Salah satu tantangan yang dihadapi dalam usaha peternakan unggas yakni gangguan produktivitas hingga serangan penyakit yang dapat muncul sewaktu-waktu. Begitu pun dengan beternak ayam joper, hambatan tersebut menjadi tantangan yang harus diwaspadai dan segera dilakukan upaya antisipasinya. Berikut pembahasan yang menjadi topik utama edisi kali ini.

Gangguan Produktivitas dan Serangan Penyakit

Performa ayam joper dapat dicapai dengan optimal jika kondisi ayam sehat dan bebas dari infeksi penyakit. Dalam situasi atau cuaca yang normal, kebutuhan nutrisi yang tercukupi, pemeliharaan yang baik serta bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit maka tidak akan ada gangguan dalam kelangsungan produksi ayam. Faktor penyebab gangguan pertumbuhan dan produktivitas pada ayam joper dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor infeksius dan non infeksius.

  1. Non infeksius
    • Stress

Stres merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan respon tubuh, baik fisiologis, kimia, maupun tingkah laku terhadap segala bentuk perubahan dan gangguan fisik dari luar tubuh. Stres bisa menyebabkan tingkat produktivitas ayam joper menurun dimulai dari pertumbuhan yang terhambat. Stres bisa disebabkan perubahan cuaca ekstrem atau akibat suhu terlalu panas di atas zona nyaman > 28°C.

Selain stres karena perubahan cuaca dan suhu, penyebab stres pada ayam joper bisa dikarenakan faktor lain seperti lingkungan kandang yang berisik atau ramai, kondisi kandang kurang nyaman dan kurang bersih, maupun terjadi perubahan kualitas atau kuantitas pakan. Stres yang berkepanjangan bisa menekan pembentukan antibodi (imunosupresif) sehingga menurunnya daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit.

  • Kebutuhan nutrisi tidak sesuai

Kecukupan nutrisi dalam ransum tentunya berpengaruh besar terhadap produktivitas dan kondisi kesehatan ayam joper. Jika ayam joper kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi maka akan terjadi defisiensi. Selain itu, kelebihan nutrisi contohnya tingginya kadar protein dapat meningkatkan level amonia dalam feses. Pemberian ransum dengan protein kasar yang berlebih juga bisa memperparah kondisi stres.

  • Kepadatan kandang tidak sesuai

Tingkat kepadatan yang tinggi akan mengakibatkan ayam joper tidak leluasa beraktivitas, temperatur kandang naik, akumulasi gas amonia dari feses, menambah cekaman panas sehingga ayam joper mudah terserang penyakit.

  • Manajemen kandang kurang baik

Sistem ventilasi dan sirkulasi udara yang kurang baik bisa menganggu kenyamanan ayam hingga memudahkan penyakit menginfeksi. Pada kandang open house, sistem buka tutup tirai yang tidak optimal bisa menyebabkan ayam kedinginan dan terkena tampias air hujan maupun aliran udara yang terlalu kencang. Tingginya kelembapan di dalam kandang secara tidak langsung berpengaruh pula pada kualitas litter.

2. Infeksius

Perlu kita perhatikan bahwa ayam joper harus tetap prima dan tidak mudah terserang penyakit agar dapat berproduksi maksimal. Contoh penyakit-penyakit yang biasa menyerang ayam joper dan perlu diantisipasi antara lain :

  • Newcastle Disease (ND)

Secara umum gejala penyakit tetelo atau ND pada ayam joper serupa dengan gejala penyakit ND pada ayam ras, di antaranya ayam sulit bernapas, terdengar suara ngorok, terlihat lesu, bersin, mata mengantuk, tidak nafsu makan, serta feses encer berwarna kehijauan. Lebih spesifiknya ayam yang terserang ND ditemukan dengan sayap terkulai atau turun, serta leher terpuntir (tortikolis). Kerugiannya menyebabkan angka kesakitan yang tinggi 80-100% hingga kematian dengan pola semakin hari semakin meningkat.

  • Avian Influenza (AI)

Serangan penyakit AI pada ayam joper hampir sama dengan pada ayam ras. Virus AI yang bersirkulasi di Indonesia subtipe H5N1 (High Pathogenicity Avian Influenza) yang terdapat 2 clade yakni clade 2.1.3 dan 2.3.2 serta virus AI H9N2 atau Low Pathogenicity Avian Influenza (LPAI) yang telah teridentifikasi. HPAI bersifat akut dan ditandai oleh proses penyakit yang berlangsung cepat. Gejala khas pada serangan HPAI antara lain kematian tinggi, berhentinya produksi telur atau penurunan produksi, depresi, jengger dan pial kebiruan (sianosis), konjungtivitis, diare berwarna hijau, akumulasi lendir di rongga mulut, perdarahan di kaki (shank), ngorok dan kadang ditemui gangguan saraf (tortikolis). Sedangkan pada serangan LPAI sering ditemukan gejala berupa gangguan pernapasan (seperti susah bernapas dan ngorok), konjungtivitis, penurunan feed intake dan penurunan produksi telur yang sangat drastis. Namun angka kematian cenderung rendah bahkan masih dapat dikatakan normal.

  • Marek’s disease

Penyakit Marek merupakan penyakit limfoproliferatif pada ayam yang mudah menular dan ditandai dengan adanya tumor pada saraf perifer serta tumor pada berbagai organ dalam, kulit, dan otot. Gejala klinis pada kasus klasik umumnya mengalami kerusakan (pembengkakan dan kelumpuhan) pada saraf tepi yaitu pada saraf ischiadicus yang menyebabkan kelumpuhan pada kaki, nervus brachialis yang menyebabkan kelumpuhan di sayap (terkulai), serta nervus vagus yang menyebabkan gangguan dalam bernapas, serta leher menjadi terpuntir (tortikolis).

  • Infectious Coryza

Penyakit ini agak jarang terjadi pada ayam joper, namun kerap menyerang ketika kondisi kandang terlalu lembap terutama saat musim hujan tiba. Ayam yang terserang korisa akan mengalami pembengkakan muka, terutama di sekitar sinus infraorbitalis. Selain itu, tak jarang ditemukan pula mata berair seperti menangis. Saat dilakukan bedah bangkai, akan ditemukan di sekitar sinus infraorbitalis, adanya lendir atau kotoran dari hidung yang mula-mula encer kemudian mengental disertai bersin.

  • Kolera

Penyakit kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Pada serangan kolera bentuk akut, gejala kerap kali ditemukan beberapa jam atau beberapa hari sebelum terjadi kematian. Gejala yang nampak diantaranya penurunan nafsu makan, diare yang awalnya encer kekuningan dan lama-kelamaan berwarna kehijauan disertai mukus (lendir), peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka serta pial membengkak, terkadang muncul sianosis (perubahan warna kulit menjadi ungu kebiruan) pada jengger dan pial. Pada kolera bentuk kronis, dimana penyakit berlangsung lama (berminggu-minggu hingga berbulan-bulan), gejala yang nampak berupa sesak napas, bulu kusam, diare hijau keruh, kebengkakan pada kepala dan pial berisi cairan atau massa perkejuan, keluar lendir dari hidung dan mulut, serta kadang muncul kebengkakan pada kaki dan kelumpuhan.

  • Chronic Respiratory Diseases (CRD)

Gejala klinis CRD pada ayam joper serupa dengan ayam ras pada umumnya. Gejala klinis yang sering terlihat antara lain terdengar ngorok dan ayam kesulitan bernapas. Gejala lain yang muncul yaitu radang pada konjungtiva mata sehingga bengkak dan berair. Perubahan patologi anatomi yang terlihat antara lain rongga dan sinus hidung berlendir. Jika perubahan ini terjadi dalam waktu yang lama, lendir akan berwarna kuning dengan konsistensi seperti keju. Kantung udara menjadi keruh atau mengandung lendir.

  • Koksidiosis

Permasalahan koksidiosis atau sering disebut berak darah menjadi problema pada semua jenis unggas. Kasus koksidiosis banyak terjadi pada ayam yang dipelihara di kandang postal menggunakan litter. Kondisi litter yang lembap karena tumpukan litter yang terlalu banyak yang ditambah dengan tumpahan ransum, air minum maupun air hujan akan sangat mendukung perkembangbiakan Eimeria sp. Ayam yang terserang koksidiosis awalnya akan menampakkan gejala klinis seperti mengantuk, sayap terkulai ke bawah, bulu kasar (tidak mengkilat), nafsu makan rendah (anorexia), dan anemia.

  • Lymphoid Leukosis (LL)

Lymphoid Leukosis (LL) lebih sering dikenal dengan nama Big Liver Diseas. Penyakit ini disebabkan oleh Leukovirus dan termasuk bentuk dari leukosis kompleks. Penyakit tersebut mudah ditularkan melalui kontak langsung antara ayam-ayam sakit (horizontal) dan secara vertikal. Gejala yang muncul pada penyakit LL berupa nafsu makan menurun, depresi, jengger dan pial terlihat pucat sampai dengan kebiruan, perut tampak membesar dan bila diraba terasa keras serta mengalami perubahan patologi anatomi yang khas pada organ hati. Tumor ditemukan di berbagai organ tubuh setelah ayam berumur 4 bulan pada ginjal, paru-paru, jantung dan organ tubuh lain, tetapi paling sering ditemukan pada hati. Tumor dapat berbentuk nodular (benjolan), difus (menyebar) atau kombinasi bentuk tersebut.

  • Cacingan

Seperti halnya ayam ras, ayam joper juga bisa terinfeksi cacingan. Serangan ini umumnya tidak menimbulkan kematian, tetapi menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Cacingan menyebabkan ayam terlihat kurus karena menyerap sari-sari nutrisi pada usus ayam, sehingga pertumbuhan ayam terganggu. Gejala lain dari ayam joper yang terseranga cacingan yaitu terlihat lemah, pucat, sayap tampak turun dan nafsu makan berkurang. Cacing pita dan cacing gilig menjadi yang paling sering ditemukan pada ayam.

  • Histomoniasis (black head)

Penyakit ini sering disebut black head. Histomoniasis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Histomonas meleagridis. Histomonas meleagridis membutuhkan vektor mekanik yaitu cacing Heterakis gallinarum (hidup di sekum ayam) dan beberapa cacing tanah yang hidup di peternakan. Ayam rentan terinfeksi penyakit ini pada umur 4-6 minggu. Ayam akan mengalami susah makan (anorexia), lesu, sayap menggantung, kaku dalam berjalan dan tentunya terlihat pada bagian kepala tampak kehitaman (black head). Ayam juga mengalami diare berwarna kekuningan sampai merah karena usus terutama bagian sekum terinfeksi. Pada perubahan patologi anatomi ditemukan sekum menebal dan kemerahan, lumen usus berisi massa menyerupai keju, jaringan nekrotik dan komponen darah. Serta hati membesar, berwarna hijau atau kecoklatan dan mengalami nekrosis.

  • Cacar (fowl pox)

Gejala yang terlihat pada ayam yang terserang cacar terlihat dalam bentuk kering dan basah. Bentuk kering ditandai dengan bungkul-bungkul kecil berwarna keabu-abuan. Bungkul ini terlihat dengan jelas pada bagian kulit yang tidak berbulu seperti pial, jengger, pangkal paruh, kulit di sekitar bola mata, kulit kaki dan jari kaki. Lama kelamaan bungkul membesar dan akhirnya pecah sehingga menimbulkan keropeng. Sedangkan, pada bentuk basah akan ditemukan bungkul kecil berwarna putih di daerah saluran pernapasan dan pencernaan. Jika diperhatikan, maka bungkul tersebut membentuk seperti keju.

Menjaga Kesehatan Ayam Joper untuk Produksi Maksimal

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan ayam joper dan membantu memaksimalkan produktivitas, diantaranya:

  1. Ciptakan kondisi nyaman untuk ayam

Kondisi nyaman harus dirasakan ayam dimulai sejak DOC tiba di kandang. Tindakan sanitasi dan desinfeksi kandang telah dilakukan serta waktu kosong kandang yang disarankan sebelum DOC masuk adalah 14 hari terhitung sejak kandang bersih. Pada masa brooding, kita dituntut untuk bisa menciptakan tempat dan kondisi yang nyaman bagi DOC sebagai langkah awal untuk mencapai performa yang optimal.

Keberadaan ventilasi mutlak diperlukan untuk mendapatkan perputaran udara yang optimal sehingga mencegah bibit penyakit bercampur dengan udara bersih yang masuk ke dalam kandang. Upayakan suhu yang ideal untuk ayam joper yaitu sekitar 33-36°C untuk masa brooding dan 28-30°C untuk ayam dewasa.

Gunakan litter dengan ketebalan awal sekitar 8-12 cm untuk kandang postal dan 5-8 cm untuk kandang panggung. Ganti litter yang basah dan lembap dengan litter yang kering untuk mengurangi amonia. Berikan Ammotrol yang dilarutkan ke dalam air minum atau disemprotkan ke feses untuk mengurangi amonia di dalam kandang.

Sesuaikan pula kepadatan kandang. Jika luasan kandang yang diberikan lebih leluasa maka dapat menjamin semua ayam joper mendapat kesempatan yang sama untuk mendapat ransum, air minum, ruang gerak dan oksigen sehingga pertumbuhan dan produksi ayam seragam dan mencegah terserangnya penyakit.

2. Berikan ransum dan air minum sesuai kebutuhan dan berkualitas

Kecukupan nutrisi dan air minum. Nutrisi yang cukup juga dapat mencegah ayam joper mengalami defisiensi yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam joper menurun. Prinsip penggunaan pakan secara first in first out serta pengaturan kelembapan dalam kandang maupun gudang penyimpanan mampu menekan pertumbuhan jamur. Penyimpanan pakan perlu diberi alas papan dengan ketinggian sekitar 5-10 cm.

Dari segi kualitas fisik, air tidak boleh berwarna, berasa, dan berbau. Air juga harus terbebas dari partikel-partikel terlarut (tidak keruh). Kondisi fisik air yang kurang baik akan menurunkan tingkat konsumsi air minum ayam. Untuk suhu air minum yang baik bagi ayam adalah 20-24°C dan jika berada di luar rentang suhu tersebut, maka nafsu minum ayam akan hilang. Demikian dengan kualitas kimia seperti pH. Air dengan pH asam (<6,5) bisa menurunkan konsumsi air minum ayam.

3. Tingkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi

Ayam joper sebagai ayam lokal merupakan salah satu unggas yang memiliki daya tahan tubuh cukup tinggi terhadap penyakit, namun tetap harus dilakukan vaksinasi yang bertujuan menggertak sistem kekebalan dalam tubuh guna menghasilkan daya tahan tubuh yang lebih optimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam vaksinasi adalah program vaksinasi disesuaikan dengan kondisi setempat, waktu dan teknik pemberian vaksin tepat, dosis vaksin seragam, serta diberikan pada ayam sehat. Pastikan alat suntik steril dan jarum tajam jika aplikasi vaksin melalui injeksi (suntikan).

Berikut merupakan contoh panduan umum program vaksinasi (Tabel 1 dan 2) yang bisa dilakukan pada ayam joper pedaging dan petelur. Program vaksinasi ini tidaklah baku, namun dapat berbeda-beda di satu farm dengan farm yang lain. Hal ini bisa disesuaikan dengan riwayat serangan penyakit dan kondisi di lapangan.

4. Minimalisir bibit penyakit di lingkungan

Upaya minimalisir yaitu dengan melakukan sanitasi dan desinfeksi kandang dan peralatan. Saat kosong kandang dapat menggunakan Formades setelah kandang dicuci. Tempat pakan dan minum harus dicuci dan didesinfeksi secara rutin dengan Medisep. Lakukan pula flushing untuk membersihkan lumut atau biofilm yang menempel pada pipa saluran air. Terapkan pula pengontrolan lalu lintas orang yang keluar masuk kandang, penyemprotan kandang dan lingkungan sekitarnya setiap minimal dua kali seminggu dengan Medisep/Antisep/Neo Antisep serta sanitasi air minum dengan Desinsep. Pada saat vaksinasi melalui air minum, dapat ditambahkan Medimilk atau Netrabil untuk membantu memperbaiki kualitas air minum sehingga potensi virus vaksin dalam menggertak pembentukan antibodi menjadi optimal.

Kendalikan hewan liar dan vektor penyakit seperti tikus yang berkeliaran di kandang dan dapat menyebarkan bibit penyakit. Pada pemeliharaan ayam joper pedaging maupun ayam joper petelur perlu diperhatikan penanganan fesesnya. Kondisi yang lembap berakibat larva lalat mudah berkembang. Selain sebagai vektor penyakit, lalat dalam jumlah banyak akan membuat peternak/anak kandang merasa tidak nyaman di dalam kandang dan mempengaruhi kinerja. Untuk membasmi lalat bisa menggunakan produk Larvatox, Flytox dan Delatrin.

  1. Suplementasi dan medikasi

Suplementasi bertujuan mengurangi stres, meningkatkan stamina dan daya tubuh ayam, serta menjaga produktivitas optimal. Jenis suplemennya terdiri dari vitamin, mineral, asam amino, dan imunostimulan. Beberapa produk yang dapat diberikan antara lain Vita Stress dan Imustim.

Dalam menjaga kesehatan pencernaan ayam terhadap infeksi bakterial perlu dilakukan medikasi yang tepat. Untuk mencegah serangan bisa diberikan bermacam-macam produk alternatif pengganti AGP. Fithera mewakili herbal Medion yang dikembangkan secara khusus untuk membantu penyembuhan dan pencegahan infeksi bakteri (CRD, Korisa dan Colibacillosis) dan koksidiosis pada unggas. Jika sudah terjadi kasus infeksi, lakukan pengobatan yang tepat berdasarkan diagnosa, pemilihan obat, serta dosis dan aturan pakai.

Baiknya lakukan pemeriksaan feses secara rutin di MediLab (Medion laboratorium) untuk mendeteksi telur cacing di dalam feses dan menjadi dasar ketepatan pemberian obat. Uji parasit untuk mendeteksi kemungkinan adanya parasit protozoa juga bisa dilakukan di MediLab. Lakukan pemberian obat cacing secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing.

Setelah mengenal beberapa faktor penyebab terganggunya kesehatan ayam joper hingga menurunkan produktivitas, maka diharapkan kita dapat melakukan tindakan pencegahan agar bisa terhindar dari dampak kerugiannya dalam praktik manajemen perunggasan kita. Semoga bermanfaat. Salam.

Kiat Menjaga Kesehatan Ayam Joper
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin