Pakan berkualitas menjadi faktor penting yang menentukan performa ayam. Pakan berkualitas ini perlu dijaga mulai dari proses formulasi, pencampuran, penyimpanan sampai dikonsumsi oleh ayam.
Penyimpanan pakan yang baik akan mempertahankan kualitas atau kandungan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Penyimpanan pakan ini dimulai dari gudang pabrik pakan, gudang transit dan gudang di peternak. Jika peternak menggunakan pakan self mixing (mencampur pakan sendiri), maka gudang penyimpanan di kandang harus dibuat sedemikian rupa sehingga mampu mempertahankan kualitas pakan.
Penyimpanan yang Baik
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga komoditi yang disimpan dengan cara menghindari dan menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut. Penyimpanan pakan yang baik harus mampu mempertahankan kandungan nutrisi di dalamnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan penyimpanan pakan adalah :
– Gudang memiliki kapasitas penyimpanan yang sesuai dengan kebutuhan pakan dari ayam yang kita pelihara. Gudang yang baik hendaknya tidak bocor, terhindar dari matahari langsung, suhu berkisar 25-32°C dengan kelembapan tidak lebih dari 70%, bebas dari tikus maupun kutu. Selain itu, gudang harus memiliki desain dan layout yang baik, sehingga dapat mengaplikasikan sistem first in first out (FIFO). Hal ini sangat penting agar pakan yang disimpan memiliki kualitas yang baik.
– Kebersihan gudang harus dijaga. Gudang yang kotor akan menyebabkan tikus maupun serangga nyaman untuk berkembang biak di dalam gudang. Dan jika ini terjadi, maka akan timbul masalah yang fatal, seperti penurunan kualitas pakan yang disimpan.
– Tumpukan pakan harus rapi dan ada jarak yang cukup antara dinding dengan tumpukan pakan. Hal ini bertujuan agar pakan tidak mudah menggumpal dan meminimalkan keberadaan tikus.
– Pakan jangan disimpan terlalu lama. Rata-rata peternak memiliki stok pakan selama 1 bulan. Jika pakan disimpan terlalu lama, maka kandungan nutrisinya akan berkurang.
-Hindari penggunaan kemasan yang rusak, seperti berlubang atau berjamur. Kemasan yang rusak akan menyebabkan pakan tercecer, dan ini akan mengurangi jatah pakan yang diberikan ke ayam. Selain itu, ceceran pakan yang jatuh akan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan serangga maupun tikus. Pada peternakan ayam petelur, seringkali digunakan kemasan yang berulang. Alangkah lebih baiknya jika kemasan ini diberi kode sesuai dengan kandangnya. Hal ini untuk meminimalkan kasus penularan penyakit melalui kemasan. Dan sebaiknya ada masa pakai dari kemasan ini.
-Perhatikan kadar air dari pakan. Pakan yang baik hendaknya memiliki kadar air tidak lebih dari 14%. Kadar air yang tinggi dalam pakan akan menyebabkan peningkatan kontaminasi jamur dalam pakan. Apabila mendapatkan bahan baku dengan kadar air > 14%, segera keringkan dengan alat pengering khusus atau dengan bantuan sinar matahari (selama 2 hari). Jika kedua hal tersebut tidak memungkinkan, lakukan pengaturan stok dan gunakan sesegera mungkin. Tambahkan mold inhibitor seperti Fungitox, mengandung asam organik yang membuat suasana sekitar sel jamur menjadi asam sehingga pertumbuhan jamur pada pakan terhambat. Selain itu, adanya kompleks alumunium silikat akan mengikat mikotoksin dan mencegah efek negatifnya.
-Pakan hendaknya diletakkan di atas pallet. Hal ini bertujuan agar pakan tidak kontak langsung dengan lantai kandang. Pakan yang kontak disimpan langsung di atas lantai tanpa menggunakan pallet, akan mudah mengalami penggumpalan.Pakan akan menyerap air yang ada di lantai. Dan kondisi ini akan menyebabkan pakan mudah ditumbuhi jamur.
Kerusakan Selama Penyimpanan
Kerusakan pakan selama masa penyimpanan ditentukan oleh interaksi yang kompleks antara kondisi bahan baku pakan, kondisi lingkungan dan organisme (mikroorganisme, serangga dan rodentia) perusak kualitas pakan. Kerugian yang ditimbulkan selama penyimpanan akibat interaksi tersebut antara lain kehilangan berat, penurunan kualitas, meningkatnya risiko terhadap kesehatan dan kerugian ekonomis.
– Kontaminasi jamur
Interaksi antara suhu dan kandungan air pakan juga memengaruhi tingkat pertumbuhan jamur. Perubahan kadar air pakan menjadi fase uap didorong oleh peningkatan suhu. Akibatnya, kandungan air dan pertumbuhan jamur akan meningkat dengan meningkatnya suhu penyimpanan.
– Ketengikan
Penyimpanan bahan baku pakan berkadar lemak tinggi, seperti tepung ikan, bekatul dan bungkil kelapa sering mengalami oksidasi yang menyebabkan ketengikan. Proses oksidasi ini semakin cepat terjadi selaras dengan peningkatan suhu dan kelembapan dalam gudang.
– Serangan serangga dan kutu
Serangga dan kutu (arthropoda) mempunyai kontribusi yang besar terhadap kerusakan bahan baku pakan baik kerusakan fisik maupun kehilangan kandungan zat makanan akibat aktivitasnya. Bahan baku pakan secara umum tidak akan diserang oleh serangga pada suhu di bawah 17°C, sedangkan serangan kutu dapat terjadi pada suhu 3-30°C dan kadar air di atas 12%. Aktivitas metabolik serangga dan kutu menyebabkan peningkatan kadar air dan suhu bahan pakan yang dirusak.
Suhu, kelembapan relatif dan kadar air bahan baku pakan memengaruhi perkembangan serangga. Suhu yang rendah akan menekan perkembangbiakan dan aktivitas serangga sehingga pertumbuhannya menurun.
Kerusakan bahan baku pakan akibat serangan serangga merupakan kasus yang paling sering terjadi. Serangga mengambil dan memakan zat makanan dari biji-bijian atau bahan baku lain yang menyebabkan rusaknya lapisan pelindung bahan. Selain menyebabkan kerusakan secara fisik, karena sifatnya yang suka bermigrasi, serangga dapat memindahkan spora jamur perusak bahan baku pakan dan membuka jalan bagi kontaminasi jamur atau kapang yang menghasilkan mikotoksin. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan serangga berupa kerusakan fisik dan kimiawi. Kerusakan secara fisik terjadi akibat kontaminasi bahan baku pakan oleh kotoran, jaring, bagian tubuh dan bau kotoran dari serangga. Selain itu, serangga juga memakan dan merusak struktur fisik pakan. Kondisi ini akan menyebabkan kehilangan berat pada pakan. Kerusakan secara kimiawi menyebabkan penurunan kualitas bahan. Bahan baku pakan yang disimpan dapat mengalami beberapa perubahan kimiawi yang dapat merubah rasa dan nilai nutrisi. Serangga hama mampu mempercepat perubahan kimiawi berbahaya. Sekresi enzim lipase oleh serangga mampu meningkatkan proses kerusakan secara kimiawi.
– Rodentia (binatang pengerat)
Tikus merupakan salah satu rodentia yang menjadi hama dalam penyimpanan pakan. Tikus tidak hanya memakan pakan tetapi juga suka membuat lubang pada kantong pakan yang menyebabkan kebocoran. Dan kebocoran ini akan memicu perkembangan agen perusak pakan lainnya, terutama serangga. Tikus juga bisa berperan menyebarkan bibit penyakit dan jamur dalam gudang, karena tingkah laku tikus yang suka berpindah tempat. Tikus ini umumnya menyukai bahan baku pakan yang memiliki kandungan karbohidrat dan kadar air yang tinggi. Tikus memakan dan merusak pakan. Tikus mengonsumsi pakan ekuivalen dengan 7% berat badan per hari. Tikus dengan berat badan 300-350 gram mampu mengonsumsi 20-25 gram pakan per hari atau sekitar 7-9 kg per tahun. Kerusakan pakan yang ditimbulkan bukan semata karena jumlah pakan yang dikonsumsi tetapi juga akibat kontaminasi oleh feses, urin dan bulu. Kontaminasi tersebut akan menurunkan kualitas pakan. Pengendalian hama tikus dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Perlakuan secara fisik dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan, membangun tempat penyimpanan antitikus dan pencegahan alami. Tikus membutuhkan makanan dan tempat berlindung. Sanitasi dan kebersihan lingkungan merupakan syarat mutlak pencegahan serangan oleh tikus. Kebersihan tidak terbatas pada bangunan tempat menyimpan pakan, tetapi juga pada bangunan dan tanaman yang ada di sekitar tempat penyimpanan. Pengendalian hama tikus secara kimiawi dapat dilakukan dengan pemberian rodentisida akut atau kronis dan fumigasi. Rodentia akut sangat efektif dapat mematikan tikus dalam waktu singkat. Rodentisida antikoagulan akan menghambat proses pembekuan darah, sehingga tikus akan mati akibat pendarahan. Antikoagulan akan bekerja setelah tikus makan racun beberapa kali.
– Kontaminasi bakteri
Bakteri yang dapat menjadi kontaminan dalam penyimpanan pakan adalah Salmonella, Escherichia coli, Bacillus cereus dan Listeria monocytogenesis. Keberadaan bakteri dalam pakan yang disimpan mengindikasikan telah terjadi serangan lebih awal oleh burung dan tikus yang dapat terjadi selama proses pemanenan, pengangkutan dan penyimpanan dan produksi. Bakteri Salmonella merupakan salah satu bakteri yang paling umum terdapat di dalam bahan baku. Bakteri Salmonella bisa ditemukan pada tiap tahapan dalam proses produksi, pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan. Bahan pakan seperti tepung ikan, tepung darah, tepung tulang berisiko tinggi untuk dicemari oleh Salmonella. Salmonella biasanya tidak memengaruhi rupa, bau atau rasa dari pakan sehingga sulit dideteksi secara sederhana.
Penyimpanan pakan harus dilakukan dengan baik. Kesalahan dalam penyimpanan akan menyebabkan kualitas pakan menurun, baik secara fisik maupun kandungan nutrisinya. Menjaga kebersihan, suhu dan kelembapan yang baik, tidak terkena sinar matahari serta penerapan First In First Out (FIFO) akan membantu mempertahankan kualitas pakan.
Demikian artikel edisi kali ini, membahas tentang kerusakan pakan selama penyimpanan. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita. Sukses selalu.