Bapak Zainal Rozikin
Email : zainalrozikin1@gmail.com
Bagaimana mengolah susunan ransum pakan ayam Joper umur 0 hari sampai panen?
Jawab :
Yth. Bapak Zainal Rozikin, terima kasih atas pertanyaan yang diajukan. Menyusun ransum baik untuk ayam Joper maupun jenis ayam lain pada dasarnya sama. Perbedaannya hanya terdapat di target nutrisinya karena setiap ayam mempunyai kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda tergantung jenis, strain dan umur ayam serta pencapaian feed intake-nya. Dalam menyusun komposisi ransum self mixing yang tepat, ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang lengkap untuk ayam. Kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan dalam ransum ayam Joper adalah energi metabolisme, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, mineral (kalsium dan fosfor), vitamin dan asam amino. Pastikan bahwa ransum yang disusun mampu menyuplai kebutuhan nutrien bagi ayam sesuai dengan fase produksinya. Hal kedua yang harus dipertimbangkan ialah mengenai harga pakan dan ketersediaan atau suplai bahan baku ransum. Akan sangat baik jika dalam menyusun komposisi ransum kita bisa mendapatkan harga termurah (least cost). Jangan sampai kebutuhan nutrisi ayam terpenuhi tetapi biaya pakan yang dikeluarkan dari hasil formulasi sendiri (self mixing) justru lebih tinggi dibandingkan jika kita membeli ransum jadi dari pabrik. Beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam memformulasikan ransum antara lain:
- Ketersediaan bahan baku
Hal ini menjadi bagian terpenting dalam formulasi ransum. Bahan baku harus terus tersedia dengan jumlah dan kualitas yang baik. Usahakan mendapat bahan baku dari supplier yang berada dekat lokasi peternakan. Sering terjadi pada masa sulit bahan baku seperti jagung, peternak mendapatkan bahan baku dengan kualitas rendah. Akibatnya produktivitas ayam menurun. Bahan baku yang tersedia ini hendaknya memiliki kualitas yang stabil (tidak berubah-ubah), tidak mengandung toksin dan memiliki palatabilitas yang baik. Bahan baku yang biasa digunakan diantaranya adalah bekatul, jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya.
2. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi ransum yang utama meliputi energi metabolisme, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, mineral, vitamin dan asam amino. Komposisi nutrisi tersebut harus disesuaikan dengan jenis ayam, strain, umur dan pencapaian feed intake-nya. Seringkali dalam penyusunan ransum ini kurang diperhatikan kecukupan nutrisi mikro seperti asam amino, vitamin dan mineral. Hal ini bisa dikarenakan adanya keterbatasan data mengenai nutrisi tersebut. Ditambah lagi dengan sifat nutrisi mikro yang mudah mengalami kerusakan baik saat proses produksi, penyimpanan maupun distribusi sehingga kadarnya menurun, terutama untuk vitamin. Melihat kondisi ini perlu sekiranya kita memberikan penambahan feed supplement, yaitu pakan pelengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mikro esensial tersebut. Contoh feed supplement yang bisa kita tambahkan ialah Top Mix dan Mix Plus yang mengandung multivitamin, mineral dan asam amino yang penting untuk mengoptimalkan kesehatan, pertumbuhan dan performa pada unggas.
3. Konsumsi ransum
Tingkat konsumsi ransum menjadi pedoman penting yang mempengaruhi formulasi ransum. Saat konsumsi ransum kurang dari standar maka formulasi ransum perlu disesuaikan. Level nutrisi ransum tersebut perlu dinaikkan agar kebutuhan nutrisi untuk produksi tetap tercukupi. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kondisi suhu panas (heat stress), saat ayam sakit ataupun palatabilitas yang rendah. Begitupun sebaliknya, saat ayam makan lebih banyak, maka level nutrisi ransum dapat diturunkan agar asupan nutrisi tidak berlebih. Karena saat asupan nutrisi berlebih akan menyebabkan meningkatnya nutrisi yang dibuang di feses. Selain itu harga ransum juga akan lebih tinggi. Lakukan pemantauan dengan teliti dan kontinu terhadap pencapaian feed intake.
4. Batasan maksimal penggunaan bahan baku ransum
Perhatikan batasan penggunaan bahan baku. Karena penggunaan bahan baku yang melebihi batas bisa menimbulkan efek negatif bagi performa ayam. Saat penggunaan tepung ikan berlebih dalam formulasi ransum ayam bisa memicu munculnya kasus feses basah, terlebih lagi jika kontrol kualitas bahan baku tidak optimal.