Fowl cholera memiliki nama lain seperti avian pasteurellosis, atau avian hemmorrhagic septicemia. Penyakit ini diakibatkan oleh bakteri Pasteurella multocida (P. multocida) yang mampu menyerang berbagai jenis unggas yang peka. Spesies unggas yang paling rentan terkena penyakit ini adalah kalkun, ayam, itik, angsa, burung peliharaan, entok, dan unggas air.
Kejadian penyakit fowl cholera telah menyebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Jika dilihat dari jenis ternaknya, kasus penyakit ini masih sering dijumpai pada jenis ternak seperti ayam petelur, pedaging, pejantan, pembibit, itik, dan puyuh berdasarkan data insidensi atau kejadian penyakit yang dikumpulkan oleh tim Surveillance Analyst Medion.
Pola kejadian kasus fowl cholera pada ayam petelur, pejantan, maupun itik dapat dilihat pada Grafik 1 berikut. Apabila diperhatikan kasus penyakit ini di sepanjang tahun 2022-2023 memang kejadiannya relatif tinggi dan fluktuatif disetiap bulannya, namun pada bulan-bulan tertentu seperti bulan April hingga Juni tampak ada lonjakan kasus. Bulan-bulan tersebut merupakan periode pergantian musim atau lebih dikenal dengan musim pancaroba. Terjadi peralihan antara musim penghujan ke musim kemarau, sehingga kondisi cuaca tidak menentu dan menjadi predisposisi naiknya kasus penyakit ini pada unggas baik ayam maupun itik.
Sifat Agen Infeksi
Bakteri P. multocida yang menjadi penyebab penyakit ini tergolong dalam bakteri Gram negatif, non-motil, tidak membentuk spora, dan berbentuk batang tunggal, berpasangan atau kadang sebagai cincin atau filamen. Bakteri ini mampu tumbuh secara aerob (terdapat oksigen) maupun anaerob (tidak terdapat oksigen).
Bakteri P. multocida diketahui memiliki dua elemen permukaan penting yaitu kapsular dan lipoporisakarida. Kemampuan P. multocida untuk menyerang dan memperbanyak diri pada tubuh inang ditingkatkan dengan adanya kapsular yang mengelilingi organisme. Kapsular menentukan tingkat virulensi dan ketahanan bakteri terhadap obat.
Hilangnya kemampuan strain virulen dari bakteri P. multocida untuk menghasilkan kapsular mengakibatkan hilangnya virulensi (Harper, et al., 2006). Meskipun demikian, banyak isolat bakteri dari kasus fowl cholera yang mempunyai kapsular namun virulensinya rendah. Oleh karena itu, virulensi tampaknya lebih berkaitan dengan zat kimia tertentu yang terkait dengan kapsular, bukan dengan keberadaan fisiknya (Hieu, et al., 2020).
Secara serologis, bakteri P. multocida dapat diklasifikasikan ke dalam 5 serogroup kapsular (A, B, C, D, E, F) dan 16 serotipe somatik yang didasarkan pada kapsular dan antigen lipopolisakarida bakteri (Demerdash, 2023). Klasifikasi tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat virulensi atau patogenesitas yang berbeda-beda. Serotipe yang paling banyak menyerang unggas adalah tipe kapsular A (Glisson, et al., 2008) dan serotipe somatik 1, 3, dan 4 (OIE, 2021).
Bakteri ini dapat bertahan hidup beberapa bulan pada bahan-bahan yang membusuk, di tanah yang lembap, dan litter. Meskipun demikian bakteri ini memiliki kerentanan terhadap semua jenis desinfektan baik dari golongan oxidizing agent (Antisep, Neo Antisep), QUATZ (Medisep, Zaldes), atau aldehyde (Sporades, Formades). Bakteri tidak tahan kekeringan dan sinar matahari langsung, serta pengaruh suhu atau pemanasan. Bakteri akan mati pada suhu 56°C selama 15 menit atau 60°C selama 10 menit.
Faktor Predisposisi dan Penularan Penyakit
Kejadian kasus fowl cholera erat hubungannya dengan berbagai faktor predisposisi seperti pergantian cuaca yang mendadak, perubahan suhu dan kelembapan yang signifikan, stres yang dialami ternak misal karena pindah kandang, potong paruh, pergantian ransum mendadak, dan faktor imunosupresif lainnya.
Penyakit fowl cholera dapat ditularkan secara horizontal baik langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung melalui kontak antara unggas sakit dengan unggas lain yang rentan. Unggas bisa tercemar bakteri P. multocida melalui inhalasi, peroral dan luka pada permukaan jaringan (kulit). Meskipun demikian penularan yang paling penting adalah secara peroral melalui leleran lendir dari hidung atau mulut.
Penularan di flok kandang sangat sulit diketahui karena unggas yang terkena penyakit fowl cholera kronis dapat menjadi carrier. Bakteri dapat bertahan di rongga hidung atau saluran pernapasan atas yang kemudian dapat menularkan secara langsung maupun tidak langsung melalui pencemaran pada air minum, tempat minum, lingkungan, peralatan peternakan, kendaraan maupun pekerja.
Penularan dan penyebaran bakteri P. multocida juga dapat terjadi karena vektor seperti burung liar, hewan pengerat (tikus), hewan lain (anjing, kucing, babi), dan serangga (lalat). Setelah bakteri masuk ke dalam tubuh ayam baik melalui saluran pernapasan, konjungtiva, ataupun luka terbuka. Bakteri akan tumbuh dan berkembang dengan masa inkubasi berkisar antara 3-9 hari.
Berdasarkan data dari tim Surveillance Analyst Medion, kasus fowl cholera pada ayam petelur paling tinggi terjadi pada umur 27-55 minggu (Grafik 2). Ayam fase pullet dan ayam umur produksi memang lebih rentan terkena fowl cholera dibandingkan dengan ayam muda. Kematian akibat fowl cholera pada ayam biasanya terjadi pada fase bertelur, karena umur tersebut lebih rentan dibandingkan ayam yang lebih muda. Ayam yang berumur kurang dari 16 minggu umumnya cukup resisten (Hieu, et al., 2020).
Pada ayam pedaging kejadian kasus infeksi penyakit fowl cholera banyak terjadi pada umur menjelang panen atau umur 3-4 minggu (Grafik 3).
Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi
Gejala klinis yang umum ditemukan adalah gangguan pernapasan. Pada kalkun, dapat dijumpai adanya kebengkakan pada area kepala disertai adanya mata berair di beberapa kasus. Pada ayam dan puyuh dapat dijumpai bersin-bersin, depresi, leleran mukus dari mulut, bulu kusam dan berdiri, peningkatan frekuensi pernapasan, dan diare. Pada itik dapat dijumpai adanya lendir pada trakea sehingga dijumpai itik bernapas dengan memanjangkan lehernya dan leleran keluar dari hidung.
Fowl cholera dapat menimbulkan kerugian tinggi pada unggas. Penurunan bobot badan seiring dengan jalannya infeksi penyakit dan bervariasi tergantung tingkat keparahan penyakit. Angka kesakitan 42-86%, dengan kematian tercatat sedang hingga moderate pada peternakan (5-31%) (El-Demerdash, et al., 2023).
Kejadian penyakit fowl cholera ini dapat muncul dalam bentuk perakut, akut dan kronis. Pada bentuk perakut kematian mendadak pada unggas biasanya muncul tanpa didahului gejala klinis tertentu. Pada bentuk kasus akut gejala klinis biasanya muncul beberapa jam sebelum kematian. Terkadang dijumpai adanya kebiruan atau sianosis pada jengger, pial, dan area tubuh yang tidak tertutup bulu lain sesaat sebelum mati. Feses yang mulanya berwarna putih dan encer lama kelamaan berubah kehijauan serta berlendir.
Bentuk kronis merupakan lanjutan dari bentuk akut. Unggas yang bertahan dari kematian karena virulensi yang rendah saat infeksi awal dapat berlanjut ke bentuk kronis.
Gejala yang teramati umumnya bersifat lokal, seperti adanya kebengkakan pada pial, persendian, bantalan telapak kaki, serta sinus infraorbitalis. Gejala pernapasan seperti ngorok basah dan ayam sulit bernapas dikarenakan adanya leleran lendir pada saluran pernapasan atas masih sering ditemukan. Bentuk kronis ini dapat berlangsung hingga 3-4 minggu.
Perubahan patologi anatomi saat dilakukan nekropsi bervariasi tergantung derajat keganasan atau bentuk penyakit yang diderita (perakut, akut, atau kronis). Kerusakan jaringan yang ditimbulkan juga bervariasi pada individu ayam tergantung dari status kekebalan dan keparahan penyakitnya.Perubahan patologi anatomi bentuk perakut dan akut mirip-mirip. Pada umumnya terkait dengan kerusakan pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan petekie (titik-titik) atau ekimosa (diameter perdarahan >1 cm) pada berbagai organ viseral, terutama jantung, hati, paru, jaringan lemak, peritoneum dan membran mukosa saluran pencernaan (usus, proventrikulus, dan ventrikulus).
Hati mengalami pembengkakan, berwarna pucat, dan nekrosis atau nekrosis multifokal (kematian jaringan berbentuk titik-titik) yang berwarna kelabu-kekuningan. Pada beberapa kasus juga teramati adanya warna hati yang belang, seperti ada jalur berwarna kuning pucat sehingga warna hati tidak homogen. Perubahan pada hati ini terutama muncul pada kasus infeksi P. multocida dengan virulensi tinggi.
Ovarium ditemukan membubur dan mengalami peradangan. Kadang dijumpai folikel yang ruptur sehingga kuning telur pecah di dalam rongga peritoneum. Folikel dewasa mengalami perubahan warna menjadi merah kehitaman akibat adanya perdarahan. Mukosa saluran pencernaan (usus, proventrikulus, dan ventrikulus) mengalami perdarahan.
Bentuk kronis seringkali dijumpai merupakan lanjutan dari unggas yang sebelumnya terinfeksi bentuk akut. Perubahan patologi bersifat odema hingga supuratif (bernanah atau perkejuan) dan terjadi pada berbagai organ. Infeksi bersifat lokal dapat ditemukan pada pembengkakan pial, persendian kaki (sendi tarsometatarsus), bursa sternalis, bantalan telapak kaki. Radang supuratif pada rongga peritoneum, dan adanya timbunan abses pada oviduk.
Diagnosa
Diagnosa dapat didasarkan pada penemuan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi. Namun hal ini akan sulit dikarenakan perubahan yang muncul bisa dikelirukan dengan penyakit unggas lainnya.
Peneguhan diagnosa dengan isolasi dan identifikasi bakteri menjadi salah satu metode diagnosa pasti dari penyakit fowl cholera. Sampel organ untuk isolasi bakteri dapat berupa sumsum tulang, darah, jantung, hati, selaput otak, atau lesi pada organ yang mengalami perubahan khususnya lesi bersifat lokal pada kasus bentuk kronis.
Perkembangan alat bantu diagnosa klinis saat ini sangat mendukung ketepatan dalam mendiagnosa penyakit ini. Saat ini kita dapat melakukan diagnosa penyakit fowl cholera dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil PCR positif menunjukkan adanya materi genetik dari bakteri P. multocida yang ada di jaringan atau organ sampel.
Diagnosa banding dari penyakit fowl cholera adalah penyakit akibat bakteri Galibacterium anatis, Avian Influenza (AI), Newcastle Disease (ND), fowl thypoid, dan colibacillosis.
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Pencegahan terhadap penyakit fowl cholera terutama adalah dengan menghilangkan sumber infeksi bakteri P. multocida dan vektornya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan manajemen pemeliharaan yang baik dan biosekuriti yang ketat.
Pemisahan antar kandang berdasarkan unggas yang dipelihara juga sangat penting dalam mencegah penularan antar spesies. Misalkan pada pemeliharaan ayam petelur hendaknya tidak ada unggas jenis lain misalkan itik, ayam kampung, burung merpati, atau unggas lainnya yang berada di dalam lokasi peternakan yang sama. Karena berpotensi menjadi sumber penularan ke ayam petelur yang kita pelihara.
Pembersihan dan desinfeksi kandang rutin dilakukan untuk mengurangi tantang bibit penyakit di dalam kandang. Dikarenakan bakteri P. multicida rentan terhadap semua jenis desinfektan. Sehingga kita dapat menggunakan desinfektan dengan zat aktif dari golongan oxidizing agent maupun QUATZ. Untuk lingkungan sekitar kandang dapat menggunakan desinfektan golongan oxidizing agent, QUATZ, atau aldehyde.
Pembasmian vektor penyakit seperti lalat dan tikus juga penting dilakukan. Gunakan Flytox untuk membasmi lalat dewasa atau Larvatox untuk membasmi larva lalat. Terapkan juga pest control untuk mencegah masuknya tikus ke dalam area kandang. Salah satu caranya adalah dengan memasang jebakan tikus di titik-titik yang sering dijumpai sebagai jalur tikus keluar dan mencari mangsa.
Penyakit fowl cholera banyak muncul pada kondisi cuaca yang tidak menentu. Sehingga kita perlu meningkatkan daya tahan tubuh ayam dengan pemberian multivitamin seperti Vita Stress atau obat herbal peningkat sistem imun seperti Imustim.
Pencegahan terhadap penyakit fowl cholera pada unggas juga dapat didukung dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi bertujuan untuk merangsang tubuh membentuk antibodi, sehingga ketika tantang lapang tinggi terhadap bakteri P. multocida, unggas yang telah memiliki antibodi dapat bertahan dan meminimalisir kerugian akibat sakit fowl cholera. Vaksinasi untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit fowl cholera dapat menggunakan vaksin Medivac Fowl Cholera yang mengandung bakteri P. multocida serotipe 1, 3, dan 4 sesuai dengan serotipe yang sering diisolasi dari kasus fowl cholera berasal dari serotipe somatik 1, 3, dan 4 (OIE, 2021).
Medivac Fowl Cholera hadir dalam bentuk sediaan emulsi yang diformulasikan secara khusus sehingga memberikan perlindungan optimal dan durasi imunitas panjang. Direkomendasikan untuk diaplikasikan melalui rute injeksi intramuscular dada sehingga lebih aman dan nyaman bagi unggas.
Vaksinasi Medivac Fowl Cholera dapat dilakukan mengikuti rekomendasi Tabel 1 berikut. Program tersebut dapat disesuaikan kembali sesuai dengan tingkat kerawanan kasus dan umur serangan di wilayah peternakan masing-masing.
Penanganan jika unggas terkena penyakit fowl cholera adalah dengan melakukan seleksi dan culling pada ayam-ayam yang terinfeksi dengan kondisi yang parah. Melakukan desinfeksi kandang dengan rutin serta melakukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik. Pengobatan dapat menggunakan antibiotik yang efektif terhadap bakteri Gram negatif (-).
Antibiotik dengan kandungan sulfa (Collimezyn), amoxicillin (Amoxitin) dan tetracyclines (Koleridin, Koleridin-K) dapat menjadi pilihan pengobatan terhadap infeksi P. multocida. Namun, dikarenakan bakteri ini memiliki banyak serotipe yang ketahanan terhadap antibiotiknya berbeda-beda, kemungkinan akan menunjukkan reaksi yang beragam dari pengobatan menggunakan antibiotik tersebut.
Pemilihan obat dapat didasarkan pada pengujian sensitivitas bakteri terhadap golongan antibiotik tertentu. Namun, hal ini jarang dilakukan di lapangan. Sehingga dalam penggunaan obat-obat seperti antibiotik harus memperhatikan dosis dan lama pemberian untuk menghindari timbulnya resistensi antibiotik.
Selain pengobatan dengan antibiotik, untuk mendukung keberhasilan pengobatan harus diberikan terapi suportif seperti multivitamin dan menjaga asupan nutrien pakan tercukupi. Hal ini dibutuhkan karena penyakit fowl cholera menimbulkan kerusakan diberbagai jaringan atau organ. Untuk memperbaiki kerusakan pada hati dapat diberikan obat herbal yang memiliki khasiat sebagai hepatoprotektor (menjaga fungsi hati) seperti Heprofit.
Dampak ekonomi akibat fowl cholera dirasa cukup merugikan dan upaya pengobatan ketika terinfeksi penyakit menjadi kurang optimal karena adanya variasi ketahanan P. multocida terhadap antibiotik, serta risiko ayam yang telah terinfeksi penyakit menjadi carrier. Sehingga tindakan pencegahan menjadi salah satu upaya kita untuk mengurangi kerugian yang dapat ditimbulkan.
Pencegahan penyakit fowl cholera dengan penerapan biosekuriti yang ketat didukung dengan manajemen pemeliharaan yang baik serta vaksinasi dengan Medivac Fowl Cholera.