Selama ini itik dikenal sebagai ternak yang tahan terhadap penyakit dibandingkan ayam, sehingga dalam usaha peternakan itik masalah penyakit biasanya tidak terlalu menonjol. Meski begitu, sebagai peternak kita harus bisa mengantisipasi serangan penyakit pada itik agar tidak terjadi kerugian ekonomi dikemudian hari. Salah satu penyakit itik yang akan kita pelajari kali ini adalah penyakit kolera.
Sekilas Tentang Kolera Itik
Membahas ancaman penyakit di suatu peternakan memang tidak akan ada habisnya, termasuk peternakan itik. Penyakit yang menyerang itik terdiri atas penyakit menular (AI/flu burung, botulism, hepatitis, kolera, salmonellosis, aspergillosis, dll) dan penyakit tidak menular (stres, kekurangan vitamin, dll).
Dari pengamatan para praktisi perunggasan, selama ini penyakit kolera dianggap sebagai penyakit yang cukup sering menyerang itik dengan prevalensi (tingkat kejadian dalam jangka waktu tertentu) sekitar 30-50% dan menimbulkan tingkat kematian cukup tinggi. Tak jarang peternak itik salah menduga antara kolera dan AI karena keduanya terkadang sama-sama menyebabkan kematian mendadak dalam jumlah lumayan banyak. Akan tetapi antara serangan kolera dan AI sebenarnya memiliki perbedaan, baik gejala klinis maupun perubahan patologi anatominya. Pada serangan AI, gejala khas yang seringkali muncul adalah mata itik berubah menjadi biru atau putih. Sedangkan pada kasus kolera tidak demikian. Lalu bagaimana sebenarnya bentuk serangan kolera itik di lapangan dan bagaimana pula penanganannya?
Penyakit kolera itik adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida atau yang dikenal juga dengan nama Pasteurella avicida. Bakteri ini tergolong bakteri Gram negatif (-) yang mampu menghasilkan endotoksin (racun) dan membentuk kapsul polisakarida yang mengelilingi tubuhnya.
Penyakit kolera di Indonesia pertama kali terjadi pada tahun 1972 yang ditandai dengan wabah kolera pada ayam dan itik dengan angka mortalitas (kematian) antara 23-60% (Mariana dan Hirst, 2000). Secara ekonomi, penyakit ini sangat merugikan peternak karena mengakibatkan kematian yang tinggi, penurunan produksi telur dan bobot badan, serta peningkatan biaya pengobatan dan operasional pemeliharaan.
Saat ini di lapangan, kolera sering menyerang itik umur muda (1-4 minggu) maupun umur tua (itik dewasa, di atas 4 minggu). Jika kolera menyerang itik dewasa, maka tingkat kematian yang ditimbulkan kurang dari 50%. Namun jika kolera menyerang anak itik umur ≤ 4 minggu, maka kematian yang terjadi bisa lebih tinggi mencapai 50-100%. Contohnya pada salah satu peternakan itik intensif di Jawa Barat pernah dilaporkan terjadi kasus kolera pada itik muda dengan tingkat kematian mencapai 62% dari total populasi 1400 ekor (Ariyanti dan Supar, 2008). Masa inkubasi (waktu mulai masuknya bibit penyakit hingga menimbulkan gejala klinis) penyakit ini bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa hari.
Untuk menghindari kerugian yang lebih banyak akibat kolera, maka diagnosis yang cepat dan tepat sangat diperlukan. Menurut Roadher dan Limler (1990), ada tiga bentuk gejala serangan kolera pada itik, yaitu:
-
Bentuk perakut
Itik yang terinfeksi kolera perakut akan menyebabkan itik mati tiba-tiba tanpa gejala/gangguan sebelumnya. Kondisi ini dapat terjadi pada infeksi kolera yang baru pertama kali menyerang itik, dimana itik dapat mati dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi (Prantner et al., 1990).
-
Bentuk akut
Pada serangan kolera bentuk akut, gejala kerap kali ditemukan beberapa jam atau beberapa hari sebelum terjadi kematian. Gejala yang nampak diantaranya penurunan nafsu makan, diare yang awalnya encer kekuningan dan lama-kelamaan berwarna kehijauan disertai mucus (lendir), peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka serta pial membengkak, dan kadang itik terlihat berjalan sempoyongan atau lumpuh. Itik juga biasanya mengeluarkan suara nyaring atau semacam suara ngorok, serta memilih memisahkan diri dari kelompoknya.
-
Bentuk kronis
Pada kolera bentuk kronis, dimana penyakit berlangsung lama (berminggu-minggu hingga berbulan-bulan), gejala yang nampak berupa sesak napas, bulu kusam, diare hijau keruh, kebengkakan pada kepala dan pial berisi cairan atau massa perkejuan, keluar lendir dari hidung dan mulut, serta kadang muncul kebengkakan pada kaki dan kelumpuhan.
Terkait perubahan patologi anatomi organ tubuh itik yang ditimbulkan oleh serangan kolera umumnya bervariasi sesuai derajat keparahannya. Lesi yang nampak biasanya berkaitan dengan kerusakan pembuluh darah sehingga timbul perdarahan. Hal ini karena bakteri P. multocida dapat berkembangbiak di dalam darah kemudian menghasilkan endotoksin yang akhirnya dapat memecah pembuluh darah kapiler. Kematian itik juga diduga akibat “shock syndrome” yang ditimbulkan oleh aktivitas endotoksin ini.
Perjalanan infeksi kolera dimulai ketika bakteri P. multocida masuk melalui saluran pernapasan (hidung, red), pencernaan (mulut, red), atau luka terbuka, kemudian memasuki pembuluh darah dan menyebar ke seluruh organ tubuh. Perubahan organ tubuh yang terlihat berupa perdarahan ptechiae (berupa bintik-bintik kecil) pada berbagai organ dalam terutama pada jantung, hati, paru-paru, lemak jantung maupun lemak perut. Hati membesar dan berbintik putih atau berwarna belang. Selain itu juga sering ditemukan perdarahan berupa ptechiae dan echimosa (berupa bercak-bercak) pada mukosa usus.
Pada itik muda berumur ≤ 4 minggu, selain terjadi perubahan patologi anatomi yang sama seperti di atas, pada usus terjadi perdarahan yang lebih parah dengan adanya eksudat darah kental. Pada kasus akut di itik petelur dewasa, tidak jarang pula ditemukan folikel kuning telur pecah/membubur atau ovarium mengalami perdarahan. Apabila kondisi sudah demikian, maka akan terjadi penurunan produksi telur.
Pencegahan dan Pengendalian Kolera
Pepatah mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Hal itu juga berlaku pada kasus kolera sebelum menimbulkan kerugian material yang lebih besar lagi. Pencegahan kolera terutama ditujukan untuk menghilangkan agen penyakit P. multocida beserta vektornya untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Itik yang menderita kolera secara kronis merupakan sumber penularan P. multocida yang paling penting. Penularan penyakit dapat terjadi melalui sekresi hidung, mulut, atau kotoran itik yang sakit. Media utamanya adalah air minum atau pakan, sedangkan media udara lebih sedikit. Penularan juga terjadi lewat luka pada kulit atau luka suntikan. Tungau, lalat, tikus, dan burung liar dapat bertindak sebagai vektor mekanik yang dapat menularkan P. multocida dari satu itik ke itik lainnya.
Maka dari itu, beberapa prinsip pencegahan kolera yang perlu dijalankan antara lain:
-
Melakukan vaksinasi kolera
Vaksinasi kolera dapat dilakukan menggunakan vaksin aktif ataupun inaktif. Mengenai umur vaksinasinya dapat disesuaikan dengan keterangan yang tertera di label kemasan masing-masing jenis vaksin. Perlu diingat bahwa tindakan vaksinasi untuk mencegah kolera harus selalu didukung oleh praktek manajemen pemeliharaan yang baik dan biosekuriti yang ketat.
-
Mengurangi populasi bakteri P. multocida di kandang
Caranya dengan memberantas tikus, serangga (lalat dan tungau) serta burung liar yang ada di sekitar kandang. Lakukan pula penyemprotan kandang, sanitasi air minum, dan pencucian tempat pakan serta tempat minum setiap hari. Selain itu, cegah agar pakan tidak terkontaminasi kotoran itik dan kondisikan kandang itik tetap kering dengan mengusahakan agar bagian dalam kandang dapat terkena sinar matahari langsung secara rutin. Untuk mengurangi populasi lalat, kita bisa menggunakan produk Larvatox, Flytox, dan Delatrin. Sedangkan parasit tungau dapat dibasmi dengan Delatrin. Untuk desinfeksi kandang itik, peternak bisa menggunakan desinfektan Antisep atau Neo Antisep yang aman jika terkena itik. Sedangkan untuk sanitasi air minum, sebaiknya gunakan Desinsep.
-
Meningkatkan daya tahan tubuh itik
Lakukan monitoring konsumsi pakan untuk memastikan jumlah konsumsi itik tercapai. Tindakan lainnya dengan mengatur kepadatan kandang, dan memberikan suplemen multivitamin (Fortevit maupun Vita Stress) serta imunostimulan (Imustim) melalui air minum.
Lalu bagaimana penanganannya jika itik terserang kolera? Kolera merupakan penyakit bakterial sehingga dapat diatasi dengan pemberian antibiotik, baik melalui air minum maupun suntikan. Namun pemilihan pengobatan sebaiknya didasarkan pada tingkat keparahan penyakit. Untuk kasus ringan dapat diobati dengan antibiotik yang diaplikasikan melalui air minum seperti Neo Meditril, Proxan-S, atau Koleridin. Sedangkan jika kasus penyakit sudah parah, maka pilih antibiotik yang diberikan melalui suntikan seperti Gentamin, Medoxy LA, atau Vet Strep.
Pemberian obat tersebut hendaknya dilakukan sesuai dosis dan aturan pakai yang tertera pada label kemasan produk. Obat juga harus diberikan secara tuntas meskipun itik telah menunjukkan tanda-tanda sembuh. Misalnya, pada aturan pakai Neo Meditril tertera dosisnya 0,1 ml tiap kg berat badan yang diberikan selama 3-5 hari, namun pada 2 hari pemberian obat itik sudah menunjukkan kesembuhan. Meski terlihat sembuh, pemberian Neo Meditril tetap harus dituntaskan sampai hari ke-3 atau ke-5. Tujuannya agar bakteri kolera benar-benar terbasmi. Jika jangka waktu pengobatan diperpendek, maka hal itu dapat memicu resistensi obat. Resistensi juga dapat dipicu oleh dosis pemberian obat yang kurang. Oleh karena itu, saat pemberian obat perlu dipastikan dosis dan jangka waktu pemberiannya tepat.
Pengobatan penyakit tidak akan optimal tanpa didukung biosecurity dan manajemen pemeliharaan yang bagus. Oleh karena itu, selain pemberian antibotik yang tepat, untuk menangani kolera berikan pula vitamin (Vita Stress, Fortevit, atau Solvit) untuk membantu mempercepat proses kesembuhan (recovery). Penyemprotan kandang maupun sanitasi air minum juga perlu dilakukan. Itik yang mati karena penyakit ini juga sebaiknya dibakar atau dikubur untuk menghindari penularan ke itik yang lain, serta berulangnya kasus di peternakan yang sama. Pasalnya, bakteri ini tahan berbulan-bulan berada di bangkai itik maupun tanah yang lembap.
Demikian bahasan mengenai penyakit kolera pada itik. Semoga dapat menambah wawasan bagi para peternak itik. Salam sukses.
Info Medion Edisi Februari 2017
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).