Penyakit Infectious Bronchitis (IB) masih menjadi momok utama di sektor perunggasan, terutama pada budidaya ayam petelur dalam 3 tahun terakhir ini. Penyakit IB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah kejadian di farm unggas khususnya ayam petelur.
Kejadian Terkini Kasus IB di Lapangan
Berdasarkan data lapangan tahun 2016-2018, penyakit IB masih menempati 10 besar rangking penyakit pada ayam petelur. Selama 3 tahun tersebut, kejadian penyakit IB cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Diketahui pula pola serangan kasus IB pada tahun 2018 yang mengalami peningkatan pada akhir tahun (Grafik 2). Hal tersebut diduga karena kondisi cuaca di Indonesia yang tidak menentu, menyebabkan kondisi tubuh ayam mudah stres sehingga memicu munculnya kasus IB. Selain itu, diduga akibat kondisi lingkungan kandang yang lembap sehingga virus IB cukup stabil dan mudah berkembang.
Penyakit IB merupakan salah satu penyakit yang cukup penting karena menyebabkan kerugian sebagai berikut:
-
Penurunan kualitas dan kuantitas telur (penurunan produksi bisa mencapai 70%)
-
Dapat menyerang pada berbagai umur ayam
-
Tingkat mortalitas ayam bisa mencapai angka 25-30% sedangkan angka kesakitan (morbiditas) relatif tinggi yaitu 100%
-
Hambatan pertumbuhan
-
Menjadi faktor predisposisi penyakit pernapasan lain
Virus IB memiliki kemampuan untuk bermutasi atau bertukar genetik dengan mudah. Akibatnya, banyak varian strain yang teridentifikasi dan sulit dikontrol dengan vaksinasi. Beberapa IB varian yang sudah masuk di Indonesia seperti QX strain yang berasal dari China ataupun 4/91 strain asal Inggris. Hasil pemetaan virus IB yang dilakukan oleh Research & Development Biology Molekuler Medion (2017), menunjukkan bahwa virus IB varian di Indonesia satu grup dengan QX strain, yaitu grup A2 atau yang bisa disebut QX like.
Diagnosa Penyakit
Pada kasus IB yang disebabkan oleh QX strain menunjukkan perubahan patologi anatomi berupa pelebaran oviduk yang berisi cairan bening (cystic oviduct). Hal ini bisa diketahui secara klinis apabila kejadian sudah berlangsung lama (kronis) dengan gejala perut ayam tampak membesar dan berjalan dengan mendongak seperti pinguin. Pada kejadian awal bisa terjadi akumulasi cairan bening di dalam oviduk, akan tetapi belum terlihat secara klinis. Hanya saja pada kasus ini ayam sudah tidak bertelur lagi. Perubahan lain bisa tampak dari adanya lesi pada ginjal (renal damage). Ayam-ayam yang terinfeksi IB dan masih bertelur, telur yang dihasilkan seringkali berkerabang pucat, tipis dan bentuknya tidak simetris. Kasus IB yang disebabkan oleh 4/91 strain, jarang ditemukan lesi atau perubahan patologi spesifik pada organ ayam. Virus strain ini cenderung lebih lama bermultiplikasi di saluran pencernaan.
Gejala lain yang umumnya ditemukan pada ayam yang terserang penyakit IB yaitu: gangguan pernapasan, putih telur encer disertai blood spot pada bagian kuning telur. Dari perubahan yang diamati setelah bedah bangkai, umumnya ditemukan peradangan pada bagian trakea dan ovarium lembek (membubur).
Untuk memastikan strain virus IB yang menyerang bisa dilakukan uji laboratorium dengan metode Polymerase Chain Reaction Test (PCR) dan sequencing. Uji PCR bisa dilakukan di MediLab dengan mengirimkan sampel organ yang dibekukan. Pada kasus akut (3-5 hari), sampel terbaik diambil dari trakea, karena pada kasus akut titer virus IB tinggi di organ trakea dan bronkus akan turun sampai dengan level yang tidak terdeteksi pada 2 minggu pasca infeksi. Pada kasus kronis sampel diambil dari trakea, laring, caeca tonsil dan ginjal.
Penanganan
Tidak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan penyakit Infectious Bronchitis. Apabila sudah menyerang maka yang bisa dilakukan adalah membuat kondisi tubuh ayam cepat membaik dan meningkatkan nafsu makannya dengan pemberian nutrisi lengkap, multivitamin, berikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder serta perketat biosecurity. Hampir semua jenis desinfektan efektif membasmi virus IB ini.
Penyakit IB seringkali diikuti dengan infeksi sekuder atau serangan penyakit lainnya. Diagram di bawah menunjukkan infeksi sekunder yang seringkali terjadi pada serangan penyakit IB (Grafik 3). Untuk menangani kejadian penyakit komplikasi seperti ini, dapat dilakukan langkah-langkah seperti berikut:
- Lakukan seleksi pada ayam ayam yang sudah parah atau tidak produksi selama 5-7 hari atau dilihat dari kontinuitas bertelurnya.
- Pada ayam yang masih terlihat sehat dapat dilakukan revaksinasi darurat dan berikan terapi suportif menggunakan multivitamin seperti Egg Stimulant, Fortevit, Mix Plus atau Top Mix untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh ayam serta menstimulasi produksi telur.
- Kroscek dengan uji serologi terutama terhadap penyakit penurunan produksi telur lainnya seperti EDS maupun AI.
- Jangan lupa untuk kroscek dengan faktor non infeksius seperti adanya mikotoksin, kualitas pakan, faktor imunosupresan lainnya seperti stres, maupun manajemennya sendiri.
- Lakukan semprot kandang secara rutin tiap 2 hari sekali untuk meminimalkan bibit penyakit di kandang. Batasi lalu lintas kendaraan maupun orang yang keluar masuk kandang. Jika terdapat indikasi adanya infeksi sekunder bakteri, maka perlu pemberian antibiotik spektrum luas seperti Neo Meditril, Doxytin atau Proxan-S.
Pencegahan Penyakit IB
Vaksinasi dapat mencegah kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit ini. Program vaksinasi untuk mencegah penyakit IB adalah kombinasi vaksin IB klasik dan IB varian. Hal ini karena kasus IB di lapangan disebabkan oleh strain klasik dan strain varian. Telah kita ketahui bersama bahwa tingkat proteksi silang antar virus IB tergolong rendah.
Vaksinasi bukan satu-satunya cara untuk melindungi ayam dari serangan virus IB, upaya terbaik yang penting dilakukan untuk mendukung keberhasilan vaksinasi, diantaranya:
- Melaksanakan manajemen pemeliharaan dengan benar dan tepat. Terutama pada kelancaran ventilasi dan pengaturan kepadatan kandang.
- Menghindarkan ayam dari kondisi imunosupresan (infeksius dan non infeksius) dan stres sebagai langkah pencegahan masuknya virus dengan mudah.
- Memberikan nutrisi lengkap dan multivitamin sebagai suplemen dalam menjaga daya tahan tubuh.
- Desinfeksi dan biosecurity dilakukan dengan tepat dan ketat mengingat virus IB mudah mati oleh berbagai jenis desinfektan.
Semoga bermanfaat. Salam.