Seperti yang sudah diketahui bahwa susu mengandung nutrisi yang penting bagi tubuh, seperti kalsium, vitamin, lemak dan protein. Kualitas produksi susu perlu diperhatikan agar kandungan gizinya tetap terjaga. Produksi susu yang berkualitas dihasilkan dari peternakan sapi perah dengan manajemen yang baik.
Manajemen kesehatan ternak menjadi satu hal yang perlu diperhatikan. Salah satu penyakit yang rentan menyerang sapi perah yaitu penyakit mastitis. Mastitis sering menjadi masalah utama karena dapat menyebabkan penurunan produksi susu dalam jumlah besar.
Mastitis Klinis dan Subklinis
Mastitis merupakan penyakit radang pada salah satu kuarter ambing atau lebih yang disebabkan mikroorganisme patogen atau bakteri. Mastitis terjadi karena adanya infeksi mikroorganisme ke ambing melalui lubang puting kemudian mikroorganisme berkembang dalam jaringan kelenjar yang menyebabkan terjadinya peradangan.
Penyebab mastitis ialah bakteri yang menginfeksi jaringan ambing. Beberapa diantaranya seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysgalactiae, Escherichia coli, dan Streptococcus uberis. Bakteri penyebab mastitis bisa berasal dua kategori, bakteri yang bersifat kontagius dan yang berasal dari lingkungan. Mastitis kontagius (contagious mastitis) adalah mastitis yang sumber penularannya dari ambing yang terinfeksi dan menyebar ke ambing sehat selama proses pemerahan. Infeksi dapat ditularkan melalui spons yang digunakan untuk membersihkan puting, dari tangan pemerah, atau melalui mesin yang digunakan pada waktu pemerahan. Mastitis lingkungan (environmental mastitis) adalah mastitis yang terjadi karena kontaminasi bakteri yang berasal dari lingkungan, seperti air, alas kandang atau dari kotoran yang berada di sekitar sapi.
Faktor predisposisi atau pemicu terjadinya mastitis antara lain luka pada puting akibat perlakuan pemerahan yang kasar, tekstur lantai kasar serta sanitasi yang buruk baik area kandang, tubuh sapi, peralatan dan tangan pemerah yang kotor. Kemudian juga bisa karena kondisi status gizi sapi yang buruk, baik dari kualitas dan kuantitas pakan.
Mastitis dapat dibedakan menjadi mastitis subklinis dan klinis. Mastitis klinis ditandai gejala klinis yang dapat dilihat berupa pembengkakan ambing, rasa sakit, panas, kemerahan hingga penurunan fungsi ambing. Ditemukan juga kondisi fisik susu yang berubah. Pada susu yang bermasalah akan terlihat gumpalan yang terdiri dari protein susu. Pada kondisi yang parah gumpalan tersebut juga mengandung protein darah yang pecah dari dinding pembuluh darah.
Sedangkan mastitis subklinis, secara fisik tidak ada perubahan pada susu dan ambing namun jika dilakukan uji mastitis terjadi peningkatan jumlah sel darah putih dalam susu. Biasanya sebanyak 97-98% kasus mastitis merupakan mastitis subklinis sehingga sangat penting untuk diwaspadai. Jika diagnosa terhadap mastitis subklinis terlambat maka tindakan atau penanganan yang dilakukan juga akan terlambat dan bahkan memperparah kondisi. Semakin cepat sapi diobati maka semakin besar peluang untuk sembuh.
Strategi Pencegahan Mastitis
Mastitis dapat dicegah atau diminimalisir dengan menerapkan beberapa hal berikut :
- Peningkatan sanitasi
Bersihkan area kandang dengan menyemprot kandang beberapa saat sebelum dilakukan pemerahan. Peralatan pemerahan juga tidak lupa dibersihkan seperti ember untuk menampung susu, milk can, saringan, corong dipersiapkan dalam keadaan bersih. Sebelum digunakan, peralatan perlu dibersihkan dan dicuci dengan sabun. Kemudian bilas dengan air mendidih lalu dikeringkan. Selain kandang, badan sapi juga harus dibersihkan. Jika sapi kotor akan mencemari atau menurunkan kualitas dan higienitas susu.
2. Penerapan manajemen pemerahan yang baik yang perlu dilakukan antara lain:
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum memerah. Hal ini juga dilakukan setiap akan berganti sapi yang diperah. Dengan tangan yang bersih akan mengurangi penyebaran mastitis.
- Pembersihan ambing sebelum dan sesudah pemerahan dengan kain yang bersih dan tidak dipakai bergantian dengan ternak lainnya. Bersihkan puting sapi dengan air hangat kemudian dilap dengan kain kering.
- Lakukan teat dipping atau pencelupan puting sebelum diperah kurang lebih selama 30 detik dengan Antisep atau Neo Antisep untuk mencegah masuknya bakteri ke puting sapi perah. Keringkan puting dengan lap kering dan bersih.
- Pemeriksaan susu pertama yang keluar dari ambing (pra-pemerahan) dilakukan dengan mengambil sekitar 3-4 pancuran ke dalam gelas kemudian cek terhadap kualitas susu misalnya warna atau adanya gumpalan. Hal ini perlu dilakukan pada setiap sapi sebelum diperah untuk memastikan kualitas susu dan sebagai warning atau peringatan awal jika ada kecurigaan terhadap mastitis. Pengeluaran susu pertama ini juga sekaligus untuk membuka saluran puting susu dan membersihkan bakteri yang berada di sekeliling lubang puting. Jika perlu untuk mengetahui ternak terinfeksi mastitis subklinis maka lakukan uji California Mastitis Test (CMT) minimal 1x dalam 1 siklus masa laktasi.
- Pada pemerahan manual yang dilakukan dengan tangan, pegang puting secara lembut saat memerah. Usahakan pemerahan dilakukan oleh orang dan waktu yang sama. Pemerahan dapat dilakukan 60-120 detik setelah stimulasi.
- Pemerahan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, pemasangan milking unit dapat dilakukan 1 menit setelah pengambilan susu pra-pemerahan. Sebelum melepaskan mesin perah, pastikan ambing diperah secara tuntas. Perhatikan tekanan mesin vakum mesin, jangan sampai terlalu kuat.
- Sesudah pemerahan, puting dilap dengan kain yang dibasahi air hangat. Kemudian dipping/celup puting lagi ke larutan antiseptik Antisep untuk mendesinfeksi saluran puting saat masih terbuka untuk menurunkan risiko terjadinya mastitis.
- Segera bersihkan area tempat pemerahan dari sisa-sisa susu yang tumpah. Jika menggunakan mesin pemerahan, bersihkan setelah digunakan.
- Berikan pakan setelah selesai pemerahan agar ternak tidak langsung merebahkan diri sehingga puting tidak menyentuh lantai. Spinchter atau lubang puting butuh waktu sekitar 20-30 menit untuk menutup sempurna setelah pemerahan sehingga dalam interval waktu tersebut rentan masuknya terkontaminasi mikroorganisme.
- Susu hasil pemerahan disaring dengan kain saring bersih dan dimasukkan ke dalam milk can. Hasil produksi susu harus segera dikirimkan ke tempat penampungan susu agar tidak cepat rusak dan terkontaminasi.
3. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan
Berikan pakan dengan nutrisi yang mencukupi (mineral, vitamin, energi, dan protein). Jika perlu tambahkan Mineral Feed Suplement S untuk menambah produksi susu pada sapi perah dan mencegah terjadinya defisiensi mineral. Serta pemberian multivitamin (Injekvit B-Plex atau Vita B Plex Bolus Extra Flavor) untuk meningkatkan daya tubuh sapi, serta memperbaiki metabolisme sehingga produktivitas lebih baik.
Herbal untuk Mencegah Mastitis
Dengan berbagai penelitian yang sudah dilakukan, herbal dapat dimanfaatkan di dunia peternakan, salah satunya adalah untuk pencegahan mastitis pada ternak. Suplemen Mastigrin merupakan produk herbal yang mempunyai khasiat untuk membantu mengurangi kejadian mastitis serta meningkatkan produksi susu. Mastigrin dapat mengurangi jumlah somatic cell count (SCC) dan total plate count (TPC) dari susu.
Keunggulan Mastigrin ialah tidak ada withdrawal time/waktu henti obat dan residu obat, sehingga aman digunakan selama periode laktasi dan susu dapat dikonsumsi. Dosis yang dapat diberikan yaitu 2,5 g per 100 kg berat badan dicampurkan dalam ransum selama 5-10 hari berturut-turut. Mastigrin juga bisa diberikan untuk ternak domba dan kambing dengan dosis 1,3 gram per 100 kg berat badan. Beberapa senyawa herbal dalam suplemen Mastigrin memberikan manfaat sebagai antiinflamasi dan antibakteri, serta untuk meningkatkan hormon prolaktin dalam membantu melancarkan produksi susu.
Mastitis menyebabkan kerugian besar untuk peternak sapi perah. Pencegahan yang terlaksana dengan baik dan dibantu dengan pemberian suplemen dapat mengurangi tingkat kejadian mastitis pada sapi perah. Salam.