Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah salah satu komoditas pertanian yang termasuk dalam famili Solanaceae. Kentang adalah sayuran yang dipanen bagian umbinya. Kentang digunakan sebagai makanan olahan, konsumsi rumah tangga, restoran siap saji, hingga industri tepung dan keripik. Kentang menjadi sumber karbohidrat, protein dan vitamin.
Kentang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan tidak mudah rusak, berbeda seperti sayuran lainnya yang mudah rusak. Produksi kentang di Indonesia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, namun menjadi komoditas ekspor yang menguntungkan. Kentang di ekspor baik dalam bentuk segar maupun olahan.
Menurut BPS (2022), konsumsi kentang oleh sektor rumah tangga pada tahun 2021 sebanyak 771,49 ribu ton. Kebutuhan kentang setiap tahunnya mengalami peningkatan dan diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Produksi kentang di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 1,36 juta ton. Produksi mengalami kenaikan 6,1% dari tahun sebelumnya. Luas panen kentang pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 75.850 ha, sedangkan tahun 2020 adalah 65.430 ha. Provinsi yang paling banyak memproduksi kentang adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Kentang di Indonesia cocok ditanam di dataran tinggi (lebih dari 1.000 mdpl), suhu berkisar 15-20°C. Ciri-ciri tanah yang baik untuk budidaya kentang antara lain memiliki tekstur sedang, gembur, subur, drainase baik, dan pH tanah 5-6,5. Tanah yang padat akan menghambat pembentukan dan pertumbuhan umbi kentang.
Dalam budidaya tanaman kentang terdapat berbagai macam tantangan, baik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun faktor organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mengganggu pertumbuhan tanaman kentang. OPT yang menyerang tanaman kentang antara lain:
Penyakit Busuk Daun
Salah satu OPT yang menyerang tanaman kentang adalah penyakit busuk daun. Penyakit busuk daun menghasilkan luas serangan tertinggi pada tanaman kentang dibandingkan dengan OPT lainnya. Luas serangan penyakit busuk daun di Indonesia pada tahun 2020 yaitu seluas 13.350 ha, seperti yang ditunjukkan pada Grafik 1. Kerusakan yang dihasilkan dapat menurunkan produksi kentang 50-100%. Tingginya luas serangan dan efek kerusakannya membuat penyakit busuk daun menjadi OPT utama yang perlu dikendalikan.
Penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur Phytopthora infestans. Jamur ini tidak hanya menyerang tanaman kentang saja, tapi dapat menyerang tanaman tomat, paprika, terong, cabai, dan famili solanaceae lainnya. Jamur Phytopthora infestans menyebar melalui angin, air dan membutuhkan kondisi yang basah untuk berkembang.
Penyakit busuk kentang berkembang dengan cepat jika kondisi lingkungan yang mendukung, diantaranya pada suhu 18-21°C dan kelembapan di atas 80%. Penyakit busuk daun berkembang dengan baik pada musim hujan dan kelembapan tinggi, antara bulan Desember-Februari.
Jamur Phytopthora infestans dapat bertahan hidup di dalam umbi kentang dan sisa-sisa tanaman yang sebelumnya terserang. Umbi kentang yang sudah terinfeksi dapat berpotensi untuk terbawa dan menyebarkannya di tempat penyimpanan umbi (gudang).
Gejala Penyakit Busuk Daun
Gejala busuk daun (Phytopthora infestans) adalah sebagai berikut:
- Gejala serangan terjadi saat daun mulai tumbuh atau tanaman berumur 3-6 minggu dan biasanya dimulai dari daun-daun bawah, kemudian merambat ke bagian atas
- Serangan awal terdapat bercak kebasahan dengan bentuk yang tidak teratur pada bagian tepi maupun tengah daun
- Bercak kemudian melebar dan berwarna coklat/abu-abu dengan bagian tengah agak gelap
- Bercak aktif diliputi oleh massa sporangium seperti tepung berwarna putih
- Penyakit busuk daun dapat menyebar ke bagian tanaman lainnya seperti tangkai, batang dan umbi
- Serangan tinggi akan membuat seluruh tanaman mati
- Serangan penyakit pada umbi kentang menyebabkan bercak berwarna cokelat atau berwarna hitam keunguan.
Gejala Penyakit Busuk Daun
Pengendalian penyakit busuk daun dapat dilakukan dengan berbagai macam cara untuk menekan perkembangan dan penyebaran penyakit namun tetap aman bagi lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Pengendalian dilakukan secara kultur teknis, mekanis, hayati, dan kimiawi.
1. Kultur teknis
- Bersihkan lingkungan di sekitar lahan dari sisa tanaman sebelumnya dan gulma. Jamur Phytopthora infestans dapat bertahan hidup di sisa-sisa tanaman yang terserang sebelumnya.
- Pengaturan drainase agar tidak terjadi genangan pada musim hujan. Genangan air dapat meningkatkan kelembapan dan menjadi lingkungan yang optimal untuk jamur berkembang.
- Menggunakan bibit/benih yang sehat dan bersertifikat untuk menjamin kualitas benih dan bebas dari penyakit.
- Pengaturan jarak tanam agar tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembapan areal pertanaman, terutama pada saat musim hujan (30-40 x 70-80 cm).
- Rotasi tanam dengan tanaman bukan inang penyakit busuk daun, sehingga dapat memutus siklus hidup penyakit yang ada di lahan. Misalnya kubis, sawi putih, brokoli, lobak, buncis, mentimun, dan lainnya.
2. Mekanik
- Memetik bagian tanaman yang terdapat serangan awal penyakit busuk daun.
- Kumpulkan dan musnahkan bagian tanaman yang terserang (bakar/kubur).
3. Hayati
Pengendalian hayati menggunakan musuh alami berupa patogen. Patogen merupakan mikroorganisme (jamur) yang dapat menekan penyakit busuk daun di lapangan.
Jamur Pseudomonas flourescens untuk pengendalian penyakit busuk daun. Bibit kentang dicelupkan ke dalam larutan agen hayati Pseudomonas flourescens.
4. Kimiawi
Pengendalian penyakit busuk daun menggunakan bahan kimia beracun atau fungisida adalah cara yang paling banyak dilakukan dan paling efektif untuk mengendalikan penyakit. Penggunaan fungisida harus sesuai dengan penyakit yang menyerang. Fungisida Manteau 80 WP adalah salah satu fungisida yang efektif untuk memberikan perlindungan dari penyakit busuk daun.
Fungisida Manteau 80 WP memilki bahan aktif Mancozeb 80%. Manteau 80 WP memilki cara kerja kontak yang mencegah penyakit menginfeksi tanaman dan berkembang. Pada saat aplikasi fungisida sebaiknya ditambah Diffuse sebagai perekat, perata dan penembus agar fungisida yang sudah disemprotkan tidak mudah hilang saat turun hujan. Selain Manteau 80 WP, bahan aktif lainnya yang dapat mengendalikan penyakit busuk daun adalah Klorotalonil (Qiunil 75 WP).