Pakan yang baik sangat penting bagi pencapaian performa ayam. Kandungan nutrien dalam pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan pencapaian target feed intake (konsumsi pakan) menjadi dua hal yang harus diperhatikan oleh peternak. Palatabilitas atau rasa kesukaan ayam dalam mengonsumsi pakan menjadi hal penting dalam pencapaian target feed intake. Pakan yang segar akan meningkatkan nafsu makan ayam, pun sebaliknya. Pakan yang berbau tengik akan menyebabkan ayam enggan mengonsumsi pakan.

Terjadinya Ketengikan

Ketengikan merupakan proses alami yang disebabkan reaksi oksidasi lemak atau minyak yang terpapar dengan oksigen. Asam lemak tak jenuh yang terkandung dalam lemak atau minyak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksida. Radikal peroksida kemudian bereaksi dengan trigliserida lain membentuk hiperperoksida yang sangat tidak stabil dan terurai menjadi sejumlah produk sekunder, seperti aldehid dan alkohol. Dan akhirnya akan muncul ketengikan pada bahan baku maupun pakan.

Bahan baku yang perlu diperhatikan kontrol kualitasnya terkait dengan ketengikan antara lain bekatul, tepung ikan, bungkil kelapa, tepung kepala udang dan penambahan minyak (minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, minyak ikan, dll). Persentase penggunaan dalam pakan pun perlu diperhatikan, sehingga bisa menekan terjadinya ketengikan.

Parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat ketengikan bisa menggunakan nilai peroksida. Batasan nilai peroksida pada pakan adalah 100 m.eq/kg. Jika nilai peroksida melebihi 100 m.eg/kg akan menyebabkan penurunan performa ternak. Selain nilai peroksida, pengujian yang dapat dilakukan untuk menggambarkan nilai ketengikan antara lain analisis anisidine, malonaldehyde dan thiobarbituric acid (TBA). Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya reaksi oksidatif pada lemak atau minyak antara lain :

• Kelembapan atau kadar air. Kelembapan atau kadar air yang tinggi (>14%) akan mempercepat hidrolisis trigliserida yang menghasilkan asam lemak bebas yang mudah teroksidasi.

• Suhu. Peningkatan suhu pada penyimpanan bahan baku dan pakan juga meningkatkan laju oksidasi sehingga bahan baku dan pakan menjadi lebih mudah tengik.

• Cahaya. Cahaya menyediakan sumber energi yang dapat meningkatkan oksidasi lemak, terlebih lagi cahaya ultraviolet.

• Kandungan logam. Kontaminasi logam atau mineral anorganik, terutama besi dan tembaga yang berlebih akan memicu terjadinya reaksi oksidatif.

Efek Ketengikan

Ketengikan pada bahan baku dan pakan akan menyebabkan penurunan konsumsi pakan. Konsumsi pakan yang turun ini akan berakibat pada penurunan berat badan dan produksi telur, membengkaknya efisiensi pakan bahkan bisa meningkatkan kematian. Selain itu, beberapa efek dari ketengikan adalah :

• Menurunkan kadar energi
Terjadinya reaksi oksidasi pada lemak atau minyak yang menyebabkan terjadinya reaksi pada asam lemak dan trigliserida akan menyebabkan penurunan kadar energi dalam bahan baku maupun pakan.

• Merusak vitamin yang larut lemak
Vitamin terbagi menjadi dua kelompok, yaitu yang larut dalam lemak dan tidak larut dalam lemak. Vitamin A, D, E dan K merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Adanya reaksi oksidasi pada lemak, akan mengakibatkan vitamin tersebut mengalami kerusakan sehingga ketersediaannya berkurang.

Kerusakan vitamin larut lemak, terutama vitamin E akan berefek terhadap tingkat kesuburan (fertilitas) dan daya tetas. Selain itu, bisa memicu munculnya kasus encephalomalacia. Kondisi ini juga dapat menyebabkan penurunan respon imun (kekebalan) dan proliferasi limfosit.

• Menurunkan kadar asam amino
Oksidasi lemak yang terjadi pada bahan baku biji-bijian, seperti gandum, barley dan oat ternyata bisa menurunkan kadar asam amino, terutama metionin dan triptofan sebesar 26%.

• Memengaruhi ketersediaan xantofil (warna kuning pada kuning telur)
Oertel dan Hartfiel menyampaikan bahwa ada hubungan antara nilai peroksida (angka ketengikan) dan jumlah xantofil. Semakin tinggi nilai peroksida, semakin sedikit pengendapan xantofil. Dan hal ini bisa menyebabkan warna kuning telur memudar.

Penanganan Ketengikan

Reaksi oksidatif adalah proses alami, yaitu reaksi antara asam lemak tak jenuh dengan oksigen bebas. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi terjadinya reaksi oksidatif antara lain :

• Memperbaiki manajemen penyimpanan
Perhatikan manajemen penyimpanan bahan baku dan pakan, terutama saat di kandang. Ingat, reaksi oksidatif adalah proses alami. Saat reaksi oksidatif ini sifatnya autokatalitik, yaitu begitu dimulai, asam lemak teroksidasi akan terus terbentuk sehingga akan terjadi akumulasi ketengikan.

Manajemen penyimpanan yang baik akan menekan terjadinya reaksi oksidatif ini. Perhatikan kondisi suhu, kelembapan, kadar air, cahaya dan kontaminasi mineral besi dan tembaga yang berlebihan. Penggunaan pallet dan juga penerapan FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out) akan sangat membantu dalam menekan terjadinya reaksi oksidatif.

Bahan baku dan pakan sebaiknya disimpan dalam karung dengan kondisi tertutup. Disimpan dengan pencahayaan yang cukup. Dan jumlah pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan, hindari terjadinya penumpukan pakan pada tempat pakan karena akan mempercepat terjadinya ketengikan.

• Kontrol kualitas
Kontrol kualitas perlu dilakukan secara lebih ketat, terlebih lagi pada saat menerima bahan baku yang mudah tengik. Jika diperlukan lakukan uji peroksida, analisis malonaldehida dan thiobarbituric acid (TBA). Kombinasi ketiga uji ini akan memberikan gambaran lebih lengkap terkait dengan bilangan oksidasi.

• Formulasi ransum
Perhatikan batasan penggunaan bahan baku pakan yang mudah mengalami ketengikan. Batasi penggunaan bahan baku tersebut. Selain itu, kadar lemak kasar dalam pakan hasil formulasi juga perlu diperhatikan. Secara umum batas maksimal kadar lemak kasar dalam pakan adalah 7%.

Asam lemak teroksidasi dapat bereaksi dengan asam amino tertentu, seperti metionin dan triptofan. Oleh karena itu, saat penggunaan minyak atau lemak yang melebihi batas atau sudah terindikasi terjadi reaksi oksidatif, maka sebaiknya dilakukan penambahan atau peningkatan suplementasi kedua asam amino tersebut. Terlebih lagi, metionin dan triptofan merupakan asam amino essensial, yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh ayam sehingga kecukupannya tergantung pada kandungan dalam pakan yang diberikan. Penggunaan Mix Plus atau Top Mix akan membantu mengoptimalkan pemenuhan asam amino sekaligus vitamin larut lemak (A, D, E dan K).

• Penggunaan antioksidan
Antioksidan sering ditambahkan pada bahan baku atau pakan dengan kandungan lemak atau minyak yang relatif tinggi. Antioksidan dapat menunda proses oksidatif dengan menstabilkan asam lemak reaktif.
Antioksidan yang baik hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut :

✓ Harus efektif bekerja menghambat terjadinya reaksi oksidatif, meskipun dalam konsentrasi yang rendah
✓ Tidak beracun
✓ Harga relatif murah

Tabel 1. menunjukkan senyawa antioksidan yang sering digunakan dalam pakan. Saat ini mulai banyak ditemukan juga antioksidan alami, yaitu dari herbal yang kaya akan polifenol. Contoh herbal yang memiliki efek antioksidan adalah cengkeh, kayu manis, oregano, bawang putih, thyme dan peppermint. Selain itu, beberapa pigmen seperti karoten, beta karoten, astaxanthin, zeaxanthin, lutein dan canthaxantin juga memiliki aktivitas antioksidan.

Antioksidan sebaiknya diberikan sedini mungkin untuk menghasilkan efek yang optimal. Selain penambahan pada pakan, antioksidan juga bisa dicampurkan saat pengolahan bahan baku pakan. Misalnya antioksidan dicampurkan dalam lemak atau minyak, tepung ikan maupun dalam premix. Mix Plus dan Top Mix juga sudah mengandung antioksidan.

Penambahan antioksidan tunggal biasanya sudah mampu menekan reaksi oksidatif. Hanya saja pada kasus tertentu perlu melakukan kombinasi pemberian antioksidan. Hal ini tergantung dari kondisi bahan baku (kelembapan, kadar air, kontaminasi logam atau mineral anorganik), lama penyimpanan, suhu dan level atau kadar minyak atau lemak.

Efek penambahan antioksidan dalam menurunkan atau menekan reaksi oksidatif ditunjukkan pada Grafik 1. Penambahan antioksidan pada bekatul mampu menekan terbentuknya thiobarbituric acid (TBA) sehingga tingkat ketengikan bisa ditekan.

Ketengikan tidak hanya menurunkan nafsu makan ayam. Efek yang ditimbulkan begitu banyak. Oleh karena itu, perlu kita memperhatikan lebih jeli terhadap kasus ketengikan ini. Semoga bermanfaat dan sukses selalu.

Ketengikan pada Pakan
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin