Memanfaatkan Peluang Beternak Pembibitan Sapi Potong
Daging sapi potong merupakan salah satu sumber protein hewani yang kebutuhannya terus meningkat setiap tahun. Peningkatan kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya kesejahteraan penduduk, kesadaran kebutuhan gizi masyarakat, serta meningkatnya permintaan daging untuk industri pengolahan daging. Prediksi tingkat kebutuhan daging sapi di Indonesia tahun 2018 masih cenderung sangat tinggi yaitu 663.290 ton. Sedangkan peternakan sapi Indonesia masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Produksi daging sapi lokal pada tahun ini sebesar 403.668 ton. Dengan demikian, kebutuhan daging sapi di Indonesia baru terpenuhi 60,9% (Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2018). Selain sebagai sumber protein hewani, sapi potong juga bermanfaat sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual dan hasil sampingnya dapat digunakan untuk pupuk. Pemeliharaan sapi juga dapat memanfaatkan sisa-sisa hasil pertanian sebagai pakan sapi. Dengan melihat kondisi tersebut, peluang menekuni bisnis ternak sapi potong cukup besar.
Jenis Usaha Sapi Potong
Tujuan pemeliharaan sapi potong oleh peternakan rakyat adalah untuk pembibitan (reproduksi) dan penggemukan (Prasetyo, 1994). Usaha pembibitan adalah pemeliharaan sapi untuk menghasilkan pedet/ bakalan sedangkan usaha penggemukan adalah pemeliharaan ternak untuk meningkatkan pertambahan bobot badan harian dalam kurun waktu tertentu yang menghasilkan ternak siap potong dengan kalitas baik. Sebagian besar usaha peternakan sapi potong di Indonesia adalah penggemukan. Untuk memulai usaha sapi potong penggemukan peternak memerlukan sapi bakalan. Yang dimaksud sapi bakalan adalah sapi berumur 1-2 tahun untuk tujuan produksi. Namun untuk usaha penggemukan, jenis bakalan yang dibutuhkan adalah jantan sesuai dengan peraturan pemerintah bahwa syarat bakalan untuk usaha penggemukan adalah jantan sedangkan betina produktif tidak boleh dipotong.
Sumber utama sapi bakalan untuk usaha penggemukan yaitu dari hasil kegiatan pembibitan sapi potong di dalam negeri oleh peternak kecil, sedangkan produksi sapi bakalan sangat dipengaruhi oleh problem dan prospek usaha pembibitan itu sendiri. Skala usaha peternak pembibitan di Indonesia rata-rata peternak kecil (1−5 ekor) dengan teknologi budi daya sederhana. Pengembangan usaha pembibitan di dalam negeri sangatlah diperlukan. Semakin tinggi ketersediaan bakalan sapi potong, maka agribisnis peternakan sapi potong akan semakin berkembang pesat. Tingginya permintaan bibit merupakan peluang besar untuk pengembangan agribisnis pembibitan sapi potong.
Peluang Usaha Pembibitan Sapi Potong
Pembibitan sapi potong merupakan sumber utama pemasok sapi bakalan bagi usaha penggemukan sapi potong di Indonesia. Selain itu, sapi impor dari Australia juga merupakan sumber sapi bakalan yang penting bagi usaha penggemukan, walaupun perannya masih relatif kecil (Hadi et al., 1999a). Sumber utama daging sapi bagi konsumsi nasional masih tergantung pada usaha pembibitan di dalam negeri yang berupa peternakan rakyat.
Tersendatnya produktivitas sapi dalam negeri salah satunya disebabkan oleh minimnya para pelaku usaha di sektor pembibitan. Usaha pembibitan sapi masih dianggap belum menjanjikan keuntungan karena dianggap sebagai usaha dengan hasil yang lama. Sampai saat ini, usaha pembibitan sapi potong belum ditangani secara baik karena sebagian besar lebih tertarik pada usaha penggemukannya. Padahal, usaha pembibitan sapi potong sangat prospektif karena tidak akan mungkin usaha sapi potong dapat berjalan tanpa adanya ketersediaan bibit/ bakalan. Dengan demikian, kebutuhan bakalan sapi potong akan terus-menerus selalu ada. Sebenarnya jika dibandingkan antara usaha penggemukan dan pembibitan, usaha penggemukan memberikan keuntungan jauh lebih besar namun membutuhkan modal jauh lebih besar pula yang sulit dipenuhi peternak sehingga usaha pembibitan masih merupakan lahan usaha yang dipilih peternak.
Kebutuhan bibit/ bakalan sapi selalu meningkat setiap tahunnya. Hal itu disebabkan oleh meningkatnya permintaan daging sapi sehingga dibutuhkan bakalan berkualitas yang siap dibesarkan untuk diambil dagingnya. Hal ini menjadikan investasi usaha peternakan khususnya pembibitan sapi di Indonesia akan sangat menguntungkan. Inilah mengapa, negara lain mulai melirik investasi peternakan di Indonesia. Salah satunya, Australia yang bersedia bekerja sama dalam bidang pembibitan sapi di Indonesia bagian timur.
Peluang usaha pembibitan juga didukung oleh kondisi stabilnya harga daging sapi dan cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yang cukup signifikan di pasaran lokal. Ini akibat dari kenaikan permintaan pasar yang cukup tinggi sedangkan kemampuan pasokannya masih kurang. Selama ini pasokan daging sapi sebagian besar berasal dari petani atau peternak yang memelihara sapi lokal dan feedloter (pengusaha penggemukan sapi potong) yang memelihara bakalan sapi impor.
Kecenderungan kenaikan harga daging sapi selama ini diakibatkan naiknya harga bibit atau bakalan sapi, baik lokal maupun impor. Permintaan bibit sapi sangat tinggi akibat belum adanya lembaga atau badan usaha yang khusus menangani pembibitan, sehingga pasokan bibit sapi lokal hanya mengandalkan petani atau peternak kecil yang hanya memiliki indukan kurang dari lima ekor. Selama ini sebagian kebutuhan bakalan untuk pengemukan feedloter tergantung pada pasokan bakalan sapi impor dari Australia, sehingga setiap tahunnya pemerintah mengatur jumlah kuota sapi yang bisa di impor. Pembibitan yang dihasilkan oleh feedloter relatif sedikit jika dibandingkan dengan permintaan yang ada, karena bisnis pembibitan memerlukan waktu sekitar dua tahun untuk menghasilkan bakalan sapi, berbeda dengan pengemukan yang hanya memerlukan waktu empat bulan.
Bagi pelaku usaha peternakan sapi, prospek untuk pembibitan sapi ini cukup bagus. Hal ini terkait dengan pengadaan bakalan indukan harganya lebih murah dibandingkan sapi jantan sebagai penggemukan. Sedangkan untuk biaya kebutuhan pakan indukan setiap harinya lebih murah jika dibandingkan biaya pakan untuk pejantan penggemukan bahkan bisa sampai setengahnya. Demikian juga hasil bibit anakan yang baru lahir dari indukan bila dipelihara selama enam bulan sejak bibit lahir yang hanya memerlukan biaya pakan yang sedikit.
Faktor-faktor yang Perlu diperhatikan Dalam Pemeliharaan Pembibitan Sapi Potong
Dalam usaha pembibitan sapi potong, sapi perlu dibudidayakan dan dipelihara dengan baik agar memperoleh hasil yang maksimal. Berikut faktor-faktor yang harus diperhatikan:
A. Pemilihan bibit
Dalam memilih bibit calon indukan sapi potong harus dilakukan secara tepat karena nantinya bibit tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas induk. Seleksi bibit dilakukan berdasarkan performa anak dan individu calon bibit, dengan mempergunakan kriteria seleksi sebagai berikut:
1. Sapi calon induk betina
-
Postur tubuh baik, kaki kuat dan lurus
-
Ambing/ puting susu normal, halus, kenyal dan tidak ada infeksi/ pembengkakan
-
Bulu halus, mata bersinar
-
Nafsu makan baik
-
Alat kelamin normal, tanda-tanda birahi teratur
-
Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat
-
Target bobot badan sapi dara umur. 8-14 bulan adalah 200-300 kg
2. Sapi pejantan
-
Postur tubuh tinggi besar, dada lebar dan dalam
-
Kaki kuat, lurus, dan mata bersinar
-
Bulu halus
-
Testis simetris dan normal
-
Agresif
-
Memberikan respon yang baik pada induk yang sedang birahi
-
Sehat dan tidak cacat
-
Umur dewasa tubuh (lebih dari 2 tahun)
-
Bobot umur 1 tahun di atas rata-rata, dan pertambahan bobot badan umur 2 tahun di atas rata-rata
-
Kualitas sperma baik
Selain seleksi calon induk berdasar penampilannya, pemilihan bangsa sapi terkait dengan permintaan bakalan untuk usaha penggemukan juga perlu diperhatikan. Bangsa sapi potong yang ada di Indonesia antara lain bangsa sapi Bali, Madura, Peranakan Ongole, Simmental, Limousin dan Brahman-Angus. Permintaan yang banyak diminati saat ini adalah calon bakalan berkualitas yang berasal dari sapi potong/ pedaging hasil persilangan dengan sapi potong luar negeri. Permintaan ini didasari oleh perbedaan Average Daily Gain (ADG) atau pertambahan bobot harian sapi tersebut. ADG akan mempengaruhi harga jual di pasaran. Makin tinggi ADG, makin tinggi pula harga sapi karena bobotnya akan semakin besar. Sapi Peranakan Simmental, dan Limousine mempunyai ADG masing-masing 1,18 kg dan 0,90 kg (Subiharta et al.,2000). Berdasarkan potensi genetik, sapi Simmental mempunyai ADG sangat tinggi, yaitu 1,60 kg (Sugeng, 1998), sedangkan sapi PO hanya mempunyai ADG 0,40 kg (Subiharta et al., 2000). Pemilihan jenis sapi bakalan Peranakan Simmental oleh peternak dinilai tepat karena sapi tersebut merupakan tipe pedaging dengan ADG sangat tinggi, bobot hidupnya mencapai 1,15 ton, dan kualitas dagingnya memenuhi standar internasional dengan kandungan lemak rendah (Sugeng, 1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ADG anak sapi hasil persilangan antara Brahman dan PO lebih tinggi dibanding anak sapi persilangan PO murni, masing-masing 0,47 kg dan 0,44 kg (Wiguna et al., 1982). Keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha penggemukan sapi bakalan hasil persilangan tersebut lebih besar daripada hasil perkawinan PO murni (Subiharta et al., 2000)
B. Pemberian pakan
Berikan pakan berkualitas terlebih untuk sapi dara/ calon induk. Pakan yang baik mengandung protein kasar 16—18%. Pemberian pakan dengan pemeliharaan sistem intensif/ semi intensif, yaitu sapi dikandangkan setiap hari dengan diberikan pakan rata-rata 10% dari bobot badan dan pakan tambahan 1-2% dari bobot badan. Pakan tambahan dapat berupa dedak halus, bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu yang diberikan dengan cara mencampurkan dalam rumput, selain itu dapat juga ditambahkan mineral. Pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari, sesuai kebutuhan ternak. Air minum harus selalu tersedia di kandang setiap hari dalam keadaan segar, terutama untuk induk menyusui. Air minum harus diganti setiap hari. Pemberian pakan sapi untuk pedet hingga umur 3 bulan yaitu 1,5 kg (0,75 kg konsentrat; 0,75 kg rumput).
C. Manajemen reproduksi
Tujuan manajemen reproduksi adalah untuk menghasilkan panen anak sapi/ pedet yang tinggi dan pedet berkualitas baik. Langkah-langkah dalam pelaksanaan manajemen reproduksi meliputi deteksi birahi, penentuan yang tepat saat dikawinkan, kebuntingan, kelahiran, menyusui dan penyapihan.
1. Deteksi birahi
-
Alat kelamin luar bengkak, jika dibuka merah, basah, dan hangat
-
Ekor digerak-gerakkan sambil diangkat
-
Menaiki sapi lain/ diam jika dinaiki pejantan
-
Gelisah dan nafsu makan menurun
-
Kadang keluar cairan putih dari vulva
-
Jarak antar birahi 18 – 24 hari (rata-rata 21 hari)
-
Munculnya birahi kembali setelah beranak adalah 3 bulan (2-7 bulan)
2. Waktu perkawinan
Dalam upaya memperoleh bibit yang sesuai standar, teknik perkawinan dapat dilakukan dengan cara kawin alam atau Inseminasi Buatan (IB). Perkawinan dengan IB memakai semen beku sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau semen cair dari pejantan yang sudah teruji kualitasnya dan dinyatakan bebas dari penyakit hewan menular. Melalui IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta memudahkan peternak untuk mendapatkan keturunan ternak sapi yang berkualitas genetik tinggi. Sistem perkawinan sapi dengan IB adalah salah satu strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan tercapainya program swasembada daging.
Sapi–sapi dara dapat dikawinkan pertama kali setelah sapi tersebut berumur 15 bulan dan ukuran tubuhnya cukup besar dengan bobot badan sekitar 270 kg. Hal yang penting diketahui dalam melakukan perkawinan adalah mengenali siklus birahi pada induk sapi betina agar dapat melakukan perkawinan tepat waktu. Waktu yang tepat untuk melakukan perkawinan adalah 6–12 jam setelah terlihat tanda-tanda birahi. Dengan demikian, tidak akan membuang waktu karena gagal dalam mengawinkan. Masa birahi sapi betina cukup pendek, yaitu 15—18 jam. Misalnya jika birahi tampak pada pagi hari, maka sapi harus dikawinkan pada hari itu juga, jika ditunda sampai hari berikutnya akan terlambat. Apabila birahi tampak pada sore hari, maka harus dikawinkan pada pagi hari berikutnya tidak lebih dari jam 11.00.
3. Kebuntingan
Tanda-tanda sapi bunting antara lain:
-
Sapi sudah tidak minta kawin lagi sejak dikawinkan
-
Sapi lebih tenang
-
Puting dan ambing mulai membesar
-
Makan lebih banyak dan semakin bertambah bobot
Saat sapi mulai menunjukkan tanda-tanda bunting, perlu dilakukan pemeriksaan kebutingan oleh tenaga terlatih (mantri/ dokter hewan). Untuk mengetahui perkembangan fetus/janin perlu juga dilakukan pemeriksaan secara rutin, terlebih saat menjelang kelahiran untuk mengetahui kondisi dan posisi fetus di dalam rahim induk normal atau tidak. Hal ini terkait dengan persiapan kelahiran apakah perlu dilakukan penanganan khusus atau tidak.
4. Kelahiran
Persiapan yang perlu dilakukan peternak sebelum kelahiran adalah:
-
Kandang dibersihkan
-
Lantai kandang diberi alas atau lapisi jerami kering
-
Tempat melahirkan dipisahkan dengan sapi lain
-
Persiapan antiseptik untuk dioleskan pada sisa potongan tali pusar
Tanda-tanda sapi akan melahirkan antara lain:
-
Ambing besar dan berisi, puting terisi penuh
-
Pinggul mengendur
-
Alat kelamin bengkak, merah, lembab
-
Sapi gelisah
-
Proses kelahiran dimulai dari keluarnya cairan dari vulva, keluarnya kantong plasenta, kemudian keluarnya fetus dan induk mulai menjilati anak yang lahir
Untuk menangani pedet yang baru lahir, hal yang dapat dilakukan peternak adalah
-
Lendir yang menempel pada hidung, mulut dan tubuh dibersihkan secepatnya
-
Tali pusar dipotong kira-kira 10 cm dan bekas luka diolei dengan antiseptik untuk mencegah infeksi
-
Ambing induk dibersihkan dengan air hangat agar saat pedet menyusu ambing sudah besih dan tidak terkontaminasi bakteri
-
Diusahakan pedet dapat minum susu kolostrum (susu induk yang baru melahirkan sampai dengan umur satu minggu) untuk mendapatkan kekebalan (Ngadiono , 2012)
D. Manajemen kesehatan
Penyakit merupakan hal yang sangat merugikan dalam usaha beternak sapi potong. Oleh karena itu usaha pencegahan dan pengendalian penyakit sangat diperlukan agar sapi yang dipelihara tetap sehat.
-
Sapi yang baru saja dibeli sebagai calon induk, setelah tiba di kandang, berikan air minum yang sudah dicampur gula atau elektrolit untuk mengurangi stres perjalanan. Kemudian perlu diberikan pula tambahan suplemen vitamin plus Adenosina trifosfat (ATP) untuk menambah energi, mengatasi gangguan otot dan memperbaiki jaringan otot sebelum sesudah transportasi, serta meningkatkan kondisi dan daya tahan tubuh sapi. Salah satu produk yang bisa digunakan adalah Bioselvita.
-
Berikan anthelmintika (obat cacing) secara berkala setiap 3-4 bulan sekali guna membasmi cacing yang sebelumnya sudah berada di dalam tubuh sapi. Beberapa produk obat cacing Medion yang dapat digunakan untuk membasmi cacing yakni Wormzol-B, Vermizyn SBK, Wormectin Inj.
-
Pemberian vitamin penting untuk menjaga kondisi kesehatan sapi dan meningkatkani produktivitas, seperti ADE-Plex Inj, Vitesel Inj. Berikan pula suplemen seperti Mineral Feed Supplement S untuk membantu meningkatkan nafsu makan serta menyediakan kebutuhan nutrisi mikro bagi sapi.
-
Lakukan pembersihan kandang dan peralatannya setiap hari serta mandikan sapi untuk menghilangkan kotoran, lumpur, maupun urin agar terpelihara kesehatan kulitnya
E. Manajemen pemasaran
Pada usaha pembibitan diperlukan strategi pemasaran terutama berkaitan dengan kualitas induk maupun pedet yang dihasilkan. Pemasaran meliputi identifikasi dan segmen pasar, penentuan harga dan pembayaran. Produk utama yang dihasilkan dari pembibit sapi potong adalah sapi bakalan. Penjualan sapi dapat melalui pasar hewan maupun langsung ke konsumen. Untuk sapi bakalan, penentuan harga tergantung pada bentuk, kondisi, performa, bangsa dan kualitas genetiknya. Namun harga sapi juga tergantung pada situasi dan kondisi pasar, kebutuhan konsumen, dan peternak. Pembayaran sapi dalam pemasaran juga perlu diperhatikan. Usahakan pembayaran secara tunai dan tidak mengandalkan kepercayaan. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa kebangkrutan usaha lebih banyak disebabkan tidak terbayarnya sapi oleh pembeli.
Dalam beternak pembibitan sapi potong, hal yang tak kalah penting harus dilakukan adalah pencatatan. Pencatatan bermanfaat untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh sebagai dasar perencanaan pengembangan usaha dan sebagai sumber data untuk kepentingan seleksi ternak usaha pembibitan. Pencatatan tersebut meliputi identitas & silsilah, perkawinan (tanggal, pejantan/kode semen, IB/kawin alam, induk), induk melahirkan (tanggal, tunggal/kembar, normal/ distokia), pedet lahir (tanggal, tunggal/kembar, bobot lahir, jenis kelamin, induk, pejantan/kode semen, tinggi gumba, panjang badan), penyapihan, riwayat pengobatan.
Salah satu hambatan yang sering dialami peternak dalam memulai pembibitan sapi potong yakni margin keuntungan yang relatif kecil. Hal ini dapat disiasati dengan pemeliharaan sistem kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan skala usaha, menekan biaya produksi serta meningkatkan keuntungan.
Saat ini sistem kandang kelompok sudah banyak dilakukan. Selain menguntungkan, sistem ini dirasa lebih efisien karena skala pemeliharaan yang lebih besar tanpa harus mengeluarkan modal besar. Dengan sistem ini peternak lebih mudah dalam menjalankan manajemen pemeliharaannya.
Peternak merasakan banyak kelebihan dengan sistem kandang kelompok, seperti efiesiensi tenaga kerja, kenyamanan dan kesehatan ternak lebih terjaga, sistem pemeliharaan yang lebih terkontrol sehingga dapat meningkatkan angka kebuntingan dan laju pertumbuhan bobot pedet serta serta lebih memudahkan dalam pemasaran. Lokasi kandang kelompok yang jauh dari pemukiman juga dirasakan sebagai kelebihan karena akan mengurangi pencemaran lingkungan. Sistem ini dirasa menguntungkan peternak dan semankin membangkitkan semangat untuk meningkatkan skala usaha atau mengembangkan usaha pembibitannya.
Usaha pembibitan sapi potong potensial untuk dikembangkan karena permintaan dan kebutuhan pasar yang terus meningkat serta usaha pembibitan akan berjalan dengan baik apabila memperhatikan faktor-faktor dalam pemeliharaan pembibitan. Salam