Formulasi ransum ayam mengalami perkembangan yang pesat. Awalnya formulator memfokuskan pada pemenuhan energi metabolisme dan protein. Saat ini, formulator sudah berfokus pada ketersediaan asam amino yang merupakan komponen penyusun dari protein. Dengan mengetahui kebutuhan asam amino esensial secara secara tepat maka kebutuhan protein ayam bisa diminimalkan (Baker, 2009).

Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein yang terdiri dari gugus amina (-NH₂) dan gugus karboksil (-COOH). Terdapat lebih dari 100 jenis asam amino yang telah diisolasi dari bahan-bahan biologi. Namun, hanya 25 jenis yang sering dijumpai dalam protein. 

Ketersediaan asam amino dalam tubuh ternak mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya :

  1. Unit monomer untuk membangun rantai polipeptida protein
  2. Menduduki posisi penting dalam metabolisme sel. Hampir semua reaksi biokimia dikatalis oleh enzim yang terdiri dari residu asam amino. Asam amino sangat esensial untuk metabolisme karbohidrat dan lipid, untuk sintesis jaringan protein
  3. Penyusun senyawa penting seperti adrenalin, tirosin, melanin, histamin, porfirin, hemoglobin, pirimidin, purin, asam nukleat, choline, asam folat, asam nikotin, vitamin, taurin, garam empedu.

Penggolongan Asam Amino

Ilmu nutrisi mengklasifikasikan asam amino menjadi 2 golongan, yaitu asam amino essensial (AAE) dan asam amino non essensial (AANE). 
  1. Asam Amino Esensial (AAE)

Asam amino esensial adalah asam amino yang sangat penting bagi ternak tetapi tubuh ternak tidak bisa memproduksinya sehingga perlu asupan dari luar tubuh. Asam amino esensial sangat diperlukan untuk produktivitas ayam. Sebenarnya dari beberapa jenis asam amino esensial seperti arginin dapat dibuat oleh tubuh, tetapi prosesnya sangat lambat dan tidak mencukupi untuk seluruh kebutuhan. Jadi harus disuplai dari ransum.

Asam amino yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:

  • Lisin, kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan terganggu. Tingkat penggunaan lisin dipengaruhi oleh kadar arginin, urea dan amonia. Ketika terjadi degradasi arginin, maka penggunaan lisin akan meningkat.
  • Metionin, diperlukan dalam pembentukan asam nukleat dan jaringan serta sintesa protein. Juga menjadi bahan pembentuk asam amino lain (sistein) dan vitamin (kolin).
  • Treonin, berfungsi memetabolisme lemak-lemak yang disimpan dalam organ-organ tertentu seperti hati.
  • Triptofan, merupakan prekursor untuk biosintesis serotonin.
  • Arginin, bersama dengan sentrolin terlibat dalam sintesis ureum dalam hati.
  • Leusin, berperan penting dalam proses produksi energi tubuh, terutama dalam mengontrol sintesa protein.
  • Isoleusin, dibutuhkan dalam produksi dan penyimpanan protein oleh tubuh dan pembentukan hemoglobin, juga berperan dalam metabolisme.
  • Valin, berfungsi dalam pertumbuhan, terutama dalam sistem pencernaan dan saraf.
  • Fenilalanin, berfungsi sebagai prekursor tirosin dan bersama membentuk hormon-hormon tiroksin dan epineprin.
  • Histidin, diperlukan untuk menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh.

2. Asam Amino Non Esensial (AANE)

Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat diproduksi dalam tubuh ternak. Berasal dari sumber karbon yang tersedia dan dari gugus amino dari asam amino lain atau dari senyawa-senyawa sederhana seperti diamonium sitrat. Asam amino ini tidak perlu disediakan dalam ransum. Tabel 1 menunjukkan beberapa asam amino non essensial.

Walaupun AANE bukan merupakan nutrien yang esensial, tetapi berfungsi esensial pada sel atau metabolisme. Disebut non esensial hanya karena jaringan tubuh dapat memproduksinya untuk memenuhi kebutuhan ternak. Pada kenyatannya AANE secara fisiologis penting, dimana tubuh menentukan kadar persediaan yang disintesis. Oleh karena itu, kebutuhan zat nutrisi untuk asam amino esensial tergantung pada konsentrasi asam amino non esensial dalam pakan.

Konsep Ideal Protein

Dalam menentukan kebutuhan asam amino pada ayam tidak hanya diperhatikan kebutuhan untuk produksi tetapi juga maintenance (pemeliharaan). Beberapa penelitian membuktikan bahwa kebutuhan ideal asam amino berbeda berdasarkan umur dan berat badan dimana kebutuhan untuk pemeliharaan meningkat dengan bertambahnya umur (Leeson dan Summers, 2001). Salah satu cara yang digunakan untuk menghitung kebutuhan asa, amino adalah dengan menggunakan konsep ideal protein.

Formulasi ransum perlu memperhatikan keseimbangan asam amino terutama asam amino esensial. Formulasi asam amino esensial yang tidak tepat baik kelebihan ataupun kekurangan akan mengakibatkan ketidakseimbangan asam amino, antagonis dan juga menjadi racun bagi tenak. Pada akhirnya mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan produktivitas ternak. Antagonis antar asam amino, misalnya terdapat pada branched-chain amino acid (BCAA) seperti leusin, isoleusin dan valin bersifat antagonis demikian juga dengan lisin dan arginin (D’Mello, 2003). Kelebihan metionin pada pakan ternak dapat mengakibatkan meningkatnya kebutuhan vitamin B6 (Scherer and Baker, 2000).

Keseimbangan asam amino dalam ransum sejalan dengan hukum minimum Liebig yang menyatakan bahwa kekurangan salah satu asam amino esensial akan menghambat penggunaan asam-asam amino lain, walaupun asam amino tersebut tersedia cukup. Kebutuhan asam amino akan berbeda menurut jenis kelamin, umur, berat dan genetik, namun perbandingan antara asam amino esensial selalu sama (Cole, 1978). Dalam menentukan konsep ideal protein, asam amino lisin digunakan sebagai sebagai referensi dari asam amino lainnya. Ada beberapa alasan mengapa lisin digunakan sebagai referensi yaitu:

  1. Data kebutuhan lisin dalam berbagai jenis pakan, kondisi lingkungan dan komposisi tubuh ternak telah tersedia lengkap. Sehingga mudah untuk digunakan sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan asam amino esensial lainnya.
  2. Lisin digunakan langsung untuk produksi dan maintenance (tidak digunakan sebagai prekursor)
  3. Lisin dapat dianalisis langsung
  4. Lisin merupakan faktor pembatas kedua setelah asam amino sulfur (metionin) dan treonin

Dengan metode konsep ideal protein ini diharapkan dapat mengurangi polusi akibat kelebihan asam amino esensial dalam pakan. Semua ideal asam amino didasarkan kepada daya cerna asam amino. Kemampuan ternak untuk mencerna asam amino yang terdapat pada pakan akan berbeda tergantung dari bahan pakan. Tabel 2 menunjukkan tabel kebutuhan asam amino pada ayam petelur yang menggunakan konsep ideal protein.

Faktor Penyebab Penurunan Penggunaan dan Kecernaan Asam Amino

Penurunan penggunaan dan kecernaan asam amino akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan maupun produksi telur. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hal ini terjadi antara lain :

  1. Formulasi ransum tidak memperhatikan keseimbangan asam amino

Tidak seimbangnya komposisi asam amino esensial, baik kelebihan atau kekurangan akan berakibat tidak dapat digunakannya asam amino tertentu, walaupun asam amino tersebut terdapat dalam ransum. Hal ini disebabkan adanya efek antagonis antar asam amino, diantaranya :

  • Efek antagonis antara leusin dan isoleusin
  • Efek antagonis antara sistin dan metionin
  • Kurang tersedianya arginin atau lisin

Efek antagonis ini artinya ketika jumlah salah satu asam amino dalam ransum tinggi, maka asam amino yang antagonis lainnya akan mengalami kekurangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan ketersediaan asam amino dengan jumlah yang sesuai kebutuhan (ideal).

2. Perlakuan panas yang berlebihan

Proses produksi ransum jadi dalam bentuk pellet dan crumble terdapat proses pemanasan. Proses ini dapat menyebabkan penurunan kadar protein maupun asam amino. Hal ini dikarenakan pemanasan akan menyebabkan protein dan asam amino mengalami denaturasi sehingga ketersediaanya berkurang. Hal ini harus diperhitungkan oleh formulator.

3. Perlakuan kimia

Perlakuan penambahan asam maupun alkali pada ransum dapat menyebabkan penurunan kadar triptofan, lisin dan sistin dalam ransum.

4. Pencampuran yang tidak homogen

Proses pencampuran atau mixing menjadi penentu apakah ransum yang telah diformulasikan dengan konsep ideal protein dapat terwujud dalam kenyataan. Ransum yang tercampur dengan merata (homogen, red) maka setiap ayam akan mendapatkan nutrisi yang sesuai dengan yang dibutuhkan (tidak berlebih atau kurang). Oleh karena itu perlu dilakukan pengecekan homogenitas ransum dengan melakukan uji homogenitas, seperti pengujian kadar garam dibeberapa titik dalam mixer. Perhatikan juga jenis mixer yang digunakan, kapasitas mixer dan lama waktu pencampurannya.

5. Kondisi saluran pencernaan

Tantangan saat ini, akibat dilarangnya penggunaan antibiotik growth promoter (AGP) dan antikoksidia dalam ransum adalah gangguan saluran pencernaan akibat bakteri negatif. Kondisi ini bisa menyebabkan ransum dengan kandungan nutrisi yang ideal tidak bisa dicerna dan diserap secara optimal. Optigrin merupakan salah satu produk Medion dengan kandungan herbal yang bisa digunakan untuk menggantikan fungsi AGP. Dan Optigrin sudah terbukti mampu menekan kasus koksidiosis.

Demikian sekilas informasi mengenai asam amino. Konsep ideal protein perlu kita terapkan sehingga ransum menjadi lebih efektif dan efisien. Semoga dapat menambah wawasan kita semua. Sukses selalu.

Mengenal Asam Amino
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin