Cacingan pada Kucing, Cegah Penularannya!

cegah penularan cacingan pada kucing

Kucing yang menjadi hewan kesayangan di rumah dapat tertular penyakit melalui berbagai macam cara baik itu terpapar agen penyakit di lingkungan saat bermain atau kontak dengan kucing lain yang sakit. Di Indonesia yang termasuk negara tropis, salah satu penyakit kucing yang banyak terjadi adalah cacingan.

Penyakit cacingan ini dapat terjadi pada anak kucing maupun kucing dewasa, namun lebih rentan terjadi pada anak kucing. Kucing cacingan akan mengalami pertumbuhan yang terhambat dan dapat terjadi masalah kesehatan lainnya seperti anemia (kurang darah). Pemilik kucing perlu mewaspadai penyakit cacingan ini karena dapat menular dengan mudah antar kucing maupun ke manusia (zoonosis).

Bagaimana Kucing Bisa Mengalami Cacingan?

Cacing memiliki siklus hidup yang secara garis besar dimulai dari telur, larva kemudian cacing dewasa. Jenis cacing yang sering ditemukan kasusnya pada kucing adalah jenis cacing gilig dan cacing pita. Pemelihara kucing perlu mewaspadai kedua jenis cacing tersebut karena penularannya dapat terjadi melalui berbagai macam cara yang berbeda.

A. Cacing gilig

Salah satu cacing yang paling banyak ditemui kasusnya pada kucing adalah Toxocara cati. Awal mula penularan cacing jenis ini berasal dari telur cacing (fase infektif) yang keluar bersamaan dengan kotoran/feses dari kucing yang sudah terinfeksi. Kemudian telur cacing tersebut bisa saja mencemari lingkungan sekitar dan berbagai macam media.

Kucing sehat dapat tertular cacingan akibat tidak sengaja memakan telur cacing yang ada pada pakan atau lingkungan tercemar. Selain itu, penularan pun dapat terjadi akibat memakan inang perantara seperti tikus yang sudah mengandung larva cacing di dalam tubuhnya.

Perlu diwaspadai juga bahwa pada anak kucing penularan dapat terjadi melalui air susu dari induk yang sudah terinfeksi cacingan.

Jenis cacing gilig lainnya yang dapat menular pada kucing adalah Ancylostoma. Penularan cacing ini hampir sama seperti Toxocara cati, namun fase infektif dari cacing ini ada pada tahap kehidupan larva.

Sehingga penularan terjadi akibat kucing memakan larva cacing Ancylostoma yang ada pada media tercemar (pakan/air minum/lainnya) atau memakan inang perantara (tikus) yang mengandung larva cacing di tubuhnya.

Rute penularan lainnya dapat terjadi akibat larva cacing yang penetrasi (masuk/menembus) melalui kulit lalu bermigrasi ke berbagai organ termasuk ke saluran pencernaan.

gambar kucing sedang memakan tikus

B. Cacing pita

Salah satu cacing yang termasuk dalam jenis ini adalah Dipylidium caninum. Penularan cacing ini melibatkan parasit yang hidup di permukaan tubuh kucing (ektoparasit) yaitu pinjal. Telur cacing yang ada di lingkungan termakan oleh larva pinjal dan selanjutnya telur cacing akan berkembang di dalam tubuh larva pinjal.

Kemudian larva pinjal berkembang menjadi pinjal dewasa dan tetap mengandung larva cacing di tubuhnya. Kucing tidak sengaja memakan pinjal tersebut saat menjilat tubuhnya (grooming) dan larva cacing pun ikut termakan lalu berkembang menjadi cacing dewasa di saluran pencernaan kucing.

Pemilik kucing perlu waspada terhadap cacingan karena penularan penyakit ini bukan hanya terjadi antar kucing saja, manusia pun bisa ikut tertular cacingan. Penularan cacing ke manusia sama seperti pada kucing, yaitu akibat tidak sengaja memakan telur cacing yang sudah mengkontaminasi tangan, bahan pangan atau media lainnya.

Penularan lainnya seperti penetrasi kulit (cacing Ancylostoma) dan tidak sengaja memakan pinjal (cacing Dipylidium caninum) pun dapat terjadi pada manusia.

Putus Rantai Penularan Cacingan!

Tinggal di daerah tropis yang ideal bagi perkembangan parasit menyebabkan tantangan penyakit cacingan selalu mengintai kesehatan kucing. Oleh karena itu, sebagai pemilik perlu melakukan tindakan pencegahan untuk memutus rantai penularan cacingan pada kucing, diantaranya:

  • Sediakan litter box beserta pasirnya (Dr. Litter) supaya kucing memiliki tempat khusus untuk buang kotoran. Apabila di rumah terdapat lebih dari satu kucing maka perlu menyediakan litter box sesuai jumlah kucing yang ada. Rutin bersihkan pasir yang ada di litter box tersebut dengan membuang kotoran yang ada setiap hari dan cuci bersih litter box setiap satu minggu sekali. Gunakan juga desinfektan (Medisep/Formades) setelah litter box dicuci bersih.
  • Terapkan program deworming dengan memberikan obat cacing secara rutin untuk memutus siklus hidup cacing di dalam tubuh kucing. Vermistop dapat diberikan kepada kucing dan efektif mengatasi jenis cacing gilig yang sering menyerang kesehatan kucing.

    Berikan 0.5 ml Vermistop untuk setiap kg berat badan kucing dan dapat mulai diberikan untuk anak kucing lebih dari 2 minggu serta aman juga untuk kucing yang sedang bunting. Selain untuk program deworming, Vermistop juga dapat diberikan untuk penanganan bagi kucing yang sudah mengalami cacingan akibat cacing gilig.
  • Atasi adanya ektoparasit di tubuh kucing dengan pemberian Endtick. Tubuh kucing yang bebas dari adanya ektoparasit dapat terhindar dari berbagai macam penyakit lainnya seperti cacingan. Hal tersebut berkaitan dengan penjelasan di awal bahwa ektoparasit (pinjal) dapat menjadi inang antara penularan cacing pita (Dipylidium caninum).

    Endtick dapat diberikan sebagai anti ektoparasit yang efektif membasmi kutu, pinjal dan caplak pada tubuh kucing. Berikan 2 tetes setiap kg berat badan kucing pada bagian tengkuk setiap 1 bulan sekali. Namun perlu diperhatikan bahwa Endtick baru dapat diberikan untuk kucing dengan berat badan lebih dari 1 kg atau berusia diatas 2 bulan.
pemberian endtick pada area tengkuk kucing
  • Kendalikan/basmi hama tikus di rumah dan lingkungan sekitar. Kucing kesayanganmu memang senang untuk berburu mangsa seperti tikus, namun lebih baik jangan biarkan kucingmu memangsa/memakan tikus. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penularan larva cacing dari tubuh tikus.
  • Hindari pemberian pakan kucing berupa daging mentah. Berikan pakan kucing (Delicats/Kadofu) yang sudah terjamin kebersihannya dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan kucing.
  • Rutin bersihkan kandang, alas kandang dan lingkungan sekitar untuk meminimalkan telur cacing dan bibit penyakit lainnya. Semprotkan juga anti ektoparasit untuk lingkungan seperti Delatrin yang efektif mengeliminasi kutu, pinjal dan caplak di lingkungan.
  • Perhatikan kebersihan personal dengan cuci tangan setiap selesai membersihkan litter box maupun kontak dengan kucing.

Tingginya kasus cacingan pada kucing dan risiko penularan yang terus mengintai dapat dicegah dengan menerapkan program kesehatan kucing dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan demikian kucing kesayanganmu di rumah tetap terjaga kesehatannya dan risiko zoonosis dapat diatasi.

Berlangganan sekarang

Update informasi terkini seputar peternakan dan hewan kesayangan.

Artikel Terkait

Cari Informasi yang Anda Butuhkan