Sistem kandang closed house adalah teknologi kandang modern yang dirancang untuk mengontrol lingkungan kandang secara optimal. Sistem ini memungkinkan peternak untuk mengatur suhu, kelembapan, kecepatan angin, dan komponen peralatan dengan lebih baik. Penerapan sistem closed house pada kandang pullet petelur secara tepat akan menghasilkan kualitas pullet yang berkualitas dan produksi yang optimal.
Tidak hanya ventilasi, pada sistem closed house pullet petelur juga menerapkan sistem otomatis untuk komponen peralatan lain seperti tempat pakan, tempat minum, sistem manure, sistem pengumpul telur, pencahayaan yang bisa dikendalikan dengan control panel. Proses otomatisasi tentu akan memudahkan peternak dalam pemeliharaan dan mengefisienkan tenaga kerja. Apalagi karakteristik petelur modern sekarang lebih sensitif terhadap perubahan cuaca, pola pemberian pakan, kualitas air minum, pencahayaan akan diminimalisir dengan sistem kandang closed house yang membuat ayam lebih nyaman. Target di fase pullet akan mudah tercapai jika kenyamanan ayam dapat dijaga dengan manajemen closed house pullet yang tepat.
Parameter pullet yang berkualitas dapat dilihat dari berat badan, keseragaman dan kematian. Berat badan pullet harus tercapai setiap minggunya sesuai standar strain yang telah ditentukan (±10% dari berat badan standar). Berat badan sesuai standar akan berkorelasi dengan perkembangan organ, kerangka dan otot yang optimal. Keseragaman juga harus kita perhatikan agar ayam satu dengan ayam yang lain dari segi berat badan, kerangka, dan dewasa kelamin sama/serentak. Ayam dikatakan seragam jika keseragamannya mencapai >85%. Kematian juga harus diperhatikan karena semakin banyak yang mati artinya jumlah mesin pencetak telur (ayam petelur produksi) akan berkurang. Standar kematian ayam petelur di fase pullet diantara 2%. Untuk mencapai target tersebut diperlukan manajemen closed house petelur fase pullet yang tepat. Manajemen closed house petelur fase pullet dibagi menjadi 3 yaitu persiapan kandang, manajemen starter dan grower.
Persiapan Kandang DOC
Sebelum masa pemeliharaan, kandang closed house harus disiapkan terlebih dahulu. Persiapan kandang meliputi proses kebersihan kandang, istirahat kandang, persiapan peralatan, dilanjutkan proses pullet-in. Jadwal persiapan kandang harus dibuat mulai dari tahap pengeluaran kotoran sampai tahap pullet-in. Hal ini bertujuan agar persiapan kandang dapat selesai tepat waktu dengan waktu yang telah ditentukan.
Pastikan listrik di dalam kandang dalam keadaan mati sebelum memulai pembersihan kandang. Kebersihan kandang dimulai dari tahapan pembersihan kotoran. Kotoran mulai dibersihkan dan dikeluarkan dari kandang. Sistem kotoran (manure belt dan scrapper) juga dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel dengan sapuk ijuk atau dengan benda yang tajam kemudian dilakukan penyemprotan dengan air bertekanan.
Setelah selesai pembersihan kotoran, mulai masuk ke tahapan pembersihan kandang dan peralatan. Berikut merupakan tahapan dari pembersihan kandang dan peralatan:
• Pencucian kandang dan peralatan dengan detergen
• Pembilasan dengan air bersih
• Desinfeksi kandang (Sporades dan Formades)
• Pengapuran lantai dan aksses masuk kandang dengan kapur aktif (kapur tohor)
• Fumigasi
• Istirahat kandang minimal 14 hari dihitung mulai dari kandang sudah bersih (sudah didesinfeksi)
• Pembersihan luar kandang (rumput liar, semak-semak, genangan air, sampah, pest control)
Peralatan yang dibutuhkan dipersiapkan terlebih dahulu. Tempat pakan, minum, lampu, sistem manure, tirai kandang dicek terlebih dahulu ketersediaannya dan jika rusak segera untuk diperbaiki. Sebelum memulai pemeliharaan dilakukan test run sistem ventilasi seperti pengecekan kapasitas kipas, kecepatan angin maksimal di dalam kandang, pertukaran udara di dalam kandang, kerataan kecepatan angin agar pemeliharaan berjalan dengan baik dan tidak ada masalah.
Penyalaan pemanas (pre-heating) dilakukan sebelum kedatangan Day Old Chick (DOC). Pre-heating bertujuan untuk mengkondisikan agar suhu kandang mencapai suhu nyaman DOC. Suhu nyaman DOC pada saat kedatangan berkisar antara 33-35oC. Umumnya pre-heating dilakukan selama 1-2 jam, tetapi di beberapa daerah dataran tinggi dapat membutuhkan waktu yang lebih lama. Setelah melakukan pre-heating diharuskan untuk melakukan flushing pada line nipple agar air hangat dalam nipple dapat tergantikan dengan air dengan suhu normal.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika penerimaan DOC adalah melakukan penimbangan, quality control, kemudian melakukan penebaran DOC. Lakukan sampling penimbangan 0,5-5% dari total populasi untuk mengetahui berat rata-rata DOC yang datang. Lakukan penimbangan sekaligus seleksi pada ayam yang kerdil, lemah, kaki kering, dan omphalitis. Lakukan culling pada DOC yang tidak dapat lagi produktif seperti mata menutup, paruh bengkok, red hock, kaki kering yang parah. Setelah melakukan quality control lakukan penebaran DOC mulai dari tier tengah sesuai standar kepadatan tiap umur dan dimensi cages kemudian lakukan penjarangan tiap minggunya berdasarkan berat badan.
Pada awal pemeliharaan masa starter ayam petelur ini sangat penting karena pada periode ini terjadi perkembangan organ-organ seperti organ pencernaan, pernapasan, kekebalan, kerangka dan bulu. Pada periode ini thermoregulasi juga ayam belum sempurna sehingga ayam belum bisa menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan di sekitarnya. Manajemen yang harus diperhatikan dalam periode starter antara lain:
1. Manajemen Ventilasi
Pada awal pemeliharaan (periode starter), tahapan ventilasi yang diterapkan adalah ventilasi minimum dimana pada periode starter ini suhu dari luar kandang berada di bawah target suhu kandang yang diinginkan (33-35°C), sehingga pada periode ini belum diperlukan efek kecepatan angin untuk mendinginkan suhu di dalam kandang (wind chill effect) maupun efek pendinginan dengan cooling pad. Ventilasi minimum yang kurang akan berdampak pada ayam kepanasan dan kekurangan oksigen sedangkan ventilasi minimum yang berlebih akan berdampak pada ayam kedinginan. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penerapan ventilasi minimum antara lain:
a. Kebutuhan jumlah udara
Kebutuhan udara untuk ayam petelur pada periode starter akan menentukan jumlah kipas yang harus on secara intermitten/on-off maupun kipas yang on secara terus menerus/direct. Untuk menghitung kebutuhan kipas tersebut berpedoman pada standar kebutuhan udara (Tabel 1) dan kapasitas kipas yang terpasang di dalam kandang.
Jika kebutuhan kipas yang running masih dibawah 1 unit maka kita operasikan secara intermitten/on-off. Kebutuhan udara di dalam kandang bisa kita hitung dengan berdasarkan pada:
• Populasi ayam
• Berat badan
• Standar kebutuhan udara
• Kapasitas kipas yang terpasang
Contoh perhitungan kebutuhan kipas adalah sebagai berikut :
Berat DOC = 37 gram
Populasi = 45.000 ekor
Kapasitas kipas = 42.000 m³/jam
Kebutuhan min udara/kg = 0,7 m³/kg/jam
Siklus timer = 5 menit
Kebutuhan udara = Populasi x Berat badan ayam x Kebutuhan minimum udara
= 45.000 ekor x (37 g/1.000) x 0,7m³/kg/jam
= 1.166 m³/jam
Jumlah keb kipas = Kebutuhan udara/ Kapasitas kipas
= 1.166 m³/jam / 42.000 m³/jam
= 0,028 unit
Intermittent on = Jumlah kipas x timer
= 0,028 unit x 5 menit
= 0,14 menit atau 8 detik
Intermittent off = Timer – durasi off
= 5,0 menit – 0,12 menit
= 4,84 menit atau 292 detik
Dengan penerapan ventilasi minimum tersebut maka pertukaran udara (air exchange) pada kandang standar (120 m x 12 m x 4 m) akan berlangsung sekitar 5-8 menit atau dengan kecepatan angin 0,3-0,4 m/s. Standar kecepatan angin pada pemeliharaan ayam petelur adalah sebagai berikut :
Suhu di dalam kandang juga perlu diperhatikan terutama di periode starter karena thermoregulasi ayam belum sempurna dan masih membutuhkan pemanas. Suhu yang dibutuhkan ayam petelur periode starter adalah sebagai berikut:
Untuk meratakan distribusi panas di dalam kandang bisa ditambahkan dengan kipas pengaduk sehingga panas dalam kandang akan segera menyebar rata ke seluruh area dalam kandang.
b. Keseimbangan ventilasi
Keseimbangan ventilasi adalah kesesuaian antara inlet atau tempat udara masuk dengan outlet atau tempat udara keluar. Inlet pada tipe ventilasi tunnel dibuat pada area cooling pad dan diatur lebar bukaannya berdasarkan jumlah kipas yang on. Ukuran bukaan inlet ini adalah pintu masuknya udara ke area dalam kandang. Jika area inlet terbuka terlalu lebar maka aliran udara yang masuk dari cooling pad akan sangat rendah kecepatan anginnya dan sebaliknya jika bukaan inlet terlalu kecil maka akan berakibat kecepatan angin akan lebih tinggi dari target yang diharapkan.
Penentuan bukaan inlet ini berpedoman pada:
• Jumlah kipas yang on
• Target kecepatan angin di permukaan cell pad
Contoh perhitungan :
Jika 1 kipas 50 inch running dengan daya hisap 42.000 m³/jam dan target kecepatan angin di area inlet 2,0 m/s maka luas inletnya adalah :
Luas inlet = Kapasitas kipas/Kecepatan angin di cell pad
= (42.000 m³/jam)/(2,0 m/s)/3.600
(konversi detik ke jam)
= 5,8 m²
Jika area cooling pad adalah = panjang 8 m x Tinggi 6 m
Maka lebar bukaan inlet = Luas inlet / panjang cooling pad
= 5,8 m² / 8 m
= 0,7 m
Kesalahan yang sering ditemukan di kandang closed house adalah kegagalan untuk mengatur bukaan inlet dan siklus on – off kipas. Jika bukaan inlet terlalu lebar, maka udara yang masuk akan mengarah langsung ke area bawah karena kecepatan rendah dan tekanan udara di dalam kandang juga turun. Jika bukaan inlet terlalu sempit, maka kecepatan angin di area inlet justru akan meningkat kemudian di area tengah atau belakang kandang akan terjadi kecepatan angin yang rendah bahkan mati angin (dead spot)
c. Tekanan udara
Tekanan udara di dalam kandang tergantung kepada dimensi kandang (lebar x panjang x tinggi), luasan area inlet, blocking cages dan juga dari kebocoran tirai kandang. Tekanan udara yang baik untuk kandang petelur closed house adalah 0,17 inci air atau 42 Pascal. Kandang dengan lebar lebih dari 12 meter maka akan lebih sulit untuk mendapatkan tekanan udara standar. Maka disarankan untuk kandang yang lebar ditambah dengan kipas sirkulasi yang dipasang di dalam kandang.
Tekanan udara yang rendah (<0,15 inci air atau <37,5 Pa) bisa diterapkan pada kandang dengan kelembapan yang rendah/kering (<60%). Ukur dan pantau terus kecepatan angin secara teratur. Jika terjadi masalah ventilasi di dalam kandang harus segera dicari solusinya seperti tirai-tirai yang bocor harus segera ditambal. Tekanan udara yang tidak ideal akan berdampak pada keseragaman kecepatan angin yang kurang. Standar tekanan udara dapat dilihat pada Tabel 4.
2. Manajemen Air Minum
Penyusun tubuh ayam 70-80% merupakan air. Air sangat penting bagi ayam selain sebagai penyusun tubuh ayam juga sebagai pengaturan suhu tubuh apalagi DOC yang belum mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri. Air dapat membantu agar suhu tubuh ayam stabil. Air berfungsi untuk media transfer panas dan membantu distribusi panas ke lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan parameter kualitas dan kuantitas air minum di peternakan.
a. Kualitas air minum
Sering diabaikan, kualitas air yang baik sangat penting mengingat air adalah salah satu sumber dari mikroorganisme patogen. Kualitas air minum haruslah dijaga dari biofilm, bakteri, kerak, jamur, alga dengan tetap menjaga kualitas fisik, kimia, dan biologi air minum. Berikut merupakan kualitas fisik,kimia, bakteriologi dapat dilihat pada Tabel 5
b. Kuantitas air minum
Dari segi kuantitas juga penting untuk diperhatikan agar water intake sesuai dengan kebutuhan air minum ayam petelur pada setiap umurnya. Ketinggian line nipple pada waktu chick in adalah sejajar mata sehingga ayam dapat dengan mudah adaptasi dan menemukan tempat minumnya. Kemudian seiring bertambahnya umur mulai ditinggikan hingga ayam minum dari paruh ke nipple membentuk sudut 45o. Settingan tekanan air di regulator mengacu pada kebutuhan air minum ayam. Tekanan air yang terlalu rendah mengakibatkan ayam tidak tercukupi untuk kebutuhan airnya. Tekanan air yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kebooran pada nipple.
3. Manajemen Pakan
Pakan merupakan komponen biaya terbesar pada pemeliharaan ayam petelur. Manajemen pemberian pakan yang tepat akan memberikan kecukupan nutrisi bagi ayam petelur sehingga perkembangan dari organ-organ dan thermoregulasi dapat berkembang secara maksimal. Manajemen pemberian pakan pada masa starter harus diperhatikan dari segi kualitas dan kuantitasnya.
a. Kualitas pakan
Pakan yang berkualitas adalah pakan yang mempunyai kandungan nutrisi yang cukup. Kebutuhan nutrisi dapat berbeda-beda tergantung dari jenis ayam dan umur pemeliharaan ayam. Setiap fase pemeliharaan ayam petelur mempunyai grafik perkembangannya masing-masing. Contoh di fase starter, kebutuhan protein paling tinggi dibandingkan dengan periode yang lain. Hal ini dikarenakan pada periode starter terjadi perbanyakan dan pertumbuhan sel yang sangat tinggi untuk mendukung pembentukan organ tubuh dan pencapaian bobot badan yang optimal. Berikut contoh kebutuhan nutisi ayam petelur fase starter-grower dapat dilihat pada Tabel 7.
b. Kuantitas pakan
Untuk mengoptimalkan penyerapan kuning telur harus dilakukan pemberian pakan dini (early feeding). Pemberian pakan dini dilakukan agar ayam setelah ditebar di dalam kandang dapat langsung makan sehingga penyerapan kuning telur dapat maksimal.
Dalam pemberian pakan ayam petelur periode starter dapat diberikan pakan 4-9x dalam sehari secara ad libitum (selalu tersedia) karena pada periode tersebut pertumbuhan sangat cepat dan efisiensi pakan sangat tinggi. Jumlah tempat pakan harus disesuaikan berdasarkan populasi agar tidak terjadi kompetisi dan setiap ayam dapat mencapai standar feed intake pada setiap umurnya. Pergantian tempat pakan juga harus dilakukan secara bertahap contohnya dari TRDK (tempat ransum DOC kecil) ke talang pakan dilakukan perpindahan selama 3-5 hari.
3. Manajemen Pencahayaan
Cahaya merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen pemeliharaan ayam petelur. Apalagi di masa starter, cahaya digunakan untuk menemukan tempat makan dan minum, aktivitas makan dan minum, pertumbuhan dan perkembangan, dan metabolisme Ca dan P. Berbeda dengan kandang open house yang sumber cahaya umumnya berasal dari sinar matahari dan lampu, kandang closed house hanya berasal dari lampu. Kandang tipe closed house lebih mudah dalam manajemen pencahayaan sehingga dapat diterapkan dengan tepat. Manajemen pencahayaan dapat dilihat dari durasi, intensitas cahaya, dan spektrum warna.
a. Durasi cahaya
Sebagai panduan umum, durasi pencahayaan saat fase starter bertahap dikurangi per minggunya. Durasi pencahayaan yang lama dimasa brooding untuk membantu mengoptimalkan feed intake karena salah satu fungsi cahaya yaitu digunakan dalam aktivitas makan dan minum. Durasi pencahayan di fase starter adalah sebesar 19-23 jam. Yang perlu diperhatikan adalah pengurangan durasi cahaya lampu dikurangkan secara bertahap kurang lebih sebanyak 1 jam. Berikut durasi pencahayaan di fase starter dapat dilihat di Tabel 8.
b. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya merupakan faktor penting sejak hari pertama pemeliharaan karena membantu DOC untuk cepat mengenali lingkungan, tempat minum, dan tempat pakannya.
Ada hubungan yang sangat erat antara intensitas cahaya, aktivitas fisik, perilaku mematuk, dan kerontokan bulu. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan meningkatkan sistem saraf ayam sehingga dapat menyebabkan meningkatnya kematian yang disebabkan oleh mematuk kloaka ayam lain (kanibalisme). Risiko ini semakin tinggi jika ditambah dengan kepadatan yang terlalu tinggi. Kebutuhan intensitas cahaya minggu pertama sebesar 20-40 lux kemudian menurun menjadi 5-10 lux di minggu ke 5.
c. Spektrum cahaya
Spektrum warna cahaya juga perlu diperhatikan dalam pencahayaan di kandang closed house. Spektrum cahaya sangat berpengaruh terhadap performa dari ayam petelur itu sendiri. Spektrum cahaya juga dapat kita atur dengan mudah dengan memperhatikan jenis sumber cahaya (lampu), panjang gelombang, dan temperatur lampu. Pada masa pullet spektrum cahaya yang diberikan adalah biru sampai hijau (3.500-4.000 K).
Manajemen Grower
Pada fase grower terjadi perkembangan kerangka dan otot yang optimal. Pertumbuhan kerangka dan otot pada ayam petelur modern sekarang tidak dapat dikompensasi yang artinya tidak dapat terkejar jika sudah tertinggal. Manajemen di fase grower mulai dari ventilasi, air minum, pakan, pencahayaan, dan monitoring harus diterapkan secara tepat. Berikut merupakan penjelasan terkait manajemen ventilasi, air minum, pakan, pencahayaan di fase grower.
1. Manajemen ventilasi
Tahapan ventilasi di fase grower berikutnya adalah tahapan ventilasi transisi dan ventilasi maksimum. Ventilasi transisi hanya peralihan dari ventilasi minimum ke maksimum. Temperatur suhu luar sama dengan target dan ayam masih terlalu muda sehingga belum mampu untuk diberikan ventilasi maksimum/tunnel.
Ventilasi maksimum diperlukan ayam petelur ketika suhu di dalam kandang di atas dari target yang diinginkan (18-21°C), maka diperlukan efek kecepatan angin untuk mendinginkan suhu di dalam kandang (wind chill effect). Ventilasi maksimum diaplikasikan saat suhu di dalam kandang hangat sampai panas dengan mengaktifkan cooling pad. Ventilasi maksimum ini dioperasikan dengan mengatur jumlah kipas yang on berdasarkan suhu yang terbaca di dalam kandang. Sedangkan untuk pengaturan awal, penggunaan cooling pad akan didasarkan oleh kombinasi dari 3 parameter yaitu standar minimum kecepatan angin, suhu yang tercapai, dan dibatasi oleh kelembapan yang ditimbulkannya. Berikut merupakan standar suhu, kecepatan angin, kelembapan fase grower.
2. Manajemen air minum
Seperti halnya di fase starter, di fase grower air minum juga harus diperhatikan baik secara kualitas dan kuantitas. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam manajemen air minum pada fase grower:
a. Kualitas dan kuantitas air minum
Kualitas air minum dapat dilihat dari segi fisik, kimia, dan bakteriologi. Kualitas air yang buruk akan menurunkan konsumsi air minum dan ayam dapat terjangkit penyakit melalui media air minum. Kualitas air yang buruk juga dapat merusak sistem cooling pad dan line nipple sehingga peralatan menjadi tidak awet. Dari segi kuantitas, air minum di fase grower akan lebih banyak dibandingkan fase starter. Tekanan air harus disesuaikan dengan kebutuhan air minum ayam.
b. Water space
Water space/akses ayam terhadap air minum juga penting untuk diperhatikan dalam suatu pemeliharaan ayam. Ayam yang kekurangan akses terhadap air minum akan terjadi penurunan konsumsi pakan dan berdampak pada target pencapaian berat badan dan keseragaman di fase pullet. Berikut merupakan rekomendasi water space .
c. Perawatan sistem air minum
Nipple yang digunakan lama kelamaan akan terdapat kotoran, lumut, kerikil, dan benda asing lainnya. Langkah perawatan pertama saat kosong kandang adalah dengan cara membongkar nipple yang kotor kemudian lepas setelah itu cuci. Setelah bersih, pasang kembali nipple ke tempatnya. Flushing adalah kegiatan membuang air dari tempat atau saluran air minum. Tujuan flushing yaitu membersihkan biofilm atau kotoran yang menyangkut di saluran pipa sehingga dapat terbuang. Flushing dapat dilakukan sehari sekali atau 3 kali seminggu. Cara flushing dapat menggunakan air bertekanan tinggi (1,5 sampai 3 bar) atau dengan menggunakan zat kimia seperti hidrogen peroksida (H₂0₂)/ Bioflush dengan dosis 10 ml/100 L air minum saat kandang isi atau dengan gelombang ultrasonik (Harsonic).
Begitu juga dengan medikator yang mana merupakan tempat pencampuran obat dan vitamin. Medikator harus dilakukan perawatan dengan cara membongkar medikator kemudian membilas kotoran yang terdapat di dalam medikator. Jika ada seal yang rusak segera untuk dilakukan penggantian. Selang medikator harus juga dicuci sehingga medikator dapat awet.
3. Manajemen Pakan
Metode pemberian pakan di kandang closed house menyesuaikan dari perilaku makan ayam. Ayam mempunyai perilaku bawaan yaitu selektif dalam hal pakan sehingga membutuhkan manajemen atau teknik yang tepat agar dapat mencapai feed intake yang optimal. Seiring bertambahnya umur ayam, kebutuhan energi harian akan semakin bertambah. Hal ini akan berdampak pada feed intake setiap ayam.
akan mendapat kesempatan untuk memilih bentuk pakan dengan partikel besar (tinggi energi) dan yang berat badan kecil akan cenderung memakan sisanya (partikel yang kecil yang tinggi asam amino dan vitamin). Untuk mengatasi hal tersebut bisa kita lakukan pemilihan bentuk pakan pada saat starter menggunakan pakan berbentuk crumble kemudian saat fase grower-layer menggunakan pakan berbentuk mash/crumble juga dengan melakukan perataan pakan dengan menjalankan feed cart sebanyak 2-4 kali/hari. Kecepatan distribusi pakan juga akan memengaruhi kerataan pakan. Kecepatan chain feeder 3-6 menit per line. Dengan distribusi pakan cepat, ayam tidak akan selektif ketika chain feeder/feed cart dijalankan.
4. Manajemen Pencahayaan
Pencahayaan di fase grower membutuhkan durasi dan intensitas cahaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan fase starter. Pada fase grower, fokus beralih ke pengembangan sistem kerangka, reproduksi dan persiapan untuk fase produksi telur. Terlalu banyak cahaya pada fase ini dapat mempercepat kematangan seksual sebelum waktunya, yang dapat mengakibatkan ayam mulai bertelur sebelum mencapai ukuran dan berat tubuh yang optimal. Berikut merupakan intensitas dan durasi cahaya di fase grower.
Bersamaan dengan penerapan manajemen closed house di fase starter dan grower, peternak harus melakukan monitoring dan assesment. Monitoring dan assesment ayam dilakukan sejak DOC-produksi. Salah satu bentuk monitoring DOC ketika chick-in yaitu dengan mengecek keterisian tembolok (crop fill) pada DOC apakah mayoritas DOC sudah terisi pakan dan air minum atau belum. Monitoring ayam juga dilihat dari persebaran ayam apakah ayam itu nyaman atau tidak. Yang terpenting kita harus melakukan timbang berat badan 1 minggu sekali di fase pullet agar dapat mengetahui berat badan, keseragaman, CV kemudian jika kurang dari standar dapat segera kita evaluasi dan perbaiki. Dengan begitu pullet yang ada di kandang closed house peternak adalah pullet yang berkualitas.
Demikian sekilas informasi tentang cara mendapatkan pullet yang berkualitas di kandang closed house semoga dapat menambah wawasan dan bermanfaat. Salam.