Serangan penyakit parasit merupakan salah satu ancaman yang harus dihadapi oleh peternak. Penyakit parasit memang jarang menyebabkan kematian tinggi, namun tetap menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar. Parasit merupakan organisme yang hidupnya menempel pada inangnya. Parasit yang hidupnya di dalam tubuh inang disebut endoparasit, sedangkan inang yang hidupnya di luar tubuh inang disebut ektoparasit.
Adanya parasit pada ternak tentu dapat menimbulkan kerugian. Misalnya muncul penyakit akibat infestasi endoparasit maupun ektoparasit. ektoparasit juga dapat berperan sebagai vektor atau pembawa bibit penyakit, menyebabkan ternak gelisah karena rasa gatal, menyebabkan luka pada ternak, iritasi dan penurunan kualitas kulit, penurunan nafsu makan hingga produktivitas ternak pun menurun, serta mengganggu pekerja dan masyarakat sekitar peternakan. Tinggi rendahnya populasi parasit di sekitar kandang sangat dipengaruhi tingkat kebersihan dan sanitasi lingkungan kandang.
Ektoparasit yang sering menyerang pada ternak ruminansia antara lain caplak Rhipicephalus microplus, tungau Chorioptes bovis, Psoroptes ovis, serta kutu Haematopinus tuberculatus. Sedangkan endoparasit yang paling banyak dijunpai adalah cacing.
Caplak Rhipicephalus microplus menghisap darah ternak sehingga menyebabkan dan kerusakan pada kulit. Caplak tersebut dapat menyebabkan anemia dan berperan sebagai vektor penyakit babesiosis, ricketsiosis dan anaplasmosis.
Tungau yang umum menyerang ruminansia adalah Chorioptes bovis pada sapi dan Psoroptes ovis pada kambing. Tungau akan menggali bagian bawah kulit, membuat terowongan dan membentuk nodul. Racun yang dikeluarkan dapat menyebabkan iritasi dan gatal pada ternak. Penyakitnya disebut dengan scabies.
Kutu yang paling banyak ditemukan pada hewan ternak adalah Haematopinus tuberculatus. H. tuberculatus merupakan ektoparasit dengan prevalensi tertinggi yang ditemukan pada ruminansia di Kota Bogor (Kristin, 2014) & di Padang Panjang (Irsya, 2017). Infestasi kutu tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit, alopesia atau rontok rambut dan anemia.
Parasit di dalam tubuh yang paling banyak menginfeksi hewan ternak adalah cacing. Urutan jenis cacing yang banyak menginfeksi ternak ruminansia yaitu cacing gilig, cacing daun kemudian cacing pita. Kondisi cuaca Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembapan tinggi yang sangat kondusif untuk cacing gilig berkembang, misalnya Toxocara vitulorum. Jenis cacing daun juga banyak ditemui dan merugikan peternak karena dapat menurunkan produktivitas, menurunkan bobot sapih ternak, dan menghambat laju pertumbuhan. Penyakit ini sering disebut dengan Fasciolasis yang disebabkan oleh Fasciola gigantica.
Untuk mengatasi kasus parasit pada ternak dapat dilakukan dengan memutus siklus hidup parasit sehingga mengurangi populasi atau menekan perkembangan parasit tersebut. Menjaga kebersihan ternak, kandang dan lingkungan merupakan pengendalian utama sebagai upaya pencegahan sebelum melakukan pengobatan. Kontrol manajemen kandang sangat diperlukan dengan memperhatikan sanitasi kandang dan kebersihan lingkungan. Misalnya tidak membiarkan kotoran ternak menumpuk, membersihkan sisa pakan dan minum secara rutin, menjaga kandang tetap kering atau tidak becek dan memastikan sirkulasi udara berjalan dengan lancar. Selain itu, tanaman dan semak-semak liar di sekitar kandang juga rutin dibersihkan.
Sebaiknya ternak tidak digembalakan terlalu pagi dan melakukan rotasi atau bergilir kandang gembala untuk memutus siklus hidup cacing dan ektoparasit terutama caplak. Artinya ternak tidak terus-menerus digembalakan di tempat yang sama. Pemberian rumput hijauan segar sangat tidak dianjurkan pada ternak yang dipelihara secara intensif. Sebaiknya rumput dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan pada sapi guna menghindari termakannya larva cacing yang menempel pada rumput.
Jika ternak terlanjur terinfeksi endoparasit dan ektoparasit, pemberian obat anti parasit berspektrum luas untuk endoparasit termasuk cacing hati sekaligus ektoparasit dapat diberikan seperti Wormzol Plus atau Wormectin Plus-B. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan program pemberian obat cacing secara teratur dapat membantu mengatasi penyakit cacingan. Program pemberian obat cacing perlu diulang secara berkala setiap 2-3 bulan sekali guna membasmi cacing secara tuntas dan memutus siklus hidup parasit tersebut.
Untuk ektoparasit selain melakukan pengobatan pada ternak, penanganan area kandang dan lingkungan juga perlu dilakukan. Seperti menyemprot area kandang dengan anti ektoparasit pada lantai kandang, sela-sela dan dinding kandang. Misalnya dengan Kututox-S atau Delatrin.