Pertanyaan dari Bapak Yudi – by email
Bagaimana caranya mengatasi lalat yang berada di area peternakan yang populasinya cenderung meningkat pada musim hujan? Jika hendak menggunakan insektisida, hal-hal apa saja yang harus diperhatikan? Jika sudah diberikan Larvatox dengan dosis normal, apakah untuk pengulangannya lagi dosis bisa diturunkan? Terima kasih.
Jawaban
Terima kasih Bapak Yudi atas pertanyaan yang disampaikan. Saat musim hujan, kelembapan lebih tinggi sehingga feses menjadi cenderung lebih basah. Perlu kita tahu bahwa feses yang lembap bisa menjadi tempat perkembangbiakan yang ideal bagi lalat juga bagi bibit penyakit.
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan populasi lalat. Setiap 0,45 kg feses yang lembap dan basah dapat menjadi tempat berkembang biak (berlangsungnya siklus hidup) bagi 1.000 ekor lalat.
Feses yang baru dikeluarkan oleh ayam memiliki kadar air sebesar 75-80%. Sehingga sebaiknya feses tersebut harus segera diturunkan kadar airnya menjadi 30% atau kurang untuk mencegah perkembangbiakan lalat lebih banyak.
Teknik pengendalian lalat yang relatif umumnya banyak diaplikasikan ialah menggunakan metode kontrol mekanik. Di pasaran, juga telah banyak dijual perangkat alat untuk membasmi lalat, biasanya disebut sebagai perangkap lalat.
Perangkap tersebut bekerja secara elektrikal (aliran arus listrik) dan dilengkapi dengan bahan yang dapat menarik perhatian lalat untuk mendekat. Perangkap lalat seringkali diletakkan di tengah kandang. Di tempat penyimpanan telur sebaiknya juga diletakkan perangkap lalat ini.
Lalat juga tidak akan bisa bergerak atau terbang melawan arus atau arah angin. Oleh karena itu, bisa tempatkan fan atau kipas angin dengan arah aliran angin keluar kandang atau ke arah pintu kandang.
Kemudian pengendalian lainnya lebih mengarah pada upaya preventif dengan menciptakan suasana kandang yang “tidak nyaman” bagi perkembangbiakan lalat, diantaranya:
- Berikan ransum dengan kandungan zat nutrisi yang sesuai, terutama kandungan protein kasar dan garam. Ransum dengan kandungan protein kasar dan garam yang tinggi dapat memicu ayam minum banyak sehingga feses menjadi encer (basah).
- Membersihkan feses minimal setiap minggu sekali. Hal ini berdasarkan lama siklus hidup lalat, dimana lalat bertelur setiap seminggu sekali.
- Sampah basah dan sampah organik, seperti bangkai ayam mati yang ada di peternakan harus dikelola dengan baik. Sampah seharusnya dibakar, dikubur atau bisa saja dibuang, misalnya segera buang/kubur sampah pecahan telur yang ada di bawah kandang.
- Bersihkan kandang dan peralatan kandang secara rutin kemudian semprot dengan desinfektan seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep. Sebelum disemprot, pastikan tidak ada feses yang terselip di bawah kandang panggung.
- Jika perlu tambahkan batu kapur maupun abu pada litter sehingga dapat membantu mengembalikan kemampuan litter atau alas dalam menyerap air.
- Hati-hati saat penggantian atau pengisian tempat minum. Jangan sampai air minum tumpah. Selain itu perhatikan kondisi tempat minum atau paralon dan segera perbaiki kondisi genting yang bocor.
- Bersihkan ransum dan feses yang tumpah segera, terlebih lagi jika kondisinya basah.
- Jika feses akan disimpan, keringkan feses terlebih dahulu (kadar air <30%) dengan cara dijemur diterik matahari (jika memungkinkan). Feses yang disimpan dalam kondisi lembap bisa mempercepat perkembangbiakan larva lalat.
- Perhatikan sistem sirkulasi udara (ventilasi). Kondisi ventilasi kandang yang baik dapat mempercepat proses pengeringan feses.
- Pastikan juga saluran air di sekitar kandang berjalan lancar agar air limbah dari dalam kandang tidak menumpuk dan mengendap, bau dan akhirnya mengundang lalat untuk datang.
Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi lalat antara lain Flytox untuk membuhun lalat dewasa, Larvatox untuk membunuh larva lalat serta Bamaktin yang dapat juga digunakan untuk membunuh larva lalat. Namun penggunaan insektisida harus lebih hati-hati.
Perhatikan arah angin dan jangan terjadi kontak langsung dengan ayam karena sangat berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, untuk penyemprotan insektisida sebaiknya dapat dilakukan saat masa istirahat kandang.
Jika penyemprotan untuk membunuh larva lalat pada tumpukan feses misalnya dengan Bamaktin, aplikasi harus dilakukan secara hati-hati agar ayam tidak terpapar insektisida. Hal ini dilakukan dengan dengan cara kocor/siram (gembor, botol berlubang, tangki sprayer dengan butiran yang lebih besar) dan menghindari aliran angin yang kencang.
Obat lain yang dapat diberikan untuk memutus siklus hidup lalat dengan pemberian Larvatox (100 gram per 1 ton ransum). Obat ini akan mempertahankan bentuk larva lalat dan mencegah pematangan menjadi pupa dan bentuk dewasa sehingga tidak dapat tumbuh menjadi lalat dewasa.
Selain itu juga Larvatox dapat membuat feses menjadi lebih kering, sehingga media pertumbuhan lalat tidak ada yaitu feses. Campurkan 100 gram Larvatox dengan 5 kg ransum secara bertahap, kemudian campurkan dengan 1 ton ransum sampai homogen. Larvatox diberikan selama 4-6 minggu berturut-turut kemudian dihentikan selama 4-8 minggu dan gunakan kembali jika lalat terlihat mulai berkembang biak.
Teknik pemberian Larvatox tersebut dimaksudkan untuk memutuskan siklus hidup lalat secara tuntas. Hal yang perlu diperhatikan ialah jangan menghentikan pemberian Larvatox sebelum 4-6 minggu meskipun populasi lalat telah berkurang karena kita tahu fenomena gunung es dari lalat (lalat yang nampak hanya 20% dari populasi lalat sesungguhnya).
Pengurangan dosis Larvatox tidak direkomendasikan karena bisa mengakibatkan potensi obat tidak optimal dan dapat memicu resistensi obat. Larvatox memiliki kandungan zat aktif cyromazine. Zat aktif ini bekerja pada feses dan tidak diserap oleh usus, sehingga sangat aman untuk ayam.
Feses yang telah tercampur dengan cyromazine akan lebih cepat kering sehingga tidak memberikan kesempatan pada larva lalat untuk berkembang menjadi fase yang lebih dewasa.
Zat aktif cyromazine yang terkandung dalam Larvatox mempunyai rentang dosis yang lebar dengan toksisitas dosis untuk ayam mencapai 641 mg/kg pakan untuk 1 ekor ayam atau setara 6410 gram per 10 ton pakan, sehingga tingkat toksisitasnya sangat rendah atau tidak menyebabkan efek samping saat digunakan dalam dosis berlebih.
Walaupun demikian kami tetap merekomendasikan penggunaannya sesuai dosis (100 gram per ton pakan) dan aturan pakai yang dianjurkan karena dikhawatirkan efektivitasnya dapat menurun saat digunakan dalam dosis normal. Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas Larvatox yaitu:
- Pencampuran Larvatox dengan pakan kurang homogen. Sebaiknya, Larvatox dicampurkan dengan sebagian kecil pakan terlebih dahulu, baru setelah itu dicampurkan dengan jumlah pakan yang lebih banyak. Misalnya 100 gram Larvatox dicampurkan terlebih dahulu dengan 5 kg pakan (diambil dari 1 ton pakan), setelah itu baru dicampurkan secara keseluruhan dengan 1 ton pakan.
- Agar hasilnya baik, pemberian Larvatox harus dilakukan selama 4-6 minggu berturut-turut walaupun populasi lalat sudah terlihat berkurang. Setelah itu, pemakaian Larvatox harus dihentikan terlebih dahulu selama 4-8 minggu berikutnya dan gunakan kembali jika lalat terlihat mulai berkembang biak.
- Dosis Larvatox harus dipastikan tepat, karena dosis yang dikurangi dari dosis yang terdapat pada label obat dapat memicu terjadinya resistensi. Jika hal ini terjadi maka harus digunakan produk lain dengan zat aktif yang berbeda tentunya yang sama-sama efektif untuk membunuh larva lalat.