Saluran pernapasan ayam merupakan bagian yang paling rentan terhadap infeksi. Beragam penyakit yang kita kenal salah satunya adalah Infectious Coryza. Penyakit ini sudah akrab di telinga peternak mengingat kejadiannya yang masih sering berulang.
Seperti kejadian penyakit pernapasan pada umumnya, penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kualitas udara yang dihirup oleh ayam. Kondisi seperti kadar amonia dan kelembapan yang tinggi, ventilasi serta sirkulasi udara yang kurang baik, merupakan beberapa hal yang bisa memicu iritasi pada saluran pernapasan, sehingga penyakit-penyakit seperti coryza ini akan mudah menginfeksi.
Penyakit ini menyebabkan produktivitas ayam menjadi tidak optimal. Dampak ekonomi yang tinggi diakibatkan meningkatnya jumlah ayam yang diafkir, penurunan produksi telur, penurunan berat badan, hambatan pertumbuhan, peningkatan biaya pengobatan. Tingkat mortalitas dari penyakit ini rendah, namun morbiditasnya mampu mencapai 20-50%. Penularannya dapat melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Sedangkan ayam yang sembuh dari penyakit ini dapat menjadi carrier atau pembawa dan menjadi sumber penyakit berikutnya. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk meminimalisir kejadian kasus coryza yang berulang.
Mengenal Penyebab Coryza
Penyakit coryza disebabkan oleh Avibacterium paragallinarum yang merupakan bakteri gram Gram (-) dan bersifat fakultatif anaerob (dapat hidup dengan baik, dengan atau tanpa oksigen). Predileksi (tempat tumbuh) bakteri ini adalah sinus infraorbitalis yang miskin pembuluh darah sehingga terkadang sulit untuk dijangkau saat dilakukan pegobatan menggunakan antibiotik. Penularan penyakit ini adalah secara horisontal, terjadi melalui kontak langsung, aerosol atau melalui konsumsi pakan dan air yang terkontaminasi, dengan masa inkubasi sekitar 1-3 hari.
Avibacterium paragallinarum diidentifikasi terdiri dari 3 serovar bakteri, yaitu serovar A, B dan C. Ketiganya eksis di Indonesia. Serovar A dan C diketahui sudah ada sejak dulu, sementara serovar B kejadiannya baru ditemukan pada tahun 1991. Dari ketiga serovar, diketahui serovar C lebih patogen dibanding yang lain.
Dari penelitian dan pemetaan yang dilakukan Bagian Reseach and Development Medion sejak 2009-2014, dilaporkan bahwa di Indonesia telah ditemukan 1 serovar lain yang berbeda dengan serovar A, B dan C, yang kemudian dikenal sebagai serovar non ABC (serovar M).
Update Kasus Coryza
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh tim Technical Education and Consultation (TEC) Medion, kejadian kasus coryza pada ayam layer selama tahun 2019 menempati urutan pertama bahkan dari dua tahun sebelumnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan untuk kasus pada ayam broiler, penyakit ini tidak pernah absen dari peringkat 5 besar yang artinya kejadiannya pun masih terus berulang setiap tahunnya dan patut untuk kita waspadai. Di samping itu, hampir sepanjang tahun terjadi kasus infeksi coryza, baik pada broiler maupun layer. Kejadian ini lebih banyak terjadi pada layer dibandingkan pada broiler.
Menilik Grafik 1, kejadian kasus coryza dapat terlihat mengikuti pola yang mengakibatkan timbulnya faktor predisposisi terjadinya penyakit ini, seperti pada saat pergantian musim atau adanya berbagai faktor yang menyebabkan stres, misalnya cuaca, lingkungan kandang, nutrisi, perlakuan vaksinasi serta berbagai penyakit yang menyebabkan imunosupresif. Penyakit ini sering muncul dalam waktu yang bersamaan pada saat terjadinya pergantian musim, ditunjang dengan manajemen pemeliharaan serta kesehatan yang kurang baik.
Melihat lebih dalam lagi berdasarkan Grafik 2, pada ayam broiler kejadian kasus coryza paling banyak di umur 22-28 hari. Seperti yang kita ketahui seiring dengan bertambahnya umur dan bobot ayam, perlu kita perhatikan kadar amonia yang kian meningkat, kepadatan yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan saluran pernapasan menjadi rentan untuk terinfeksi.
Sedangkan kasus coryza pada ayam layer paling banyak terjadi pada umur >18 – 35 minggu. Baik ayam layer maupun broiler keduanya rentan terserang, namun di tahun 2019 jumlah laporan kasus pada ayam layer lebih tinggi dibanding ayam broiler. Hal tersebut dikarenakan masa hidup ayam layer lebih panjang sehingga akan mendapat cekaman lingkungan yang lebih tinggi. Meski demikian coryza tetap mengancam hampir di semua umur ayam.
Gejala Klinis dan Patologi Anatomi
Ayam yang terinfeksi coryza biasanya menunjukkan gejala klinis berupa hilangnya nafsu makan (anorexia), penurunan produksi yang berkisar antara 10-40% pada ayam layer. Penyakit ini menyerang sistem pernapasan bagian atas tepatnya pada sinus infraorbitalis. Perubahan yang menciri jika diamati dari luar adalah adanya akumulasi eksudat atau lendir dengan bau khas (amis). Lendir ini awalnya cair kemudian mengental sehingga menyebabkan kesulitan bernapas dan terdengar suara ngorok. Pada kasus kronis, teramati adanya pembengkakan pada daerah sinus infraorbitalis (di bawah mata) yang jika disayat akan ditemukan masa menyerupai keju di dalamnya, kelopak mata mengalami konjungtivitis (peradangan), keluar air mata hingga mata tertutup.
Perubahan patologi anatomi saat ayam dilakukan pembedahan antara lain adalah adanya masa menyerupai keju pada bagian sinus infraorbitalis, radang pada sinus, laryng dan trachea.
Kenapa Kasus Coryza terus Berulang?
Infeksi coryza memang unik jika dibandingkan dengan penyakit pernapasan lainnya. Kejadiannya bisa berulang dan selalu muncul sepanjang tahun. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah ayam yang sembuh dari infeksi coryza akan menjadi carrier (pembawa). Jika status kesehatan ayam-ayam ini menurun, penyakit coryza dapat kembali menginfeksi.
Suhu dan kelembapan yang tidak sesuai juga merupakan salah satu faktor yang berdampak pada gangguan pernapasan. Suhu yang nyaman bagi ayam umur dewasa adalah 25-28°C dengan kelembapan 60-70%. Pada kondisi suhu rendah di musim penghujan, kelembapan lingkungan meningkat sehingga bakteri coryza berkembang cukup pesat.
Kadar amonia yang tinggi dalam kandang juga berdampak negatif karena dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan ayam sehingga menyebabkan penyakit lain mudah menginfeksi. Faktor lain adalah adanya kontaminasi air, pakan, kandang, dan peralatan oleh leleran cairan hidung ayam penderita coryza yang sangat potensial menjadi sumber penularan. Jadi, bukan hanya bakteri E. coli yang umum ditularkan lewat air, melainkan juga bakteri penyebab coryza.
Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah adanya resiko resistensi antibiotik yang menyebabkan kasus tidak tuntas dan kembali berulang di periode selanjutnya. Selain itu, sistem pemeliharaan multi-age yang tidak menerapkan manajemen all in all out juga mempermudah penyebaran dan kejadian kasus coryza ini di lapangan. Sehingga untuk mengatasinya perlu perbaikan manajemen secara menyeluruh.
Pentingkah Vaksinasi Coryza?
Seiring dengan kejadian kasus coryza yang berulang di sepanjang tahun, penyakit ini juga merupakan salah satu yang susah untuk diobati. Sebagaimana kita ketahui bahwa tempat favorit bakteri Avibacterium paragallinarum adalah sinus infraorbitalis. Sementara di bagian tersebut hanya terdapat sedikit pembuluh darah, sehingga obat yang dapat mencapai sinus infraorbitalis hanya sedikit.
Menyadari sulitnya pengobatan pada kasus ini, pencegahan dengan vaksinasi merupakan hal yang sangat penting. Vaksinasi mampu menekan frekuensi munculnya kasus dan kejadiannya tidak akan terlalu parah, dibandingkan jika ayam tidak divaksin coryza. Lakukan vaksinasi menggunakan Medivac Coryza B/Medivac coryza T Suspension pada ayam layer umur 6-8 minggu dan diulangi pada umur 16-18 minggu. Jika di peternakan sangat rawan terjadi coryza, maka vaksinasi ulangan dapat dilakukan 5-6 minggu setelah vaksinasi pertama. Sedangkan pada ayam broiler/ pejantan dilakukan pada umur 4 hari dengan Medivac ND-Coryza atau pada umur 1-2 minggu dengan menggunakan Medivac Coryza B/Medivac Coryza T Suspension.
Pencegahan dan Penanganan Coryza
Meskipun telah dilakukan vaksinasi Coryza, kemungkinan kasus kembali muncul masih ditemukan. Pengendalian penyakit ini diperlukan kombinasi dari manajemen pemeliharan serta biosecurity yang juga harus ditingkatkan. Untuk meminimalisir terjadinya kasus berulang perlu pencegahan sejak dini. Dimulai dari kosong kandang yang optimal minimal 2 minggu detelah kandang dibersihkan dan didesinfeksi. Gunakan desinfektan yang efektif untuk membasmi bakteri Avibacterium paragallinarum seperti Antisep, Neo Antisep) (golongan iodine) dan Medisep, Zaldes (ammonium quartener).
Saat DOC datang lakukan seleksi dan beri multivitamin. Pisahkan DOC lemah dan ada arahan penyakit. DOC ini berisiko tinggi menjadi penyebab munculnya masalah di kandang.
Terapkan manajemen all in all out untuk meminimalisir terjadinya penularan dari ayam tua ke ayam muda. Perhatikan manajemen brooding, suhu pemanas harus sesuai, tempat makan dan minum terdistribusi dengan cukup. Nutrisi dalam pakan juga harus dipastikan sesuai dengan kebutuhan ayam untuk mendukung kekebalan ayam menjadi optimal.
Faktor berhubungan sangat erat dengan kasus-kasus yang menyerang saluran pernapasan adalah kualitas udara. Ventilasi yang cukup, sirkulasi udara yang baik, sangat berpengaruh terhadap kecukupan gas O2 dalam kandang.
Jika litter sudah sedikit basah, dapat segera diganti atau ditambahkan litter yang baru di atasnya. Hal tersebut mencegah resiko terjadinya iritasi saluran pernapasan bagian atas dikarenakan tingginya kelembapan dan kadar amonia. Jika diperlukan dapat menggunakan Ammotrol yang bekerja mengikat amonia yang terbentuk dari sisa metabolisme protein menjadi bentuk yang tidak menguap dan tidak toksik sehingga bau amonia berkurang. Ammotrol juga dapat menjadikan feses yang dihasilkan oleh ayam menjadi lebih kering.
Upayakan penyediaan udara bersih di dalam kandang dengan mengatur buka tutup tirai dengan baik serta mengatur kepadatan ayam. Lakukan desinfeksi kandang serta pembersihan tempat pakan dan minum secara rutin. Pada kandang yang masih menggunakan tempat minum dari paralon terbuka, lendir yang keluar dari hidung atau mulut ayam yang terinfeksi coryza berpotensi sebagai media penular yang perlu diperhatikan, oleh karena itu lakukan desinfeksi air minum dengan menggunakan Desinsep.
Selain faktor-faktor diatas, pemberian mutivitamin (Strong n Fit, Vita Strong, Vita Stress atau Fortevit) untuk meningkatkan kondisi tubuh ayam sehingga tidak mudah terjadi stres. Ayam termasuk hewan yang mudah mengalami stres. Kegiatan-kegiatan seperti potong paruh, pindah kandang, vaksinasi, pergantian pakan serta kondisi panas serta suara bising dapat menyebabkan stres pada ayam. Saat stres, sistem kekebalan pada ayam akan menurun.
Jika ayam terlanjur sakit, hal pertama yang harus kita lakukan adalah seleksi pada ayam-ayam yang sakit. Pisahkan ke dalam kandang isolasi yang berbeda karena ayam ini bisa menjadi penular utama kepada ayam sehat yang lainnya. Kasus yang sering terjadi di lapangan adalah munculnya kembali coryza setelah ayam sembuh. Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah tidak dilakukannya pemisahan pada ayam yang sakit. Sesungguhnya pemisahan ini bertujuan untuk memberikan pengobatan yang lebih tepat dan merata. Saat kasus coryza kembali menyerang bisa saja timbul karena efek pengobatan yang tidak merata (ada ayam yang sudah sembuh, tapi ada juga ayam yang hanya “kelihatan” sembuh atau belum sembuh total). Sehingga saat kondisi sedang tidak optimal, ayam yang “kelihatan” sembuh akan kambuh lagi.
Prinsip pengobatan dalam kasus coryza adalah berdasarkan keparahan gejala klinis yang ditunjukkan. Kita dapat mengelompokkannya menjadi kasus ringan, sedang, dan berat. Kasus ringan sampai sedang dapat kita berikan pengobatan melalui air minum dengan menggunakan antibiotik yang tepat. Avibacterium paragallinarum penyebab coryza merupakan bakteri Gram negatif (-) yang bisa dibunuh menggunakan berbagai jenis antibiotik. Namun sebaiknya antibiotik yang dipilih adalah yang memiliki daya serap disaluran pencernaan baik sehingga dapat didistribusikan sampai ke target organ yakni sinusinfraorbitalis dengan optimal. Antibiotik yang bisa digunakan adalah golongan fluoroquinolon, tetracycline maupun penisilin. Contoh produknya adalah Erydoxcy, Proxan-S, atau Neo Meditril.
Pada ayam-ayam yang mengalami gejala lebih parah seperti kebengkakan pada area sinus infraorbitalis sehingga menyebabkan matanya menutup dan tidak mampu lagi untuk menjangkau tempat minum. Jika kondisi ayam sudah demikian, selain pengobatan melalui air minum, berikan obat secara injeksi dari golongan aminoglikosida, tetracycline maupun fluoroquinolon. Contoh produknya Vet Strep, Gentamin atau Kanamin. Dalam prinsip pengobatan yang benar lakukan juga rolling antibiotik untuk menghindari terjadinya resistensi. Beberapa pilihan jenis antibiotiknya dapat kita lihat dalam tabel berikut:
Selain menggunakan antibiotik-antibiotik tersebut di atas, upaya pencegahan dan pengobatan coryza dapat menggunakan Fithera yang merupakan produk herbal Medion. Produk ini berasal dan ekstrak herbal sehingga aman digunakan dan memiliki efektivitas yang baik dalam membunuh bakteri Avibacterium paragallinarum penyebab coryza.
Berikan multivitamin, seperti Injeksi Vitamin B Kompleks atau Fortevit untuk membantu mengembalikan stamina, memperbaiki membran sinus hidung yang mengalami peradangan, dan merangsang nafsu makan ayam. Ketika ayam terserang coryza, nafsu makannya ikut menurun sehingga menyebabkan produktivitas terganggu. Selain produk yang disebutkan di atas herbal suportif juga bisa diberikan untuk mempercepat penyembuhan akibat infeksi coryza, contoh herbal yang bisa digunakan adalah Respitoran. Herbal ini mampu meluruhkan lendir yang terakumulasi akibat infeksi coryza dan meminimalkan reaksi peradangan sehingga kondisi ayam akan segera pulih.
Saran untuk melakukan revaksinasi bisa diberikan pada kondisi yang belum terlalu parah pada ayam layer. Hal ini dimaksudkan agar pembentukan titer antibodi lebih optimal. Lakukan juga evaluasi program vaksinasi pada pemeliharaan berikutnya agar kasus coryza tidak kembali berulang. Penentuan jadwal vaksin dengan tarik mundur 3 minggu lebih awal dihitung dari umur ayam terinfeksi.
Selain pengobatan dan saran revaksinasi yang diberikan, perbaikan dari sistem manajemen memegang peranan yang penting. Perhatikan penanganan bangkai ayam yang mati, segera bakar dan kubur bangkai ayam supaya tidak menjadi media penular. Saat kandang terinfeksi usahakan anak kandang tidak menangani kandang yang lain untuk meminimalisir penularan. Perketat desinfeksi baik kandang, peralatan, air minum, maupun personel yang masuk. Sesuaikan struktur kandang dengan kondisi lingkungan. Periksa kembali kelancaran sirkulasi udara dan pengaturan buka tutup tirai lebih rutin dilakukan. Jika litter basah dan lembap bisa diganti atau menambahkan litter baru yang kering.
Penyakit coryza merupakan penyakit pernapasan yang masih sering muncul berulang di lapangan. Penanganannya tentu saja tidak akan tuntas hanya dengan pengobatan semata. Perbaikan yang konsisten dari sistem manajemen pemeliharaan sangatlah penting terutama dalam menyediakan kualitas udara yang baik bagi ayam, penerapan biosecurity yang ketat, serta pelaksanaan program vaksinasi sesuai jadwal diharapkan dapat mencegah agar penyakit ini tidak menginfeksi kembali di peternakan. Semoga bermanfaat. Salam.