Bapak Yudi Mardiana
Email: denmas.yudi77@yahoo.com
Bagaimana cara menangani lalat di peternakan yang populasinya mengalami peningkatan pada waktu musim hujan?
Jawab:
Yth. Bapak Yudi, terima kasih atas pertanyaannya. Saat musim hujan, kelembapan di lingkungan kandang akan meningkat sehingga feses cenderung lebih lembap dan basah. Perlu kita ketahui bahwa feses yang mengandung kadar air sebesar 75-80% akan menjadi tempat ideal bagi perkembangbiakan lalat. Dalam 0,45 kg feses yang lembap dapat dijadikan tempat berkembangbiak (kelangsungan hidup) 1.000 ekor lalat.
Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna putih kecoklatan) di tumpukan feses yang basah dan keluar menuju daerah relatif kering untuk berkembang menjadi pupa (kepompong). Dari pupa tersebut akan berubah menjadi lalat dewasa. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan populasi lalat.
Lalat memang bukan merupakan suatu agen infeksi melainkan peranannya lebih cenderung sebagai vektor atau agen pembawa bibit penyakit. Tak jarang ditemukan pula lalat sedang hinggap di ransum ayam yang lembap (basah). Hal tersebut disinyalir sebagai cara lalat menularkan bibit penyakit sehingga bisa menginfeksi ayam di peternakan.
Pengendalian lalat membutuhkan teknik yang tepat. Langkah pengendalian lalat pun harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi pengendalian fisik, biologi, dan kimia, seperti berikut:
-
Pengendalian fisik
Usahakan feses tetap kering serta lakukan pembersihan feses dengan melakukan pengerukan feses di bawah kandang panggung setiap 3-4 kali sehari, sehingga dapat memutus siklus perkembangbiakan lalat. Meski musim hujan, perlu diperhatikan juga mengenai sistem sirkulasi udara (ventilasi). Tetap sediakan celah ventilasi pada dinding kandang untuk pertukaran udara serta mempercepat proses pengeringan feses.
Hindari pekerjaan yang tergesa-gesa, terutama dalam mengganti air minum. Jangan sampai air tumpah ke litter atau feses. Perbaikan pada atap kandang dan instalasi nipple drinker yang bocor juga menjadi langkah tepat dalam menjaga feses tetap kering. Selain itu, lakukan sanitasi kandang seperti segera membuang bangkai ayam mati maupun telur yang pecah, serta manajemen sampah harus dikelola dengan baik sehingga tidak memicu lalat untuk datang.
-
Pengendalian biologi
Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami/parasit lalat seperti kumbang, kutu, dan lebah. Parasit lalat biasanya membunuh lalat pada saat fase larva dan pupa. Salah satu contohnya Spalangia nigroaenea, yaitu sejenis tawon (lebah penyengat) yang menjadi parasit atau “lawan” bagi pupa lalat.
-
Pengendalian kimia
Teknik pengendalian ini dengan memberikan obat lalat ketika sudah terlihat adanya peningkatan populasi lalat. Meskipun begitu, pemberian obat lalat bukan merupakan inti dari teknik pengendalian lalat, melainkan menjadi penyempurna dari pengendalian fisik. Selain itu, pemberian obat lalat harus dilakukan dengan tepat.
Obat pembasmi lalat dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan cara kerja obat pada tahapan siklus hidup lalat, yaitu obat yang bekerja membunuh larva lalat dan membunuh lalat dewasa. Untuk membunuh larva lalat, Bapak dapat menggunakan Larvatox, dan untuk membunuh lalat dewasa dapat menggunakan Flytox dan Delatrin. Flytox merupakan sediaan insektisida yang efektif mengendalikan lalat pada area peternakan tanpa menimbulkan resistensi, bekerja cepat, dan daya kerjanya tahan lama. Begitu pula dengan Delatrin yang memiliki efek knock down (membunuh lalat seketika). Flytox diaplikasikan dengan cara tabur, sedangkan Delatrin diaplikasikan melalui semprot. Sebagai tindakan preventif bisa diberikan Ammotrol untuk membuat tekstur feses menjadi lebih kering dan mengurangi bau amonia di kandang.
Info Medion Edisi Maret 2017
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).