Mengenal Infeksi AI H9N2 dan IB pada Ayam Broiler

Daftar isi

Kesehatan ayam merupakan poin penting dalam mendukung keberhasilan produktivitas di Peternakan. Kewaspadaan terhadap penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan & reproduksi menjadi hal yang perlu ditingkatkan. Kehadiran penyakit IB dan AI H9N2 memberikan dampak yang signifikan karena efeknya pada penurunan bobot badan dan gangguan pada sistem pernapasan. Gejala IB dan AI H9N2 pada ayam broiler sering dikelirukan dengan penyakit pernapasan akibat bakterial seperti CRD. Upaya pencegahan dan kepekaan dalam mendiagnosa penyakit ini menjadi kunci agar peternakan dapat terhindar dari infeksi dan mempercepat penanganan saat terjadi kasus.

Kejadian AI H9N2 dan IB di Lapangan

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh tim Technical Education & Consultation PT. Medion, penyakit AI dan IB menduduki peringkat ke-5 dan 6 pada rangking penyakit Viral Ayam Broiler tahun 2022-2024.

tabel ranking penyakit viral pada ayam broiler
Grafik 1. Rangking Penyakit Viral pada Ayam Broiler

Sedangkan untuk sampel yang berhasil teridentifikasi positif dari pengujian PCR (Polymerase Chain Reaction) yang dilakukan oleh tim Laboratory & Animal Trial Medion, dari tahun 2022 sampai 2024 tertampil pada grafik 2. Pada tahun 2024, angka positif AI H9N2 dan IB pada Broiler meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga hal ini perlu menjadi kewaspadaan kita dalam mencegah kejadian kasus di tahun 2025.

data kasus positif ai h9n2 dan ib pada ayam broiler
Grafik 2. Data Kasus Positif AI H9N2 dan IB pada Ayam Broiler (Terkonfirmasi Uji Lab PCR)

Penyebab Penyakit IB dan AI H9N2

IB atau Infectious Broinchitis, disebabkan oleh corona virus, yang merupakan virus beramplop dan single stranded RNA. Penyakit IB merupalan penyakit viral yang bersifat akut dan sangat mudah menular di segala kelompok umur ayam dengan masa inkubasi yang singkat, yaitu antara 18-36 jam. Virus IB dapat menyerang 3 sistem pada ayam, yakni pernapasan, reproduksi dan urinaria.


Avian Influenza atau yang lebih dikenal dengan nama Flu burung termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae dan terbagi atas beberapa subtipe berdasarkan kemampuan antigenitas dua protein permukaannya, yaitu Hemagglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA). Sampai saat ini di Indonesia dikenal 2 jenis Avian Influenza, yakni HPAI (High Pathogenic Avian Influenza) yang memiliki keganasan tinggi dan LPAI (Low Pathogenic Avian Influenza) yang memiliki tingkat keganasan rendah.

Namun keduanya sama-sama merugikan bagi peternak. HPAI yang kita kenal selama ini adalah Avian Influenza subtipe H5N1 yang menyebabkan kematian tinggi pada unggas, sedangkan jenis lain tergolong LPAI yang beredar di Indonesia adalah subtipe H9N2 yang termasuk ke dalam clade h9.4.2.5. Dikatakan LPAI dikarenakan serangan tunggal oleh AI tipe ini tidak menimbulkan kematian yang tinggi namun menyebabkan penurunan produksi pada ayam layer dan dominan gangguan pernapasan serta dampak imunosupresan pada ayam broiler.

Efek imunosupresan ini menyebabkan penyakit lain akan mudah menyerang dan vaksinasi yang diberikan menjadi tidak optimal. Infeksi keduanya baik AI H9N2 dan IB akan menyebabkan pertumbuhan ayam menjadi terhambat selain itu jika sudah disertai juga oleh infeksi sekunder, mortalitas juga akan meningkat.

Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi pada Ayam Broiler.

Secara umum infeksi AI H9N2 dan IB pada ayam Broiler ditandai dengan adanya gangguan pernapasan, seperti kesulitan bernapas dan adanya suara ngorok yang terdengar. Namun terkadang oleh peternak, gejala awal ini sering dikelirukan dengan infeksi bakterial seperti CRD, dalam perjalanannya ketika diberikan pengobatan antibiotik, penyakit ini tak kunjung sembuh.

Oleh karena itu dalam melakukan diagnosa khususnya AI H9N2 dan IB pada ayam Broiler kita tidak bisa hanya melihat dari gejala klinis saja. Namun perlu kita telisik lebih dalam lagi dengan pengamatan perubahan patologi anatomi pada organ melalui proses nekropsi atau pembedahan.

Dikarenakan beberapa perubahan yang mirip antara AI H9N2 dan IB, maka perlu kehati-hatian dan ketelitian dalam pengamatan organ-organ yang mengalami perubahan pada saat nekropsi. AI H9N2 dapat menyerang semua sistem organ, baik pernapasan berupa tracheitis dan laryngitis, maupun organ lain seperti usus dan ginjal. Namun beberapa perubahan yang paling menciri (patognomonis) adalah munculnya dilatasi pembuluh darah otak, adanya ptechie pada jantung, hemoragi pada otot dan lemak, serta peradangan pada proventrikulus.

G3 1
Gambar 1. Dilatasi pembuluh darah otak
G4 1
Gambar 2. Perdarahan otot dada
G5
Gambar 3. Laryngitis & Tracheitis

Secara patologi anatomi, antara infeksi AI H5N1 dan AI H9N2 tidak bisa dibedakan dengan pasti. Jika infeksinya tunggal, perubahan pada AI H9N2 akan terlihat lebih ringan dibandingkan dengan AI H5N1. Namun hal ini bergantung kepada keparahan penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder yang menyertai. Berdasarkan beberapa informasi kasus yang didapatkan sebelumnya, kejadian AI H9N2 tunggal jarang terjadi. Beberapa infeksi bakteri yang biasa mengikuti antara lain colibacillosis, CRD dan CRD kompleks, Coryza bahkan NE. Selain infeksi sekunder dari bakteri, infeksi virus seperti ND dan IBD juga sering ditemukan bersamaan dengan kasus AI H9N2.

Sedangkan untuk kasus IB, pada saluran pernapasan hampir menyerupai AI H9N2, yakni adanya peradangan pada laryng dan trachea. Namun untuk kasus IB perubahan yang khas (patognomonis) bisa kita temukan pada percabangan bronchus (bifurcatio trachealis) sampai ke bronchus yang mengalami peradangan. Selain itu karena IB juga menyerang sistem urinari sehingga menyebabkan kebengkakan pada ginjal, pada kasus yang parah juga ditemukan timbunan asam urat pada ginjal.

G6 1
Gambar 4. Radang pada bronchus
G7 1
Gambar 5. Ginjal bengkak

Pencegahan dan Penanganan saat Kasus

Upaya pencegahan terhadap kasus AI H9N2 dan IB dapat dilakukan dengan kombinasi dari penerapan biosecurity dan sanitasi serta vaksinasi. Meskipun vaksinasi AI pada ayam broiler jarang dilakukan, namun apabila suatu daerah tersebut sudah rawan terhadap AI atau pada peralihan musim penghujan dimana agen infeksi berkembang dengan pesat, tidak menutup kemungkinan tantangan AI H9N2 pada ayam broiler juga tinggi. Berikut panduan umum program vaksinasi AI H9N2 dan IB yang bisa digunakan.

G8
*) Program ini hanya sebagai panduan umum dan dapat disesuaikan dengan kondisi di peternakan

Selain pelaksanaan program vaksinasi, dalam pencegahan kasus AI H9N2 dan IB diperlukan penerapan biosecurity dengan ketat dan manajemen pemeliharaan yang baik, antara lain :

  • Maksimalkan penerapan 3 zona biosekuriti. Membatasi lalu lintas orang/ kendaraan yang keluar masuk kandang. Jika akan masuk kandang, lakukan desinfeksi baik kendaraan maupun personil. Batasi kontak dengan unggas lain.
  • Rutin melakukan sanitasi kandang dan peralatan dengan desinfektan golongan oxidizing agent khususnya untuk IB yang merupakan virus beramplop seperti Neo Antisep, sedangkan untuk AI H9N2 bisa menggunakan desinfektan dari semua golongan. Rutin menyikat alas kaki karena penyelupan/penyemprotan desinfektan saja tidak mampu menembus virus yang terdapat pada sela-sela alas sepatu.
  • Jika menggunakan litter/sekam, lakukan pergantian, penambahan dan bolak-balik secara berkala supaya kondisi litter tetap kering. Berikan Ammotrol via air minum untuk menjaga supaya feses ayam tetap kering dan mengontrol level amonia di dalam kandang.
  • Pada saat kosong kandang, pembersihan harus dilakukan menyeluruh ke setiap bagian kandang. Sela-sela kandang, dan bagian bawah dari kandang panggung juga tidak boleh lepas dari pembersihan. Setelah semua peralatan dikeluarkan, kandang dibersihkan dengan detergen dan disikat, kemudian disemprot air bertekanan tinggi. Semprotkan larutan kapur aktif pada seluruh bagian dalam kandang seperti lantai dan tiang-tiang serta bagian luar kandang. Biarkan sampai kering.
  • Menciptakan suasana nyaman bagi ayam, diantaranya seperti jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan jika memungkinkan bisa dilakukan sistem “all in all out” dan penerapan istirahat kandang minimal 2 minggu sejak keadaan kandang bersih.
  • Sanitasi air minum dengan menggunakan Desinsep untuk menekan penularan penyakit melalui air minum. Lakukan pula flushing untuk membersihkan lumut atau biofilm (dengan Bioflush) yang menempel pada pipa saluran air. Cek kualitas air minum peternakan secara berkala, minimal saat perubahan musim.
  • Kualitas pakan harus tetap terjaga hingga dikonsumsi oleh ayam.

Penanganan saat terjadi kasus

G9 1

Dalam penanganan kasus AI H9N2 dan IB di ayam broiler yang perlu kita lakukan adalah memperketat biosecurity, dengan rutin melakukan desinfeksi kandang dan air minum. Seleksi dan culling ayam yang menunjukkan gejala sakit parah. Pemberian suportif dengan Imustim atau Fortevit. Atasi infeksi sekunder yang muncul, jika bersamaan dengan bakterial maka dapat diberikan antibiotik seperti Neo Meditril atau herbal seperti Fithera.

Pemberian herbal yang memiliki aktivitas antivirus seperti REDUVIR juga bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan kesehatan ayam yang terinfeksi AI H9N2 atau IB, serta mengurangi kematian pada unggas yang terinfeksi. Reduvir merupakan sediaan cair suspensi yang mengandung ekstrak Rhizoma coptidis dan Andrographis paniculata yang keduanya memiliki aktivitas antivirus. Mengingat masa pemeliharaan yang pendek, pertimbangkan untuk melakukan panen lebih dini jika kasus terjadi mendekati umur panen.

Dengan memahami penyebab, gejala klinis dan patologi anatomi serta melakukan upaya pencegahan dengan kombinasi vaksinasi, biosecurity dan manajemen pemeliharaan yang baik, semoga ayam kita terhindar dari Infeksi AI H9N2 dan IB.

Bagikan Berita:
Berlangganan sekarang

Update informasi terkini seputar peternakan dan hewan kesayangan.

Artikel Terkait

Cari Informasi yang Anda Butuhkan