Bagi masyarakat Indonesia burung puyuh sudah tidak terdengar asing lagi. Hewan ini memang merupakan binatang liar yang hidup di gunung. Namun beberapa puluh tahun terakhir, burung liar ini sudah bisa dibudidayakan serta dikembangkan secara komersial.

Potensi pasar ternak puyuh memang terus berkembang pesat seiring dengan kebutuhan telur unggas tersebut. Berdasarkan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016), populasi puyuh di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 8,6% dari tahun 2015 mencapai 13.782.000 ekor menjadi sebanyak 13.933.000 ekor di tahun 2016. Sedangkan berdasarkan data pada tahun 2016 yang diperoleh dari 34 provinsi, populasi terbanyak ternak puyuh ini berada di wilayah Jawa Tengah.

Seiring meningkatnya selera masyarakat pada pangan olahan telur dan daging puyuh ini, permintaan pasar masih belum mencukupi. Melihat prospeknya, peternak harus mengetahui tata cara budidaya puyuh terutama dalam upaya menjaga kesehatan puyuh. Dengan begitu ketika kita melaksanakan manajemen pemeliharaan yang baik, puyuh bisa sehat, tumbuh dengan baik dan performanya maksimal. Kita pun bisa meraih keuntungan.

Mengenal Puyuh

Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh jepang yang disebut japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Setelah itu, puyuh mulai berkembang di seluruh dunia sebagai unggas ternak. Puyuh pertama kali diternakkan di Indonesia tahun 1979 dengan bibit impor dari luar negeri.

Karakteristik dari burung puyuh Coturnix coturnix japonica adalah bentuk badannya bulat dan lebih besar dari puyuh lainnya, panjang badannya sekitar 19 cm dan ekornya pendek. Bulu tubuhnya tumbuh secara lengkap pada umur 2-3 minggu dan perbedaan warna bulu antara puyuh jantan dan betina seringkali digunakan sebagai dasar dalam penentuan jenis kelamin. Puyuh betina pada bulu dadanya bewarna cokelat kekuningan dan dihiasi oleh bintik-bintik hitam sedangkan puyuh jantan berwarna cokelat polos kekuningan tanpa bintik-bintik hitam.

Umumnya bobot tubuh puyuh jantan lebih ringan dari pada bobot tubuh puyuh betina. Bobot tubuh puyuh jantan dewasa rata-rata sebesar 117 gram/ekor sedangkan bobot tubuh puyuh betina mencapai 143 gram/ekor. Suara puyuh jantan berat dan khas sedangkan suara puyuh betina nyaring dan keras.

Puyuh tergolong unggas yang relatif tahan terhadap serangan penyakit. Kematian akibat serangan penyakit atau faktor non infeksius lain hanya sekitar 10% (Wuryadi, 2013). Namun sudah sepatutnya jika kita tetap harus memperhatikan manajemen pemeliharaan, program kesehatan dan biosecurity yang digunakan, serta menciptakan lingkungan nyaman bagi puyuh.

Hambatan Masa Produksi

Performa puyuh akan optimal jika puyuh sehat. Faktor penyebab gangguan kesehatan puyuh dan menurunnya produktivitas bisa dikelompokkan menjadi 2, yaitu faktor infeksius dan non infeksius.

1. Non infeksius

  1. Stres

Puyuh mudah mengalami stres. Setiap kali puyuh dipindahkan dari kandang starter ke kandang grower serta dari kandang grower ke kandang layer, puyuh akan mengalami stres. Tingkat stres yang tinggi pada puyuh dapat menyebabkan menurunnya produksi telur. Stres bisa disebabkan pergantian musim atau akibat suhu terlalu panas. Suhu yang ideal untuk puyuh ialah 24-30°C dengan kelembapan 85%.

Suasana yang ramai, gaduh ataupun keberadaan orang-orang yang hanya sekadar untuk melihat-lihat membuat burung puyuh stres dan terkejut. Perilaku puyuh saat terkejut antara lain berlarian atau melompat sehingga menyebabkan luka pada tubuh puyuh karena terbentur dinding maupun atap kandang yang berakibat puyuh merasa tidak nyaman. Hal tersebut bisa berpengaruh terhadap nafsu makan puyuh sehingga terjadi penurunan produksi bahkan kematian.

  1. Kandang terlalu padat

    Kepadatan puyuh dalam kandang merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan karena tingkat kepadatan yang tinggi akan mengakibatkan puyuh tidak leluasa beraktivitas, temperatur kandang naik, akumulasi gas amonia dari feses, cekaman panas sehingga puyuh mudah terserang penyakit. Kandang yang terlalu padat juga mengakibatkan banyak puyuh yang terinjak-injak hingga mati (terutama masa starter).

  2. Kebutuhan nutrisi tidak sesuai

    Kecukupan nutrisi dalam ransum juga berpengaruh besar terhadap produktivitas dan kondisi kesehatan puyuh. Jika puyuh kekurangan nutrisi yang dibutuhkan maka akan terjadi defisiensi yang memudahkan terjadi gangguan kesehatan dan produktivitas. Selain itu, kelebihan nutrisi contohnya kadar protein berlebih dapat meningkatkan kadar amonia dalam feses. Puyuh yang kegemukan karena mendapat nutrisi yang berlebihan bisa mengalami prolapsus akibatnya lemahnya perototan saat mengeluarkan telur.

  1. Konstruksi kandang kurang baik

    Konstruksi kandang yang kurang baik terlihat pada lubang kandang yang berfungsi sebagai saluran telur dan lantai kandang. Sudah banyak kejadian puyuh yang terjepit pada lubang saluran telur (saluran keluarnya telur) sebagai bentuk upaya puyuh mengeluarkan diri dari kandang. Apalagi jika kawatnya yang tajam bisa melukai puyuh. Lubang alas kandang yang terlalu lebar juga bisa membuat kaki puyuh terperosok dan terjepit.

2. Infeksius

  1. Newcastle Disease (ND)

    Gejala penyakit ND atau tetelo pada puyuh hampir sama dengan gejala penyakit ND pada ayam, di antaranya puyuh susah bernafas, timbul bunyi ngorok, terlihat lesu, batuk, bersin, mata mengantuk, serta feses encer berwarna kehijauan. Namun, gejala yang paling spesifik, di antaranya sayap terkulai atau turun, jalannya mundur atau berputar-putar, serta kepala menunduk ke bawah, bahkan memutar hingga ke belakang.

  2. Avian Influenza (AI)

Penularan penyakit ini dapat melalui udara, air, tempat ransum dan minum yang terkontaminasi sehingga puyuh dalam satu kandang bisa seluruhnya terkena penyakit Avian Influenza (AI) dalam beberapa hari saja. Kejadian ini dapat menimbulkan kematian massal puyuh. Gejala penyakit AI puyuh hampir sama dengan gejala pada ayam terutama adalah terjadinya kematian secara mendadak dalam jumlah yang besar.

Untuk puyuh yang masih hidup terlihat lesu, hilang nafsu makan, bulu-bulu puyuh mulai rontok, timbul pembengkakan pada kepala atau kelopak mata puyuh. Terjadi pula pendarahan pada kulit atau pada bagian yang tidak ditumbuhi bulu, terutama pada kaki, dan tentunya penurunan jumlah telur yang dihasilkan.

  1. Infectious Bronchitis

    Penyakit bronchitis pada puyuh merupakan penyakit menular dan sangat cepat penyebarannya. Gejala klinis penyakit ini di antaranya kondisi puyuh menjadi lesu, mata dan hidung puyuh sering mengeluarkan lendir, badan gemetar, batuk atau ngorok, sulit bernapas, dan sering mengalami gejala mirip bersin. Selain itu juga penyakit ini menyebabkan kerabang telur puyuh tipis bahkan tidak berkerabang.

 

  1. Infectious Coryza

Penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang sering menyerang puyuh. Penyakit snot disebabkan oleh bakteri Avibacterium paragallinarum yang kerap menyerang ketika kondisi kandang terlalu lembap dan padat.

Ayam yang terserang korisa akan mengalami pembengkakan muka, terutama di sekitar sinus infraorbitalis. Selain itu, tak jarang ditemukan pula mata berair seperti menangis. Saat dilakukan bedah bangkai, akan ditemukan di sekitar sinus infraorbitalis, adanya lendir atau kotoran dari hidung yang mula-mula encer dan berlanjut sampai kental yang berbau menyengat, seperti bau telur busuk.

 

  1. Quail Enteritis

    Puyuh yang secara klinis telah terinfeksi menunjukkan gejala tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, feses cair dan mengandung asam urat berwarna putih.

  2. Salmonellosis (pullorum)

Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dari induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak puyuh. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas.

Puyuh yang terserang penyakit ini menunjukan gejala klinis seperti nafsu makan menurun, feses berwarna putih seperti kapur dan menempel di sekitar dubur berwarna putih, kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah kering, sayap menggantung dan kusam, serta suka bergerombol. Pada perubahan bedah bangkai akan terlihat hati berwarna kuning dan keras karena pembengkakan. Pada saluran pencernaan tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium (penggantung usus, red) dan otot ventrikulus serta sekum atau usus buntu penuh dengan massa berbentuk keju.

  1. Koksidiosis

    Tanda-tanda puyuh yang terserang koksidiosis akan terlihat lesu, sayap tergantung atau terkulai ke bawah, bulu kasar (tidak mengkilat), nafsu makan rendah (anorexia), menggigil dan feses encer bercampur darah. Biasanya pada puyuh, penyakit ini disebabkan parasit Eimeria tenela yang menyerang dengan menembus usus hingga menimbulkan luka.

Bagaimana agar Puyuh Tetap Sehat dan Berproduksi Optimal?

Hal-hal yang perlu kita perhatikan agar puyuh tidak terserang penyakit dan berproduksi optimal antara lain:

  1. Mempertahankan kondisi puyuh tetap prima

    Untuk mempertahankan kondisi puyuh tetap prima, tindakan yang wajib dilakukan ialah:

    • Vaksinasi

      Dibandingkan dengan unggas lain, puyuh merupakan jenis unggas yang memiliki daya tahan tubuh cukup tinggi terhadap penyakit, namun tetap harus dilakukan vaksinasi yang bertujuan menggertak sistem kekebalan dalam tubuh guna menghasilkan antibodi sehingga daya tahan tubuh puyuh lebih optimal.

      Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam vaksinasi puyuh adalah program vaksinasi disesuaikan dengan kondisi setempat, teknik pemberian vaksin tepat, dosis vaksin seragam, dan diberikan pada puyuh sehat. Pemberian vaksin pada puyuh juga harus sesuai dengan kebutuhan puyuh, dari jenis dan dosis vaksin, serta waktu dan cara pemberian vaksin. Gunakan air berkualitas baik jika vaksinasi diberikan melalui air minum. Pastikan alat suntik steril dan jarum tajam jika aplikasi vaksin melalui injeksi (suntikan). Sebagai panduan, kami tampilkan contoh jadwal vaksinasi puyuh pada Tabel 1.

    • Cleaning program

      Cleaning program bertujuan untuk membunuh bibit penyakit yang sedang dalam masa inkubasi (jangka waktu antara bibit penyakit masuk hingga menimbulkan gejala klinis). Pemberian antibiotik spektrum luas seperti Therapy, Neo Meditril, Trimezyn atau Doctril selama 3-5 hari sebelum kejadian penyakit (perhatikan sejarah outbreak pada pemeliharaan sebelumnya).

    • Suplementasi

      Suplementasi untuk puyuh bertujuan mengurangi stres, meningkatkan stamina dan daya tubuh puyuh, serta menjaga produktivitas optimal. Jenis suplemennya terdiri dari vitamin, mineral, asam amino, dan imunostimulan. Beberapa produk yang dapat diberikan antara lain Vita Stress, Puyuh Vitanak, Puyuh MediEgg, dan Imustim.

  1. Meminimalkan bibit penyakit

    Biosecurity merupakan kata kunci dari proses meminimalkan bibit penyakit. Tanpa penerapan biosecurity yang baik, maka populasi bibit penyakit yang tinggi akan bercokol di dalam kandang. Hal ini dapat menyebabkan puyuh rentan terhadap infeksi penyakit.

    • Menjaga kebersihan kandang dan peralatan

Upaya menjaga kebersihan meliputi sanitasi dan desinfeksi kandang dan peralatan. Tempat minum harus dicuci dan didesinfeksi setiap kali peternak akan mengganti atau mengisi air minum, sedangkan tempat makan yang biasanya berbentuk kotak kayu panjang cukup dikeruk agar mencegah tumbuhnya jamur dari ransum yang lembap. Pada beberapa kasus pada pemakaian tempat minum nipple, ditemukan pipa saluran yang berlumut dan menyumbat sehingga dapat menyebabkan puyuh kurang minum dehidrasi. Lakukan pula flushing untuk membersihkan lumut atau biofilm yang menempel pada pipa saluran air.

Terapkan pengontrolan lalu lintas orang yang keluar masuk kandang, penyemprotan kandang dan lingkungan sekitarnya setiap minimal dua kali seminggu dengan Medisep/Antisep/Neo Antisep serta sanitasi air minum dengan Desinsep.

 

Bersihkan dan buang feses yang menumpuk setiap hari setelah pemberian ransum dan air minum. Lakukan pembatasan lalu lintas manusia yang tidak berkepentingan dan terapkan celup alas kaki sebelum masuk dan keluar kandang.

    • Pengendalian hewan liar dan vektor penyakit

      Hama yang sering mengganggu ternak puyuh di antaranya tikus, kecoa, dan semut. Namun, hama yang cukup mengganggu yaitu tikus. Hama ini ada dimana-mana dan mudah menyerang apa saja, termasuk menyebarkan bibit penyakit bahkan dapat memakan telur puyuh. Pencegahannya dengan memasang tutup wadah telur pada ram kawat di lubang ventilasi kandang baterai serta selalu menutup pintu ruangan kandang. Jika memang diperlukan pestisida, maka pergunakan sebijaksana mungkin karena penggunaan yang tidak sesuai justru akan meracuni puyuh (toksik).

    • Isolasi puyuh sakit

      Puyuh sakit merupakan sumber penularan bibit penyakit yang utama dan sebaiknya segera dipisahkan sehingga penularan dapat diminimalkan terutama penyakit Coryza. Sedangkan puyuh yang mati segera dikeluarkan dari kandang dan dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.

  1. Memberikan kondisi lingkungan kandang yang nyaman untuk puyuh

Kondisi lingkungan yang nyaman meliputi kecukupan udara, air dan ransum baik secara kualitas maupun kuantitas.

    • Buat ventilasi yang cukup

Keberadaan ventilasi sangat mutlak diperlukan, meskipun dalam masa starter. Ventilasi berfungsi sebagai pintu lalu lintas udara. Aliran udara diibaratkan seperti aliran air maka udara yang masuk harus keluar dari sisi kandang lain yang terbuka atau terjadinya perputaran udara.

Hal ini sangat penting bagi puyuh karena dapat mencegah bibit penyakit yang bercampur dengan udara berputar di dalam ruangan. Ventilasi sebaiknya terbuka di setiap sisi kandang.

 

    • Kecukupan nutrisi dan air minum

Air minum harus selalu tersedia atau ad libitum. Perhatikan juga kualitas air minum baik fisik, kimia maupun kandungan mikroorganismenya. Kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan sangat menentukan terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. Terpenuhinya kebutuhan akan nutrisi tersebut, akan menghasilkan telur yang berkualitas, dan juga ikut berperan dalam meningkatkan jumlah produksi telur puyuh. Defisiensi nutrisi dalam ransum akan mengurangi bobot telur. Salah satunya defisiensi vitamin D. Vitamin D berhubungan dengan metabolisme kalsium, sehingga penting dalam pembentukan kerabang.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi puyuh di antaranya saat melakukan pergantian ransum ke periode selanjutnya harus dilakukan secara bertahap agar ternak dapat beradaptasi dengan kualitas ransum yang baru. Sebelum dan sesudah pergantian ransum juga berikan multivitamin seperti Vita Stress. Pemberian ransum jangan sampai terlambat karena akan berpengaruh terhadap produksi telur.

    • Pencahayaan optimal

Pada puyuh fase layer, pencahayaan sangat penting untuk diperhatikan. Lama pencahayaan merupakan faktor berpengaruh pada produktivitas telur. Lama pencahayaan mempengaruhi konversi ransum yang dikonsumsi puyuh. Puyuh yang mendapatkan pencahayaan lebih lama akan mengonsumsi ransum lebih banyak. Sebaiknya pencahayaan pada puyuh betina diberikan selama 24 jam, terutama untuk puyuh betina yang baru mulai bertelur. Namun, pencahayaan dapat diberikan 15 jam setelah semua puyuh bertelur. Puyuh akan memperoleh cahaya dari bohlam lampu berdaya 25 watt yang diletakkan di setiap 3 unit kandang.

 

    • Hindari suasana gaduh

Produktivitas puyuh sangat ditentukan oleh kenyamanan dalam berproduksi. Hindarkan puyuh dari suasana bising dan gaduh secara tiba-tiba karena akan membuat puyuh semakin stres hingga menurunkan produktivitas bahkan kematian.

    • Sesuaikan kepadatan kandang

Jika luasan kandang yang diberikan lebih leluasa maka dapat menjamin semua puyuh mendapat kesempatan yang sama untuk mendapat ransum, air minum, dan oksigen sehingga pertumbuhan dan produksi puyuh seragam dan mencegah terserangnya penyakit. Jumlah ideal puyuh dalam setiap boks maksimal 40 ekor per kandang. Sementara itu, untuk satu kandang berbentuk baterai, jumlah idealnya bisa 15 ekor per kandang. Berikut kami berikan contoh panduan standar kepadatan pada kandang boks untuk ternak puyuh (Tabel 2).

  1. Melakukan pengamatan kesehatan puyuh

    Pengamatan kesehatan puyuh harus dilakukan setiap saat, yaitu saat pemberian ransum dan air minum, membersihkan feses, memberikan vaksin, atau kegiatan rutin lainnya. Tujuannya agar gangguan terhadap kesehatan puyuh terpantau, seperti kurang nafsu makan atau gejala terserang penyakit. Pegawai kandang juga harus peka saat kontrol kandang apabila menemukan puyuh yang terjepit harus dibantu untuk dilepas.

Budidaya puyuh memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Agar potensi tersebut dapat dicapai tentunya peternak wajib memperhatikan keseimbangan program kesehatan yang tepat dan terciptanya lingkungan yang nyaman. Selanjutnya, dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang terkoordinasi dengan baik agar produksi bisa bertahan lebih lama dan keuntungan maksimal bisa diperoleh peternak. Salam.


Info Medion Edisi Juni 2017

Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).

Menjaga Puyuh Tetap Sehat dan Produksi Optimal
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin