Ayam modern saat ini memiliki kepekaan yang tinggi terhadap suhu lingkungan sehingga membawa dampak terhadap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan ayam salah satunya pada pemeliharaan masa pullet. Terlebih lagi, pertumbuhan pullet tidak dapat dikompensasi. Setiap pertumbuhan organ tubuh dan kerangka ada waktunya masing-masing dan harus dicapai pada waktu yang tepat sehingga kesiapan masa produksi telur yang baik dapat tercapai. Kondisi peternakan saat musim hujan tentu berbeda dengan musim kemarau. Beberapa masalah yang muncul antara lain:
1. Angin kencang
Permulaan musim hujan biasanya akan diikuti dengan munculnya angin kencang dari arah yang tidak menentu. Di beberapa daerah, terutama daerah yang berdekatan dengan pegunungan, pergerakan angin sangat cepat dan bisa mengakibatkan bencana. Kecepatan angin yang tinggi ini bisa membuat ayam terkena stres dingin ekstrim (cold stress), merusak kandang ayam, bahkan kandang ayam bisa roboh. Kerusakan tersebut akan mengakibatkan kerugian besar bagi peternak dan otomatis mengganggu kelancaran usaha peternakan.
2. Curah hujan tinggi
Dampak curah hujan yang tinggi ini terhadap usaha peternakan ayam adalah sebagai berikut:
a. Kelembapan udara kandang tinggi
Kelembapan udara yang tinggi (lebih dari 85%) berdampak kurang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan pullet. Saluran pernapasan ayam akan terganggu sebagai akibat dari tingginya kandungan air di udara. Selain itu, lingkungan yang lembap merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri, virus, parasit, dan jamur, sehingga ayam menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Kelembapan udara yang tinggi juga bisa menyebabkan kondisi sekam pada kandang postal menjadi cepat lembap, basah dan menggumpal sehingga kandungan gas amonia di kandang menjadi tinggi. Ditambah dengan kondisi sekam basah yang bisa menjadi media bagi pertumbuhan bibit penyakit. Ayam yang dipelihara dengan sistem kandang terbuka (open house) akan lebih terpengaruh oleh kelembapan udara tinggi dibanding ayam yang dipelihara dengan sistem kandang tertutup (closed house). Pada kandang tertutup terjadi pergerakan udara yang stabil dan tingkat kelembapan udara di dalam kandang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan ayam.
b. Kualitas air rendah
Air merupakan salah satu media yang bisa menularkan bibit penyakit pada ayam. Dari data Technical Education and Consultation Medion bahwa 3 tahun terakhir (2017-2019) diketahui sebanyak 63,82% dari total sampel air di peternakan mengandung Coliform di atas standar dan 44,84% positif tercemar bakteri Eschericia coli (E. Coli). Sumber air yang terlalu dangkal, dekat dengan sumber tumpukan feses, dekat sawah, sungai/rawa, atau septic tank, memiliki risiko besar terkontaminasi E. coli. Adanya kontaminasi bakteri E. coli pada air minum yang diberikan ke ayam dapat menyebabkan risiko ayam mudah terinfeksi penyakit colibacillosis ataupun tingkat penyembuhan penyakit kecil.
c. Suhu rendah
Saat musim hujan, suhu lingkungan relatif lebih rendah (udara dingin). Sehingga kadang perlu menghidupkan pemanas lebih lama. Dengan demikian, pada musim hujan biaya untuk pemanas akan lebih tinggi. Suhu yang rendah rentan semakin dapat memicu terjadi cold stress pada pullet. Cold stress atau hipotermia adalah kondisi turunnya suhu tubuh ayam di bawah normal (40-40,8°C). Kondisi ini lebih sering menyerang ayam muda (umur 0-14 hari). Ayam muda belum mampu mengatur suhu tubuh atau termoregulasi sehingga masih sangat bergantung terhadap suhu lingkungan. Perilaku adanya hipotermia akan semakin terlihat jika suhu lingkungan <15°C. Selain itu, konsumsi pakan dapat meningkat namun konsumsi air minum rendah sehingga tidak tercerna dengan baik. Ayam yang mengalami hipotermia juga dapat mengalami hidrop ascites karena adanya peningkatan tekanan aliran darah di arteri sehingga plasma darah merembes dan terkumpul di rongga perut. Dampak lain dari kondisi ini adalah dapat memicu terjadinya penyakit necrotic enteritis (NE) karena adanya peningkatan pH sekum untuk aktivitas fermentasi dan populasi Clostridium perfringens meningkat.
d. Populasi vektor pembawa penyakit
Peningkatan populasi serangga seperti lalat dan nymauk di musim hujan juga perlu diwaspadai. Serangga tersebut dapat membawa bibit penyakit di dalam feses ke tempat pakan dan air minum. Berbagai bibit penyakit di dalam feses dapat disebarkan dengan cara tersebut. Terlebih saat musim hujan, telur cacing dan bakteri E. coli memiliki daya tahan lebih baik saat berada di luar tubuh ayam.
Musim hujan harus kita hadapi dengan penuh persiapan. Untuk mencegah terjadinya wabah penyakit dan penurunan produktivitas, peternak perlu melakukan beberapa hal sebagai berikut:
- Modifikasi manajemen kandang
Dalam hal ini peternak perlu memperbaiki kondisi kandang serta melakukan penanganan feses, sekam, dan serangga dengan tepat agar tidak mempengaruhi kondisi ayam. Pada musim hujan, datangnya angin kencang tidak bisa diperkirakan sebelumnya dan ketika muncul tidak bisa kita hindari. Untuk itu, peternak perlu mengatur sistem buka tutup tirai kandang dengan sigap. Jika terjadi hujan disertai angin kencang, bagian sisi tirai yang arah anginnya menuju ke dalam kandang harus segera ditutup agar air hujan tidak tampias. Bahkan jika perlu tirai di setiap sisi kandang ditutup sebagian. Meski begitu, tetap sediakan celah ventilasi pada dinding kandang bagian atas dengan lebar 20 cm untuk pertukaran udara. Perbaiki atap kandang yang bocor untuk menghindari air hujan masuk ke kandang. Lebarkan atap jika dirasa tampias air hujan masih mengenai ayam. Lakukan pengerukan feses di kolong kandang tiap 3 hari sekali. Namun jika aktivitas ini sulit dilakukan setiap 3 hari karena terkendala hujan deras, peternak perlu mengantisipasi terbentuknya akumulasi amonia dalam feses dengan memberikan bahan pengendali amonia pada ayam yaitu Ammotrol. Atur pula kepadatan kandang untuk meminimalisir stres dan sulitnya pullet menjangkau tempat pakan dan minum.
- Sanitasi air minum
Sanitasi air minum dapat menggunakan beberapa produk desinfektan seperti Antisep, Neo Antisep, Desinsep, Medisep, atau Zaldes (pilih salah satu). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi air minum antara lain:
- Dosis antiseptik yang digunakan harus mengikuti aturan pakainya.
- Antisep dan Neo Antisep tidak boleh digunakan untuk melarutkan obat/vitamin karena bersifat oksidator kuat sehingga bisa merusak potensi dari obat/vitamin tersebut. Jika air minum yang didesinfeksi akan digunakan untuk melarutkan obat/vitamin, dapat menggunakan Desinsep, Medisep, atau Zaldes. Namun khusus air minum yang dicampur dengan Desinsep, perlu diendapkan terlebih dahulu minimal 8 jam jika akan digunakan untuk melarutkan obat/vitamin.
- Sedangkan dalam hal vaksinasi (vaksinasi melalui air minum), jangan berikan air yang mengandung antiseptik selama 48 jam sebelum dan 24 jam sesudah vaksinasi karena virus vaksin akan rusak atau mati apabila kontak dengan antiseptik. Ketika dipakai untuk pemberian vaksin sebaiknya tambahkan bahan stabilisator air seperti Medimilk atau Netrabil. Maksud pemberian stabilisator ini adalah untuk menetralkan zat aktif dalam antiseptik yang bisa menurunkan daya kerja vaksin.
- Sebagai usaha mencegah adanya kontaminasi bibit penyakit dan agar mikroba baik di usus ayam tidak terganggu, program desinfeksi air minum bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian antiseptik, 2 hari air minum biasa dan 3 hari pemberian antiseptik lagi, demikian seterusnya berselang-seling.
Untuk menjamin bahwa air yang kita berikan pada ayam sudah memenuhi syarat air bersih dan penanganan permasalahan kualitas air bisa dilakukan dengan tepat, sebaiknya lakukan terlebih dahulu pengujian sampel air di Laboratorium Medion (MediLab). Lakukan pengujian secara periodik, terutama saat terjadi pergantian musim atau minimal 1 tahun sekali.
Ketika akan dilakukan flushing dengan menggunakan bahan kimia, sementara saluran pipa air tidak bisa digunakan untuk mengaliri air minum ayam ke nipple drinker, maka supaya ayam tidak kehausan, sebaiknya menyiapkan tempat minum manual pada malam hari saat konsumsi minum ayam sedikit, atau metode flushing ini dilakukan saat kosong kandang. Namun, jika flushing menggunakan air dengan tekanan tinggi ataupun alat Harsonic yang memanfaatkan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mencegah dan menghilangkan biofilm maka hal tersebut tidak perlu dilakukan.
- Kontrol serangga di peternakan
Kontrol populasi serangga dapat dimulai dengan mencegah adanya tempat berkembang biaknya. Feses yang basah dan menumpuk sangat disukai lalat untuk bertelur, dan rawa, genangan air, dan semak-semak sangat disukai nyamuk untuk bertelur. Oleh karena itu perlu adanya manajemen pembersihan feses yang baik dan jika memungkinkan kandang dibangun tidak berdekatan dengan rawa, kolam, ataupun kebun. Penggunaan produk seperti Ammotrol juga dapat dilakukan untuk membantu membuat feses ayam lebih kering serta mengurangi kadar amonia di dalam kandang. Jika terdapat banyak semak-semak dapat dipotong atau dibersihkan agar tidak menjadi sarang nyamuk maupun hama yang lain. Semak-semak dapat diganti dengan tanaman lain seperti Lavender yang tidak disukai nyamuk. Namun, sebaiknya ditanam dengan menggunakan pot agar tidak menjadi sarang hama yang lain. Populasi serangga seperti lalat dapat dikontrol pula dengan penggunaan Flytox untuk membunuh lalat dewasa, dan Larvatox untuk menghambat perkembangan larva lalat. Selain itu, penggunaan light trap dapat pula dilakukan untuk mengontrol populasi serangga yang ditempatkan dibeberapa lokasi di dalam atau disekitar kandang.
- Pemberian multivitamin dan elektrolit
Kondisi cuaca ekstrim yang rentan membuat ayam stres dapat diatasi dengan pemberian multivitamin dan elektrolit pada ayam. Vita Stress atau Mix Plus LGM yang mengandung mutivitamin dan elektrolit yang dapat mencegah dan mengatasi stres pada ayam ketika dalam kondisi cuaca yang ekstrem. Harapannya ayam tetap dapat bertahan dan performa tetap optimal.
Setelah melakukan berbagai tindakan pencegahan ataupun pengendalian diatas, diharapkan pullet tetap mampu memberikan performa yang terbaik meskipun dimusim penghujan yang penuh tantangan.