Bapak Roro
Palembang – Sumatera Selatan
Bagaimana langkah penerapan biosekuriti terhadap kendaraan yang masuk (transportasi) dan air sebagai media yang dapat menjadi penular penyakit?
Jawab:
Yth. Bapak Roro, terima kasih atas pertanyaannya. Biosekuriti memegang peranan penting bagi kemajuan industri peternakan di masa mendatang. Jika industri peternakan ingin maju dan sejahtera, meskipun sudah terdapat vaksin dan antibiotik dalam program medikasi, tetap diperlukan upaya untuk mencegah dan mengeliminasi bibit penyakit melalui program biosekuriti. Pemahaman dasar mengenai bagaimana suatu penyakit masuk, bertahan dan menyebar di suatu lokasi peternakan harus dipahami secara menyeluruh, sehingga tindakan kontrol penyakit dapat dilakukan dengan benar dan efektif. Secara umum, biosekuriti berarti serangkaian tindakan untuk mengurangi risiko transmisi bibit penyakit dan mencegah masuknya bibit penyakit ke suatu area (Martindah et al. 2014).
Bila biosekuriti dilihat dari segi hierarki, terdiri atas tiga komponen yakni biosekuriti konseptual, struktural, dan operasional. Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi dasar dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang yang tepat, pemisahan umur unggas, pembatasan kontak dengan unggas lain atau hewan liar. Biosekuriti struktural merupakan biosekuriti tingkat kedua, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak dan struktur kandang, pembuatan pagar yang benar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi ruang penyimpanan pakan dan ruang ganti pakaian. Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti tingkat ketiga yang terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi penyakit dalam suatu farm. Biosekuriti operasional terdiri atas tiga hal pokok, yakni isolasi, pengaturan lalu lintas, dan sanitasi (pembersihan dan desinfeksi). Agen penyakit dapat masuk atau ditularkan melalui media, diantaranya adalah alat transportasi dan air. Berikut ulasannya:
Transportasi
Kendaraan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebarnya penyakit antar peternakan. Berbagai jenis kendaraan yang masuk area peternakan mulai dari kendaraan pembawa bibit ayam, pakan, sampai kendaraan para petugas teknis berisiko membawa dan menularkan penyakit. Jika diterapkan pembagian 3 zona, yakni zona merah atau area kotor, zona kuning atau area transisi dari area kotor ke area bersih, serta zona hijau atau area bersih, maka kendaraan yang membawa barang yang benar-benar diperlukan saja yang boleh masuk ke zona kuning tanpa memasuki zona hijau dan sebelumnya harus didekontaminasi terlebih dahulu. Misalnya dengan menggunakan Sporades sebagai desinfektan yang dapat digunakan untuk sanitasi kendaraan maupun peralatan yang masuk ke area peternakan dengan cara dipping (pencelupan ban kendaraan) atau semprot. Kendaraan internal peternakan tidak boleh keluar, sedangkan kendaraan pribadi pekerja maupun tamu hanya boleh masuk atau diparkir pada zona merah.
Air Minum
Air merupakan salah satu media yang bisa menularkan bibit penyakit pada ayam. Dari data Technical Education and Consultation Medion bahwa 3 tahun terakhir (2017-2019) diketahui sebanyak 63,82% dari total sampel air di peternakan mengandung Coliform di atas standar dan 44,84% positif tercemar bakteri Eschericia coli (E. coli). Cemaran E. coli ini kemungkinan besar berasal dari feses ayam yang banyak mengontaminasi air permukaan. Oleh karena itu, air di peternakan harus didesinfeksi melalui pemberian antiseptik. Misalnya dengan menggunakan Antisep, Neo Antisep, Desinsep, Medisep, atau Zaldes (pilih salah satu). Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
- Dosis antiseptik yang digunakan harus mengikuti aturan pakainya.
- Antisep dan Neo Antisep tidak boleh digunakan untuk melarutkan obat/vitamin karena bersifat oksidator kuat sehingga bisa merusak potensi dari obat/vitamin tersebut. Jika air minum yang didesinfeksi akan digunakan untuk melarutkan obat/vitamin, dapat menggunakan Desinsep, Medisep, atau Zaldes. Namun khusus air minum yang dicampur dengan Desinsep, perlu diendapkan terlebih dahulu minimal 8 jam jika akan digunakan untuk melarutkan obat/vitamin. Sedangkan dalam hal vaksinasi (vaksinasi melalui air minum), jangan berikan air yang mengandung antiseptik selama 48 jam sebelum dan 24 jam sesudah vaksinasi karena virus vaksin akan rusak atau mati apabila kontak dengan antiseptik. Ketika dipakai untuk pemberian vaksin sebaiknya tambahkan bahan stabilisator air seperti Medimilk atau Netrabil. Maksud pemberian stabilisator ini adalah untuk menetralkan zat aktif dalam antiseptik yang bisa menurunkan daya kerja vaksin.
- Sebagai usaha mencegah adanya kontaminasi bibit penyakit dan agar mikroba baik di usus ayam tidak terganggu, program desinfeksi air minum bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian antiseptik, 2 hari air minum biasa dan 3 hari pemberian antiseptik lagi, demikian seterusnya berselang-seling.
Untuk menjamin bahwa air yang kita berikan pada ayam sudah memenuhi syarat air bersih dan penanganan permasalahan kualitas air bisa dilakukan dengan tepat, sebaiknya lakukan terlebih dahulu pengujian sampel air di Laboratorium Medion (MediLab). Lakukan pengujian secara periodik, terutama saat terjadi pergantian musim atau minimal 1 tahun sekali.
Kadangkala kita juga sering menemukan lapisan semacam lendir (biofilm) dan lumut yang menempel di permukaan tempat minum, tandon/bak penampung, dan pipa air yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikroba patogen seperti bakteri E. coli (penyebab colibacillosis). Oleh karena itu diperlukan pula program dan manajemen flushing yaitu dengan membersihkan pipa saluran air minum menggunakan air bertekanan tinggi (sekitar 1,5 – 3 bar) atau dengan laju penyemprotan air 1 menit setiap 30 meter pipa paralon. Flushing dapat dilakukan secara rutin terutama setelah pemberian antibiotik, vitamin, dan vaksin lewat air minum. Sebelum dilakukan flushing sebaiknya saluran pipa air dikosongkan dulu sampai tidak ada sisa air. Tindakan flushing akan lebih optimal jika sebelumnya bagian dalam pipa direndam dengan bahan pengangkat biofilm seperti hidrogen peroksida (H₂O₂) agar biofilm bisa terangkat/terlepas. Untuk membuat larutan H₂O₂, sebanyak 20-30 ml cairan H₂O₂ murni dicampur dengan 1 liter air. Larutan H₂O₂ tersebut kemudian dilarutkan ke dalam bak penampungan/tandon air dan dialirkan hingga ke ujung pipa-pipa yang mengarah ke tempat minum atau nipple drinker. Setelah itu, didiamkan minimal 2-3 jam, baru kemudian dibilas dengan air bertekanan atau di-flushing. Selain H₂O₂, dapat juga menggunakan bahan lain seperti asam sitrat dengan dosis 3 gram/liter atau asam cuka dengan dosis 8 ml/liter yang didiamkan dahulu selama 1 jam.
Ketika akan dilakukan flushing dengan menggunakan bahan kimia, sementara saluran pipa air tidak bisa digunakan untuk mengaliri air minum ayam ke nipple drinker, maka supaya ayam tidak kehausan, sebaiknya menyiapkan tempat minum manual pada malam hari saat konsumsi minum ayam sedikit, atau metode flushing ini dilakukan saat kosong kandang. Namun, jika flushing menggunakan air dengan tekanan tinggi ataupun alat Harsonic yang memanfaatkan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mencegah dan menghilangkan biofilm maka hal tersebut tidak perlu dilakukan.