Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan sapi potong atau sapi perah supaya dapat mencapai produktivitas (susu dan daging) yang optimal. Tidak jarang kesehatan ternak terganggu akibat berbagai macam penyebab seperti tantangan penyakit, manajemen pemeliharaan yang kurang tepat dan faktor lainnya. Salah satu gangguan kesehatan yang sering kali terjadi adalah diare baik pada pedet atau pun sapi dewasa.
Diare merupakan gejala dari gangguan sistem pencernaan terutama pada bagian usus yang tidak mampu menyerap cairan dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi defekasi (buang air besar) disertai perubahan konsistensi feses dengan bentuk yang lebih encer dibandingkan dengan bentuk feses normal. Diare dapat terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan kondisi yang menyebabkan gangguan penyerapan cairan dalam usus, yaitu :
• Diare sekretori, terjadi peningkatan sekresi cairan ke saluran usus yang disebabkan oleh toksin dan mukosa usus tidak mampu menyerap cairan dalam jumlah yang lebih banyak.
• Diare malabsrorbsi, terjadi akibat adanya kerusakan sel dan vili usus serta berkurangnya aktivitas enzim pencernaan sehingga cairan yang dapat diserap pun lebih sedikit.
• Diare inflamasi, adanya peradangan atau kerusakan pada dinding usus akibat patogen sehingga darah, serum, dan mukus dilepaskan ke usus. Feses pada diare ini seringkali disertai adanya darah.
• Diare motilitas, terjadi akibat adanya gangguan pada pergerakan usus (lebih cepat) sehingga pakan belum terserap dengan baik.
Penyebab Diare
Penting mengetahui apa yang menjadi penyebab diare karena akan menentukan langkah berikutnya baik itu tindakan penanganan atau pun untuk pencegahan. Secara garis besar penyebab diare dibedakan menjadi dua yaitu diare non-infeksius dan diare infeksius.
• Diare non infeksius bisa terjadi karena adanya berbagai macam faktor seperti :
✓ Perubahan pakan secara mendadak atau kualitas pakan yang kurang baik sehingga mengganggu keseimbangan mikroba dan kesehatan saluran pencernaan. Perbandingan pakan yang tidak berimbang seperti terlalu banyak konsentrat/karbohidrat yang mudah terfermantasi pun dapat menyebabkan diare.
✓ Kualitas calf milk replacer (CMR) atau pengganti susu induk sapi yang kurang baik menjadi salah satu penyebab diare pada pedet.
✓ Toksin dari tanaman atau jamur pada pakan yang dapat merusak sel pada lapisan usus dan memicu respon peradangan, mengganggu penyerapan nutrisi serta meningkatkan permeabilitas usus sehingga terjadi diare.
✓ Stres akibat cuaca ekstrem, pasca transportasi, atau pindah kandang dapat menjadi pemicu terjadinya diare.
• Diare infeksius terjadi karena adanya infeksi oleh patogen (virus, bakteri, dan parasit) dan dapat menular antar ternak. Berikut beberapa agen patogen yang sering menyebabkan kasus diare pada sapi :
✓ Virus Rotavirus, Coronavirus, Pestivirus (Bovine Viral Diarrhea/ BVD)
Virus yang sering menyebabkan diare pada pedet saat berumur dibawah 3 minggu. Umumnya puncak kejadian infeksi rotavirus saat pedet berumur 6 hari sedangkan infeksi coronavirus terjadi saat pedet berumur 7 – 10 hari. Penularan virus ini terjadi baik secara langsung saat kontak dengan ternak sakit atau tidak langsung melalui media atau lingkungan yang sudah tercemar bibit penyakit.
Berbeda dengan rotavirus dan coronavirus yang lebih sering terjadi saat pedet, BVD dapat terjadi kapan saja baik itu pedet atau sapi dewasa. Penularan BVD terjadi secara kontak langsung, tidak langsung dan vertikal dari induk ke fetus melalui transplasenta. Apabila pedet dilahirkan dari induk yang terinfeksi maka pedet tersebut dapat menjadi carrier (persistenly infected).
✓ Bakteri Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella sp.
Bakteri tersebut kerap kali menjadi penyebab diare pada sapi. E. coli merupakan bakteri yang secara alami ditemukan pada saluran pencernaan, namun terdapat beberapa strain tertentu yang bersifat patogen (enterotoxigenic E. coli, enteropathogenic E.coli) dan menyebabkan penyakit termasuk diare. Sapi dapat terinfeksi E. coli dan Salmonella sp. secara kontak langsung dengan hewan sakit atau tidak langsung melalui berbagai media terutama air minum yang sudah tercemar bakteri.
✓ Protozoa Cryptosporidium sp. dan Eimeria sp.
Protozoa atau endoparasit tersebut menyebabkan penyakit di saluran pencernaan. Cryptosporidium sp. lebih sering menginfeksi pedet berumur 1 -2 minggu, sedangkan infeksi Eimeria sp. bisa ditemukan sampai sapi dewasa. Sapi dapat terinfeksi oleh protozoa ini akibat memakan ookista yang sudah bersporulasi melalui air minum atau media lainnya yang sudah tercemar.
✓ Cacing Toxocara vitulorum dan Fasciola gigantica
Kedua cacing tersebut merupakan jenis cacing yang cukup sering menyerang kesehatan sapi. Toxocara vitulorum adalah cacing gilig yang sering ditemukan pada pedet dan hidup pada usus halus. Sedangkan Fasciola gigantica adalah cacing pipih yang sering disebut juga sebagai cacing hati karena cacing dewasa akan menetap di hati dan saluran empedu. Sebelum mencapai ke organ hati, cacing muda dari Fasciola gigantica akan bermigrasi dari saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan organ hati maupun gangguan pencernaan. Penularan dapat terjadi akibat sapi memakan larva cacing yang berada di lingkungan. Selain itu, untuk cacing Toxocara vitulorum dapat menular secara vertikal dari induk ke fetus melalui transplasenta atau kepada pedet melalui kolostrum.
Gejala Klinis dan Dampak Diare
Pada umumnya, sapi yang mengalami diare akan menunjukkan gejala seperti frekuensi buang air besar (defekasi) yang meningkat dan konsistensi feses yang lebih encer. Hal ini dapat disertai turunnya nafsu makan dan bobot badan ternak. Feses yang lebih encer terjadi karena adanya sekresi cairan berlebih ke saluran usus diikuti dengan kemampuan usus dalam menyerap cairan yang berkurang.
Perubahan warna feses pun dapat mengalami perubahan seperti menjadi berwarna putih kekuningan atau hijau kekuningan. Adanya darah dalam feses dapat ditemukan pada kasus diare yang disebabkan oleh BVD, Salmonella sp., atau Eimeria sp.. Hal tersebut terjadi karena adanya kerusakan pada vili dan dinding usus akibat agen infeksius sehingga mengalami perdarahan. Ketika diare sudah berlangsung lama maka dapat disertai gejala lainnya seperti dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) akibat terlalu banyak cairan tubuh yang dikeluarkan sehingga ternak lebih sering berbaring karena lemas. Kasus diare yang cukup parah tanpa adanya penanganan yang baik dapat mengakibatkan kematian.
Diare menjadi masalah serius di peternakan sapi yang bisa menyebabkan berbagai macam kerugian. Secara langsung sapi yang sedang diare akan mengalami penurunan produktivitas (susu, daging). Diare pada pedet mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai target berat badan. Diare dan dehidrasi yang parah dapat menyebabkan kematian sehingga berdampak sangat merugikan bagi peternak. Dampak secara tidak langsung dari diare dapat menyebabkan sistem imun ternak menurun terutama pada kasus diare kronis, sehingga lebih rentan terserang penyakit lainnya. Feses dari ternak yang mengalami diare akibat agen infeksius pun dapat menjadi sumber penularan penyakit pada ternak lainnya. Selain itu, tentu akan ada biaya yang perlu dikeluarkan peternak untuk mengobati ternak yang sedang mengalami diare.
Penanganan dan Pencegahan Diare
Kejadian diare pada ternak merupakan penyakit yang memerlukan penanganan cepat. Sebelum dilakukan penanganan, penting untuk mengetahui apa penyebab (diagnosis) dari diare yang terjadi. Sehingga penanganan yang dapat dilakukan antara lain:
• Pisahkan ternah yang sakit dari ternak yang sehat
• Pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan arahan diagnosa dengan mengumpulkan informasi baik anamnesa, gejala klinis secara keseluruhan, maupun uji laboratorium jika memungkinkan. Dalam melakukan diagnosis dan penanganan penyakit tersebut perlu berkonsultasi dengan tim medis kesehatan hewan.
• Untuk mengatasi gejala diare berikan obat antidiare Diaquit. Diaquit mengandung kombinasi antara prebiotik, mineral dan antidiare. Prebiotik dalam Diaquit bekerja mengurangi diare dengan cara memodifikasi ekosistem gastrointestinal dan mengurangi kolonisasi patogen/bakteri jahat dalam usus. Mineral berfungsi untuk memelihara dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, sedangkan kandungan antidiare bekerja dengan cara mengikat bahan beracun penyebab diare.
• Larutkan Transolit pada air minum untuk mengembalikan cairan tubuh (rehidrasi)
• Apabila sudah diketahui arahan diagnosanya maka dapat diberikan pengobatan sesuai dengan penyebabnya. Diare akibat infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik (G-Mox 15% LA Inj/ Medoxy LA/Trimezyn Bolus). Pada infeksi protozoa Eimeria sp. dapat diobati dengan Toltradex. Untuk mengatasi cacingan dapat diberikan obat cacing berspektrum luas seperti Wormzol Suspensi.
Apabila penyebab diare karena faktor non infeksius maka perlu ada perbaikan manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan disertai pemberian suplemen seperti Digesfit untuk mengatasi gangguan pencernaan akibat faktor non infeksius
• Medipiron Injection dapat diberikan untuk mengatasi ternak yang demam dan peradangan di saluran pencernaan akibat agen infeksius. Pemberian vitamin (Injekvit B-Plex) dilakukan sebagai terapi suportif untuk membantu proses kesembuhan penyakit dengan meningkatkan sistem imun ternak.
• Berikan pakan berkualitas dan seimbang sesuai kebutuhan ternak
• Jaga kebersihan kandang, lingkungan sekitar kandang, serta menghindari kandang kotor dan becek.
Upaya pencegahan merupakan kunci untuk mengurangi kasus dan kerugian akibat diare pada ternak. Program manajemen yang baik perlu diterapkan untuk mengurangi faktor penyebab diare dan meningkatkan imunitas ternak. Berikut adalah beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan :
• Karantina selama 14 hari dan periksa kesehatan ternak yang baru didatangkan ke peternakan
• Segera isolasi ternak yang bergejala sakit
• Berikan kolostrum pada pedet segera setelah dilahirkan. Satu jam pertama setelah dilahirkan, berikan kolostrum sebanyak 2-4 liter atau 10% dari berat badan. Selanjutnya pada 6, 12, dan 24 jam setelah dilahirkan berikan kolostrum sebanyak 5% dari berat badan pedet.
• Terapkan program kesehatan seperti rutin memberikan obat cacing (Wormzol Suspensi/Wormzol B) setiap 3-4 bulan
• Jaga kebersihan dan rutin desinfeksi kandang menggunakan Medisep/Sporades
• Kepadatan ternak sesuai dengan kapasitas kandang
• Terapkan personal hygiene yang baik selama pemeliharaan atau kontak dengan ternak
• Berikan pakan bernutrisi dan berkualitas sesuai kebutuhan ternak. Berikan Mix Plus Cattle Pro untuk memenuhi kebutuhan vitamin, mineral dan asam amino pada pakan ternak.
Diare pada sapi merupakan salah satu gangguan pencernaan yang masih sering terjadi di Indonesia. Mengingat tingginya kerugian ekonomi yang ditimbulkan maka diperlukan pencegahan diare. Peran tim kesehatan hewan dan peternak sangat penting untuk mencegah infeksi parasit pada ternak melalui manajemen peternakan dan memberikan pengobatan yang efektif untuk mempercepat penyembuhan penyakit.