Tantangan di bidang peternakan sapi dapat berasal darimana saja yang berujung bisa memengaruhi produktivitas ternak. Salah satu yang menjadi tantangan saat ini adalah faktor lingkungan yang dinamis dan ekstrem. Suhu global yang terus meningkat menjadi krisis iklim yang sangat serius. Tahun ini saja kenaikan suhu global sudah mencapai 1,45 °C di atas rata-rata periode pra-industri tahun 1850-1900 (BMKG, 2024). Krisis iklim ini terjadi secara global termasuk Indonesia. Beberapa dampak yang bisa dirasakan adalah peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan kenaikan air laut. Terlebih lagi beberapa waktu belakangan ada fenomena el nino yang mengakibatkan kekeringan dan perubahan cuaca. Walaupun fenomena el nino ini sudah berakhir dampak yang ditimbulkan masih bisa dirasakan.

Dampak Iklim Lingkungan terhadap Kondisi Ternak

Iklim lingkungan dapat memengaruhi metabolisme dan produktivitas ternak sapi. Sapi membutuhkan iklim lingkungan yang nyaman atau biasa dikenal thermoneutral zone. Thermoneutral zone adalah kisaran suhu lingkungan sekitar yang dapat mempertahankan suhu tubuh inti ternak sehingga metabolisme tubuh berjalan normal. Thermoneutral zone ini berbeda-beda tergantung spesies dan status fisiologis ternak. Apabila iklim lingkungan berubah atau berada di luar thermoneutral zone, baik itu terlalu dingin atau terlalu panas maka berdampak negatif pada ternak. Contohnya ketika ternak terpapar panasnya suhu lingkungan yang tinggi maka bisa menyebabkan ternak mengalami heat stress.

Heat stress dapat terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara panas yang diproduksi dan panas yang dikeluarkan oleh tubuh. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan (radiasi matahari, suhu lingkungan), faktor internal hewan (laju metabolisme, kehilangan cairan) dan faktor mekanisme termoregulasi (konveksi, radiasi, konduksi). Selain faktor-faktor tersebut, kelembapan pun dapat menjadi faktor penting yang bisa memengaruhi keparahan heat stress. Terdapat suatu indeks yang biasa digunakan untuk mengevaluasi tingkat stres akibat kondisi iklim, yaitu Temperature Humidity Index (THI) yang mengombinasikan suhu lingkungan dan kelembapan. Nilai THI yang ideal untuk sapi perah sehingga dapat merasa nyaman adalah kurang dari 72 sedangkan untuk sapi potong kurang dari 75. Apabila nilai THI lingkungan di atas nilai THI ideal maka ternak akan mulai mengalami stres dan semakin tinggi nilai THI maka stres yang dialami ternak semakin parah bahkan bisa berujung pada kematian.

Ternak sapi yang mengalami heat stress akan merespons melalui perilaku dan juga fisiologis tubuhnya. Berikut ini tanda-tanda yang dapat diketahui ketika sapi mengalami heat stress :

• Meningkatnya konsumsi air minum
• Nafsu makan dan proses ruminasi menurun
• Lebih sering berdiri dan jarang berbaring
• Aktivitas menurun dan terlihat gelisah
• Mengeluarkan keringat dan air liur berlebih (hipersalivasi)
• Suhu tubuh meningkat (normal: 38,5 – 39,5 °C)
• Frekuensi napas meningkat (normal : 26-50 kali/menit)

Heat stress pada sapi yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti :

• Daya tahan tubuh menurun baik pada pedet atau pun sapi dewasa. Pada pedet yang mengalami heat stress dapat menyebabkan penurunan efisiensi penyerapan Ig G pada kolostrum di saluran pencernaan sehingga lebih rentan terhadap serangan penyakit seperti pneumonia dan diare.

• Performa reproduksi menurun dikarenakan adanya gangguan mekanisme hormonal. Hal tersebut menyebabkan siklus estrus tidak teratur, pemangatan sel telur terhambat, angka kebuntingan yang rendah, kematian embrio, perkembangan fetus terganggu dan meningkatnya risiko abortus.

• Penurunan produktivitas, nafsu makan yang rendah dan diikuti dengan berat badan yang menurun. Pada sapi perah jumlah produksi dan kualitas susu pun akan menurun. Produksi susu dapat menurun 0.2 liter/hari setiap peningkatan nilai THI diatas THI 72.

• Kualitas daging yang menurun seperti menjadi dark (gelap), firm (bertekstur keras), dry (kering) atau biasa disebut daging DFD. Daging dengan kondisi seperti ini bisa terjadi karena sebelum dipotong, sapi mengalami stres dalam waktu yang lama (kronis). Selain itu, sapi yang dipotong dalam keadaan stres akut akan menghasilkan daging dengan kondisi pale (pucat), soft (lembek), exudative (basah) atau biasa disebut daging PSE.

Heat stress dapat menyebabkan oksidatif stres yaitu ketidakseimbangan antara produksi reactive oxygen species (ROS) atau radikal bebas dan antioksidan. Kondisi ini terjadi akibat meningkatnya radikal bebas (ROS) yang dapat menyebabkan seluruh kerusakan komponen pada sel protein, lipid dan DNA. Dampak dari oksidatif stres dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan tubuh serta mengganggu daya tahan tubuh ternak.

• Tingkat heat stress yang tinggi dan terjadi secara berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada ternak.

Strategi Mengatasi Dampak Negatif Heat Stress

Tantangan heat stress pada peternakan sapi perlu dijawab dengan strategi yang tepat untuk mengatasinya, sehingga dampak negatif yang mungkin terjadi pun dapat dihindari. Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan seperti :

• Menyediakan tempat untuk bernaung/kandang sehingga dapat mencegah sinar matahari langsung kontak dengan ternak. Pastikan bahan atap yang digunakan tidak menyerap panas dan hindari menggunakan bahan seng dan asbes. Ventilasi kandang pun perlu mencukupi supaya sirkulasi udara berjalan dengan baik.

• Ciptakan suasana kandang yang lebih dingin dengan pendinginan langsung atau tidak langsung. Pendinginan langsung dilakukan dengan bantuan foggers, mist drop atau sprinkler yang menyemprotkan air ke lingkungan atau langsung ke tubuh sapi. Foggers memiliki prinsip kerja dengan menyebarkan tetesan air yang sangat halus, cepat menguap dan dapat segera mendinginkan udara di sekitarnya. Mist drop memiliki prinsip kerja yang sama dengan foggers namun memiliki butiran air yang lebih besar. Sedangkan sprinkler tetesan airnya lebih besar dan langsung membasahi kulit dan rambut ternak. Penggunaan sprinkler yang dikombinasikan dengan kipas memberikan hasil yang efektif untuk menurunkan suhu tubuh ternak dan meningkatkan nafsu makannya. Pendinginan tidak langsung bekerja dengan cara mendinginkan iklim mikro di dalam kandang. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan cooling pad dan kipas. Cooling pad akan membantu menyediakan udara yang sejuk dan nyaman bagi sapi dengan cara mendinginkan ruangan kandang. Sedangkan kipas dapat membantu untuk mendistribusikan angin di didalam kandang lebih merata dan mengeluarkan udara panas dari dalam kandang.

• Berikan pakan dengan meningkatkan kepadatan nutrisinya. Peningkatan kepadatan nutrisi pakan ternak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi meskipun nafsu makannya menurun. Reformulasi ransum pun dapat dilakukan juga dengan memberikan tambahan minyak pada pakan. Minyak berperan sebagai sumber energi ketika ternak membutuhkan energi ekstra sebagai pengganti energi saat terjadi pelepasan panas tubuh. Rekomendasi penambahan minyak dapat dilakukan maksimal 3 – 5%.

• Berikan suplemen seperti vitamin, mineral dan asam amino. Beberapa vitamin (vitamin A, C, E) dapat berperan sebagai antioksidan sehingga mampu mengatasi stres oksidatif yang terjadi ketika heat stress. Sedangkan suplemen mineral (natrium, kalium) berperan penting dalam menyeimbangkan kembali elektrolit dalam tubuh supaya aktivitas fisiologis dan metabolisme berjalan dengan baik. Asam amino (lisin, karnitin) dapat berfungsi sebagai sumber energi serta meningkatkan produktivitas dan daya tahan tubuh. Transolit sebagai suplemen yang mengandung vitamin, mineral dan asam amino dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak ketika mengalami stres. Transolit dapat diberikan untuk mencegah atau mengatasi stres pada ternak dan juga menjaga produktivitas ternak tetap terjaga. Selain saat kondisi heat stress, Transolit dapat diberikan juga ketika risiko ternak menghalami stres cukup tinggi seperti pasca vaksinasi atau proses transportasi. Pemberian Transolit dapat dilakukan dengan mencampurnya pada pakan atau pun air minum ternak.

• Penuhi kebutuhan air minum ternak dengan menyediakan air yang segar dan selalu tersedia. Transolit dapat ditambahkan juga pada air minum ternak selama kondisi heat stress.

Perubahan iklim dunia yang semakin panas dapat semakin berisiko juga menyebabkan heat stress pada ternak. Hal tersebut menjadi tantangan yang perlu dijawab dengan tepat supaya tidak menyebabkan kerugian yang besar. Strategi dengan menciptakan lingkungan tempat tinggal ternak (kandang) yang nyaman dan memberikan suplemen bernutrisi dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi heat stress pada ternak.

Dampak Heat Stress bagi Sapi dan Cara Mengatasinya
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin