominan selama periode istirahat di malam hari. Disamping itu, kedua hormon tersebut pun berperan dalam pengaturan tekanan darah, temperatur tubuh, konsumsi ransum, pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak pada unggas (Corzo et al., 2013). Oleh karena tidak disintesis di dalam tubuh, asam amino triptofan ini harus disediakan melalui ransum terutama berasal dari biji-bijian.
Persentase Triptofan dalam Ransum Unggas
Sebagai asam amino pembatas keempat setelah lisin, metionin dan treonin, kandungan triptofan di dalam ransum unggas tidak terlepas dari imbangannya dengan lisin. Berikut adalah rasio optimal triptofan dan lisin berdasarkan rekomendasi National Research Council atau NRC (1994) dan standar pembibit (breeder) ayam komersil.
Rekomendasi triptofan dari breeder lebih tinggi daripada NRC, sebab disesuaikan dengan potensi produksi unggas modern yang terus berkembang sampai saat ini.
Peran Triptofan
Secara umum triptofan berperan untuk mengoptimalkan proses metabolisme tubuh, sehingga performa unggas pun menjadi optimal.
- Meningkatkan performa ayam broiler
Triptofan dapat meningkatkan performa broiler dengan cara meningkatkan konsumsi ransumnya. Menurut Emadi et al. (2015), konsumsi ransum meningkat 6% pada broiler yang diberi ransum tinggi triptofan. Hal ini dapat terjadi karena triptofan berfungsi sebagai senyawa pembentuk neurotransmitter serotonin. Peningkatan jumlah serotonin yang terbentuk akan meningkatkan nafsu makan ayam, sehingga pada akhirnya konsumsi ransum pun meningkat.
Corzo et al. (2013) dalam penelitiannya membuktikan bahwa meningkatknya kandungan triptofan dalam ransum semakin meningkatkan performa broiler umur 1-20 hari yang dilihat dari konsumsi ransum (Grafik 1), pertambahan berat badan (Grafik 2) dan feed conversion ratio (FCR)-nya (Grafik 3).
Dari ketiga data di atas dapat diketahui bahwa triptofan dapat mengoptimalkan performa broiler pada pemberian ransum dengan kandungan triptofan total sebesar 2,1-2,3g/kg.
2. Mengoptimalkan produksi telur
Triptofan pun dapat meningkatkan performa layer. Menurut Lima et al., (2012), produksi telur, berat telur dan egg mass meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan triptofan di dalam ransum. Hasil terbaik diperoleh pada pemberian ransum dengan kandungan triptofan tercerna sebesar 1,99 g/kg atau rasio triptofan : lisin tercerna sebesar 25%.
Triptofan mampu meningkatkan produksi telur dengan cara meningkatkan keaktifan magnum saat memproduksi albumen atau putih telur. Akibatnya proses pembentukan telur dicapai dalam waktu yang lebih cepat. Disamping itu, triptofan pun akan meningkatkan produksi mucus (lendir) dari epitelium magnum, sehingga memungkinkan telur melewati oviduk dalam waktu yang cepat. Berkaitan dengan berat telur, triptofan dapat meningkatkan produksi albumen, sehingga berat telur akan meningkat pula.
Dari Gambar 1 terlihat bahwa sel epitel magnum memroduksi lebih banyak lendir (panah merah) dengan meningkatnya kadar triptofan dalam ransum yang akan mempercepat laju telur melewati oviduk. Aktivitas magnum dalam memroduksi albumen pun nampak lebih tinggi (panah hitam), sehingga berat telur akan meningkat.
Peningkatan pun nampak pada bagian uterus ayam. Pada Gambar 2 terlihat bahwa dengan meningkatnya kandungan triptofan dalam ransum, lipatan-lipatan pada uterus nampak lebih banyak (tanda bintang). Hal ini menandakan hiperplasia atau perbanyakan sel yang lebih tinggi pada uterus tersebut.
3. Mengoptimalkan pencernaan
Triptofan dapat mengoptimalkan pencernaan nutrien ransum dengan cara memperlebar ukuran vili-vili usus halus. Pada Gambar 3 terlihat bahwa meningkatnya rasio tercerna triptofan : lisin mampu meningkatkan lebar vili usus (garis merah), sehingga luas permukaan untuk meyerap nutrien ransum meningkat. Semakin banyak nutrien ransum yang diserap maka performa ayam akan meningkat pula.
4. Mengurangi perilaku mematuk bulu
Salah satu masalah kesejahteraan hewan yang cukup serius pada pemeliharaan layer adalah adanya perilaku mematuk bulu. Perilaku ini ditandai dengan kegiatan ayam mematuki bulu penutup tubuh ayam lainnya secara berulang. Mematuk bulu berakibat pada rusaknya sebagian bulu bahkan sampai tercabut dan dimakan oleh ayam yang mematuk.
Disamping karena faktor stres lingkungan maupun perlakuan, ternyata mematuk bulu pun bisa disebabkan oleh kekurangan asam amino triptofan. Menurut Hidayat (2019), serotonin yang dibentuk dari asam amino triptofan merupakan senyawa pemicu ketenangan yang berkaitan dengan perilaku agresif ternak. Sementara itu, bulu unggas tersusun atas keratin, yaitu suatu protein dengan kandungan asam amino triptofan. Saat unggas mengalami defisiensi triptofan, mereka akan mengonsumsi bulu dalam rangka memenuhi kekurangan asam amino tersebut. Tambahan triptofan dari bulu akan digunakan ayam untuk memroduksi serotonin yang akhirnya memberikan efek menenangkan pada tubuh mereka.
5. Meningkatkan sistem imun
Triptofan memegang peranan penting dalam pengaturan kekebalan humoral. Limpa, timus dan bursa fabricius adalah organ-organ kekebalan di mana sel-sel limfosit mengalami proliferasi dan diferensiasi yang berperan dalam respon imun. Triptofan akan mengoptimalkan perkembangan organ-organ kekebalan tersebut, sehingga respon imun tubuh unggas akan meningkat (Bai et al., 2016).
Disamping itu, menurut Emadi et al. (2015), katabolisme atau penguraian triptofan dapat menjaga kondisi homeostatis sel T dan meningkatkan respon sel T tersebut saat tubuh mengalami peradangan. Triptofan mengatur fungsi sistem imun tubuh dalam kondisi fisiologis yang berbeda. Saat unggas berada di bawah kondisi stres dan adanya peradangan di dalam tubuh, penguraian triptofan akan meningkat untuk mendukung diferensiasi sel-sel limfosit dan produksi imunoglobulin untuk meningkatkan respon imun unggas.
Demikian sekilas informasi tentang triptofan, asam amino esensial untuk ternak unggas. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita. Sehat dan sukses selalu.