Ternak ayam saat ini semakin peka akan perubahan lingkungan dan mudah stres akibat perubahan tersebut, termasuk dengan adanya fenomena El Nino yang terjadi di Indonesia pada setahun terakhir ini. Kenaikan suhu dapat mengakibatkan heat stress yang dapat menurunkan performa ayam, rentan sakit, hingga ditemukan kematian mendadak. Dalam hal ini menjadi salah satu problematika utama di dunia perunggasan Indonesia.
Heat Stress Ayam dan Dampaknya
Heat stress adalah kondisi saat ayam tidak mampu untuk menjaga keseimbangan antara panas yang dihasilkan dengan yang dikeluarkan oleh tubuh. Heat stress disebabkan kondisi kandang melebihi zona nyaman dimana suhu dan kelembapan serta kecepatan angin rendah. Perlu diketahui bahwa zona nyaman (comfort zone) bagi ayam berada pada kisaran suhu 25-28°C dengan kelembapan 60-70%. Pada suhu 33°C selama beberapa jam bahkan bisa menyebabkan kematian pada unggas.
Kejadian heat stress ini tidak hanya akrab dengan ayam broiler, namun juga ayam layer. Pada ayam broiler, kondisi heat stress dapat menurunkan feed intake, penurunan berat badan, dan meningkatnya FCR. Heat stress pada ayam layer akan berdampak pada performa produksi seperti penurunan feed intake, penurunan produksi telur dan penurunan kualitas kerabang telur.
Radikal bebas atau ROS (Reactive oxygen species) meningkat pada kondisi stres, akibatnya apabila tidak mendapatkan tambahan antioksidan dari luar dapat menyebabkan kerusakan sel (Surai, 2007). Kerusakan organ dan sel yang disebabkan radikal bebas pada akhirnya mampu menyebabkan kerusakan biologis, gangguan kesehatan, dan menurunkan kemampuan produksi ayam.
Heat stress pada unggas mengakibatkan beberapa perubahan perilaku, fisiologis, dan memengaruhi kesehatan dan performa:
– Perubahan tingkah laku
Ayam terlihat banyak melakukan aktivitas panting/megap-megap, ayam merenggangkan atau melebarkan sayapnya serta adanya gejala bulu yang berdiri. Konsumsi ransum ayam akan menurun dan konsumsi air minum meningkat. Peningkatan konsumsi air minum tentunya berdampak pada penurunan kualitas feses (menjadi lebih basah). Akibatnya penanganan feses menjadi lebih sulit dan pencemaran feses pada telur dan bulu ayam menjadi meningkat.
– Perubahan fisiologis
Yang dialami ayam seperti adanya stres oksidatif, kondisi keseimbangan asam basa tubuh yang terganggu, dan pada tahap selanjutnya akan mengakibatkan respiratory alkalosis karena meningkatnya kadar karbon dioksida dan pH darah. Ujung-ujungnya akan terjadi ketidakseimbangan mikroflora di dalam usus.
– Gangguan kesehatan dan produktivitas
Ditemukan gangguan pertumbuhan, keseragaman ayam yang buruk, membengkaknya FCR, serta munculnya gejala defisiensi nutrisi akan terjadi di lapangan. Heat stress juga mengakibatkan sistem kekebalan tubuh melemah (bersifat immunosupresif). Jumlah total sel darah putih dan produksi antibodi menurun secara signifikan pada ayam yang mengalami heat stress. Daya tahan tubuh yang menurun akan meningkatkan risiko ayam lebih mudah terinfeksi penyakit. Heat stress berkepanjangan tanpa penanganan dan kondisi semakin memburuk akan menyebabkan kematian.
Upaya Mengatasi Heat Stress
Saat ada beberapa ayam yang telah menunjukkan gejala terserang heat stress, segera lakukan evaluasi terhadap faktor penyebabnya, seperti suhu lingkungan, kepadatan kandang, maupun sistem sirkulasi udara. Lakukan penanganan sesuai dengan faktor penyebab heat stress seperti :
1. Perbaiki sirkulasi dan kurangi kepadatan
Berikan tambahan blower, atur sirkulasi udara dan berikan “hujan buatan” saat suhu lingkungan melebihi zona nyaman. Lakukan penjarangan kandang untuk mengurangi kepadatan kandang. Saat heat stress kepadatan kandang dapat dikurangi 10%. Penerapan kandang sistem closed house akan lebih efektif karena dapat membantu meminimalkan pengaruh kondisi lingkungan yang saat ini sangat fluktuatif dan memicu penyebaran penyakit. Penggunaan kipas angin (fan) bisa ditingkatkan saat suhu meningkat melebihi zona nyaman.
2. Kurangi faktor stres
Tunda vaksinasi selama periode cekaman panas jika memungkinkan. Vaksinasi air selama cuaca panas idealnya dilakukan dalam waktu satu jam. Pengangkutan atau pemindahan ayam dilakukan pagi atau sore hari.
3. Pemberian pakan dan air minum
Saat kondisi panas, kurangi jumlah ransum yang diberikan. Kemudian saat suhu mulai menurun, berikan ransum dengan porsi/jumlah lebih besar. Intinya, jumlah total ransum yang diberikan harus sesuai dengan standar, namun pada cuaca panas, waktu pemberiannya bisa diubah. Jika ransum diberikan pada malam hari, jangan lupa untuk memberikan tambahan pencahayaan. Berikan air minum dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang cukup. Suhu air minum yang baik adalah 20-24°C. Atur distribusi tempat air minum (TMA) dan kontrol ketersediaan air secara berkala (terutama jika menggunakan TMA manual). Jika perlu tambah jumlah TMA dan distribusinya diatur sehingga tidak mempersulit ayam untuk mengaksesnya.
4. Tingkatkan kebersihan dan desinfeksi
Saat suhu tinggi, perkembangan bibit penyakit di dalam paralon air minum menjadi lebih cepat. Oleh karenanya jadwal pembersihan saluran air dari biofilm (Bioflush) dan desinfeksi air minum (Desinsep) sebaiknya ditingkatkan. Begitu juga desinfeksi kandang (Medisep/Neo Antisep). Jika memungkinkan, buang feses dari kandang sebelum musim kemarau. Panas yang dihasilkan selama penguraian feses berpengaruh pada penyebaran panas di dalam kandang. Penumpukan feses di bawah kolong atau baterai kandang juga dapat membatasi pergerakan udara.
5. Berikan suplementasi nutrisi
Suplai elektrolit dan vitamin perlu ditambahkan saat heat stress. Seperti Vitesel C atau C-Fresh atau Heprofit. Vitamin yang paling utama adalah vitamin C karena berperan sebagai antistres yang baik dan dibutuhkan dalam reaksi hidroksilasi pada kelenjar adrenal untuk menurunkan produksi hormon ACTH. Selain vitamin C, pemberian elektrolit juga sangat dibutuhkan untuk menjaga kestabilan pH darah yang terganggu akibat menurunnya kadar CO₂ di dalam tubuh ayam akibat ayam banyak melakukan panting. Selain itu, elektrolit juga membantu meningkatan retensi air dan mencegah dehidrasi. Berikan juga imunostimulan (Imustim) yang mampu meningkatkan sistem kekebalan pada kondisi imunosupresi akibat heat stress.
Pemberian Vitamin C untuk Heat Stress
Pemberian vitamin C pada ayam merupakan salah satu upaya menekan dampak negatif stres. Secara alamiah, unggas mampu memproduksi vitamin C dalam tubuh, namun pada kondisi cekaman panas produksi vitamin C tidak cukup untuk regulasi tubuh sehingga perlu penambahan vitamin C dari luar tubuh tubuh.
Vitamin C merupakan antioksidan yang larut dalam air yang mampu meredam radikal bebas sehingga menghentikan atau mengurangi proses cekaman oksidatif lebih lanjut. Ketersediaan vitamin C juga akan meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh. Pemberian C-Fresh mengandung vitamin C efektif dalam pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin C yang bisa diberikan via air minum maupun dicampur pada ransum. C-Fresh merupakan sediaan serbuk yang mengandung vitamin C 100% yang bertindak sebagai antioksidan dan cepat diserap tubuh sehingga bekerja cepat mengikat radikal bebas dalam mengatasi dampak negatif stres. C-Fresh mudah larut sehingga dapat digunakan untuk nipple drinker dan automatic dosing pump. Dosis pemberiannya yaitu 0,5-1 g tiap 10 L air minum atau 1-2 g tiap 10 kg ransum.
Heat stress perlu diwaspadai karena akan lebih mengancam kondisi ayam di peternakan. Kondisi tersebut bisa diminimalisir dengan menerapkan manajemen yang baik, pemberian ransum dan air minum yang benar serta pemberian suplemen vitamin C sehingga kesehatan dan produktivitas ayam tetap terjaga. Semoga membantu.